Prologue 2.2 - Story From The Past II

36 3 0
                                    


—2 Years Before The Fall

Akita, Japan


"Dua tahun lagi."

Ucap seorang gadis yang berdiri di depan kaca yang membatasi dunia luar dengan rumahnya, gadis itu tersenyum kecil sambil menatap sesuatu yang jauh di balik kaca yang telah berembun karena hujan yang tak henti-hentinya turun sedari kemarin. Di balik kaca itu adalah sebuah tempat yang sering dia gunakan untuk bermain bersama anak-anak dari panti asuhan Midorima.

Gadis itu, Midorima Ringo, masih tersenyum sambil tangan kanannya menyentuh kaca. Hingga tak lama, dia membalikkan badannya dan tersenyum puas di depan seorang perempuan tua yang duduk di kursi roda digital.

Rambut hitamnya yang panjang dan dipakaikan bando hijau melambai saat dia membalikkan badan, selain itu baju hijau serta mata hijaunya benar-benar menjadi ciri khas dari Midorima Ringo, gadis serba hijau. Entah karena marga panti asuhan ini yang membuatnya menyukai warna hijau ataukah karena nama Ringo yang digabungkan dengan marganya menjadikannya lebih spesifik sebagai 'Apel Hijau'.

"Itu yang dikatakan mata ini," Midorima tersenyum setelah melanjutkan kata-katanya di depan perempuan tua itu.

Perempuan tua itu adalah Midorima Satonaka, pemilik dari panti asuhan Midorima ini, sekaligus merupakan nenek dari Ringo sejak dia menjadi salah satu keluarga panti asuhan Midorima ini belasan tahun lalu.

Mereka berdua bukan manusia biasa, Midorima Ringo awalnya adalah seorang gadis yang mendapatkan mata yang mampu melihat masa depan sejak lahir, yang kini menjadi seorang magus andalan keluarga Midorima. Sementara Midorima Satonaka awalnya adalah seorang magus bertalenta yang tidak diberi kesempatan untuk memiliki anak, sebagai pewaris sirkuit sihir. Sehingga dia dan suaminya membuat sebuah panti asuhan yang menampung anak-anak yatim piatu 40 tahun lalu. Namun nihil, sejauh itu Satonaka tidak menemukan kriteria yang tepat untuk menanamkan sirkuit sihirnya. Hingga dia menemukan Ringo 18 tahun lalu di sebuah gang kecil, Ringo menyelamatkan nyawa Satonaka setelah melihat masa depannya, dan akhirnya Ringo menjadi yang terpilih untuk menjadi pewaris sirkuit sihir keluarga Midorima.

"Seperti yang diharapkan dari mata indahmu itu, Ringo," Satonaka ikut tersenyum.

Suara itu, bukanlah suara asli dari nenek Midorima, wanita itu bahkan tak menggerakkan mulutnya sama sekali selain untuk tersenyum pada Ringo. Lebih tepatnya dia sudah tak kuat lagi untuk berbicara. Tadi itu adalah suara digital, tepatnya suara sistem yang bekerja pada kursi roda digital yang dia gunakan. Dengan menggunakan teknologi mengendalikan otak dan jaringan syaraf yang tak lagi dapat di pakai untuk organ dalam, teknologi canggih telah mengirim cuplikan-cuplikan dari apa yang nenek tua itu pikirkan di otaknya dan mengkonversinya dalam bentuk suara sistem lewat kursi rodanya.

Dia sudah sangat tua, bahkan kaki dan tangannya sudah benar-benar telah menampakkan dengan jelas tulang-tulangnya, karena kulit dan daging yang telah keriput dan telah layu karena terus mengikuti gaya tarik gravitasi bumi, selain itu dia juga sudah lumpuh, itu 15 tahun lalu. Kecelakaan yang telah merenggut nyawa suaminya, sementara dia kehilangan hak untuk menggerakkan kaki dan tangannya.

"Kau harus menyiapkan semuanya," lanjut nenek tua itu.

"Hm, sudah kusiapkan semuanya, tinggal penentuan katalis roh pahlawan untuk pemanggilan Servant. Aku bingung untuk mencari yang kuat."

Ringo merendahkan badannya dengan berjongkok hingga dia bisa menatap lurus mata neneknya itu.

"Tenang saja, aku tahu sesuatu yang kuat untuk ini," ucap neneknya sambil tersenyum.

Dengan pengendalian pikiran Satonaka, kursi roda itu mengambil langkah mundur kemudian berjalan meninggalkan Ringo. Hingga tak lama, nenek tua itu kembali muncul di hadapan Ringo sambil membawa sebuah buku tebal bergambar yang sangat Ringo kenal.

Sambil tersenyum Ringo mengambil buku itu dari tangan robot kursi roda kemudian kembali berdiri dan tertawa ketus.

"Hahah.. Menarik."

"Bawalah semangat orang-orang yang telah membaca buku itu. Dan juga aku punya trik untuk memanggilnya," ucap nenek Midorima.

"Jadi aku hanya harus menyiapkan mana-ku untuk membentuk jiwa dan raga roh pahlawan?"

"Tentu saja, kamu kan sudah memiliki segel komando," lanjut neneknya.

Ringo tersenyum puas, sambil menyentuh bagian leher belakangnya, tampak sesuatu berwarna hijau yang bercahaya dibalik rambut hitamnya itu. Dia menyingkirkan rambutnya ke samping lalu mengelus-elus sebuah simbol suci yang terbentuk di tengkuk lehernya itu, berwarna hijau dan bercahaya, Command Seal.

Mereka tersenyum bersamaan. Sementara itu, hujan tidak juga menampakkan tanda-tanda akan berhenti.

*****

Von Windwalker Castle, France


Seseorang lelaki berpakaian jas layaknya seorang bangsawan kerajaan tampak bertekuk lutut di hadapan seorang gadis belasan tahun di depannya. Dia bertekuk lutut di atas sebuah lingkaran sihir besar yang terbuat tepat di depan singgasana Kepala Keluarga Von Windwalker. Sambil tersenyum dia bersiap mengucapkan sepatah demi patah kata.

"Master, bukankah terlalu cepat untuk memanggilku?" ucap seseorang itu.

"Berisik, untuk jaga-jaga saja."

Tanpa jeda, gadis belasan tahun yang dipanggil master itu membalas pertanyaan laki-laki di depannya. Gadis itu adalah Alexia Michellia V. Windwalker, seorang magus bertalenta sekaligus keturunan terakhir dari keluarga magus Von Windwalker. Sudah beberapa tahun semenjak dia menjadi kepala keluarga tunggal di kastil ini setelah ditinggal mati orangtuanya dalam kecelakaan pesawat saat dia kecil. Von Windwalker awalnya hanyalah sebutan dari sebuah keluarga magus yang selamat dari pembantaian penyihir besar-besaran di tanah prancis jauh sebelum masehi. Sihir Elemen, adalah yang membedakan jenis sihir yang digunakan Von Windwalker dengan spesialisasi magus lain, sihir elemen termasuk dalam sihir kuno menurut Kitab Terlarang Grimoires yang masih utuh tersimpan di kastil Von Windwalker. Spesialisasi keluarga magus yang satu ini adalah Sihir Angin.

Usia yang cukup muda untuk menjadi seorang kepala keluarga, tahun ini dia berusia 15 tahun dan 10 tahun lalu adalah awal baginya menjadi kepala keluarga tunggal. Di kastil, dia tinggal bersama pelayan-pelayan keluarga Von Windwalker yang telah turun-temurun melayani keluarga ini.

Gadis itu berpakaian serba Gothic Style dengan jenis pakaian yang biasa dipakai oleh bangsawan di Inggris pada zaman Victoria, mungkin itu pakaian yang sangat jadul untuk dipakai di zaman modern ini tapi tidak ada salahnya untuk memakainya jika itu berkaitan dengan harga diri dan martabat keluarga. Gadis itu memiliki rambut ikal pirang putih yang dia biarkan panjang dan mata kuningnya yang dia biarkan menatap lelaki yang bertekuk lutut di depannya.

"Hmm... Menarik sekali," lelaki itu tertawa pelan, "jadi? Apa yang akan kita lakukan untuk menunggu datangnya hari perjanjian 2 tahun ke depan?" lanjutnya dengan posisi masih bertekuk lutut.

"Ayo kita bermain-main dulu di Jepang!" sambil tersenyum polos dia mengucapkannya.



Fate/AnomalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang