Bab 3

65 1 0
                                    

Mario pun siuman, dan bangkit berdiri. Dia memperhatikan seluruh tubuhnya. Aneh, dia tidak merasakan apa-apa kendati seluruh pakaian yang dikenakannya hangus terbakar.

“Wah…, koq aku masih hidup. Apa ini mimpi”, ia mencubit tangannya. “Auh…, sakit.! Ternyata aku tidak bermimpi”.

Dia melihat tasnya yang tidak jauh darinya. Ia buka tas dan mengganti seluruh pakiannya yang sudah hangus.

Cuaca buruk pun tidak dirasakannya lagi. Lalu kaki dilangkahkan menelusuri jalan raya. Mario merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya. Dia rasakan tubuhnya sangat ringan dan tidak merasakan capek.

“Koq badanku ringan sekali? Seharusnya aku capek dan lelah. Ah, aku coba dulu berlari apa badanku tetap ringan…”.

Mario pun berlari menelusuri jalan raya, dan ternyata benar, badannya sangat ringan. Bahkan ia mencoba melompat setinggi mungkin. Lompatannya ternyata melampaui batas lompatan manusia biasa.

“Euy…,” takjub.

“Yuhuuiii….! Lompatan tinggi…”, seru Mario kegirangan.

Akhirnya dia menghentikan kegiatan tersebut. Dia melihat jurang yang terjal dan dalam. Dia ingin mencoba apakah dia bisa melompat melewati jurang tersebut ke daratan yang sama tingginya dengan tempat perpijakannya. Jarak antara perpijakannya dengan daratan tersebut yang dipisah oleh jurang ada sekitar 500 meter, dan ke dalaman jurang sekitar 1000 meter. Sebelum dia melompat, Mario terlebih dahulu berdoa kepada Tuhan.

“Tuhan, semoga ini bukan ajalku…”, ucapnya dengan jantung berdebar, lalu melompat.

“Hiaaat….”

Lompatannya bagaikan peluru yang dimuntahkan dari moncong meriam. Namun, lompatannya tidak sampai. Malah ia jatuh ke jurang dan menabrak pohon-pohon yang tinggi. Dan sebelum sampai kedaratan ia melentangkan tangannya dan menutup mata. Namun pendaratan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung sampai malah badannya nyaris menyentuh tanah.

“Lho, koq aku nggak nyampai ke darat”, ia buka matanya. “Waw…, badanku bisa tertahan di udara yang hampir menyentuh tanah”, katanya sambil memperhatikan tubuhnya.

“Bup…”, akhirnya tubuhnya mendarat menabrak tanah.

“Aduh…, sakit juga”, meringis kesakitan meski tak seberapa.

Ia bangkit berdiri dan membersihkan tanah dari tubuhnya. Sedikit ia merasa heran, dan berpikir sejenak sambil memandang ke atas.

“Aku rasa aku bisa terbang. Coba dulu, ah…”, gumamnya dalam hati sambil melihat-lihat langit. Dia pun mencoba untuk terbang.

“Satu, dua, tiga…! Huup….”, akhirnya ia bisa terbang melayang tinggi di udara. “Waaw…, aku bisa terbang….! Aku bisa terbang….! Yuhuu…”, serunya sambil mengudara menembus awan-awan di langit.

“Aku rasa mungkin masih ada kekuatan lain dalam tubuhku…”, kembali ia penasaran dengan kekuatan dalam tubuhnya. Dan dia pun mencoba mendarat. Hasil pendaratannya berjalan dengan mulus.

“Eh…, aku bisa melihat pada malam hari tanpa bantuan cahaya lain”, dia sadar bahwa penglihatannya dapat menembus ruang gelap. Tidak hanya itu saja, pendengarannya pun cukup tajam sampai-sampai ia bisa mendengar ular di belakangnya yang siap menyerang.

“Sisshhh…..”,

“Hup…”, ia berhasil menangkap kepala ular tersebut dan meremasnya dengan sekuat tenaga. “Hahh, koq bisa pecah…”, Mario terkejut melihat  hasil remasannya.

Electric-ManWhere stories live. Discover now