Bab 8

41 0 0
                                    

Di rumah Roselina, Mario dibangunkan oleh Ibu Roselina.

“Nak…, bangun…! Kamu nggak ikut sama mereka ke telaga…”, Ibu Roselina menepuk-menepuk Mario agar bangun.

“Aduh…! Maaf, bu…! Jadi merepotkan…”, Mario terbangun dan mengucek-ngucek matanya merasa masih ngantuk.

“Nggak apa-apa koq, nak…”, kata Ibu Roselina.

“Eh…, mana mereka bu…”, Mario tekejut melihat situasi tidak ada orang kecuali Orang tua Roselina.

“Mereka lagi ke telaga..! Sruuup…! Ah….”, jawab Ayah Roselina sambil minum kopi.

“Aduh…, aku koq ditinggalin…”, gumamnya kesal. “Maaf…, bu! Aku ke sana dulu ya…”, Ia langsung membuka tas rangselnya lalu mengambil perlengkapan.

“Permisi, bu…pak….”, Mario mohon pamit.

“Ya…”, balas mereka serentak.

Ia segara keluar dari rumah dan menuju semak-semak sambil melihat-lihat sekitarnya. Lalu ia melambung tinggi. Kali ini ia terbang tanpa kostum. Selama terbang ia berusah terbang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah agar tidak dilihat orang-orang.

Dari kejauhan Mario melihat rombongan Roy masih berjalan menuju telaga.

“Wah…, mereka belum sampe…”, ujarnya dalam hati. “Aku lebih dulu, ah…”.

Mario melejit menuju telaga mendahului mereka dan mencoba memperhatikan dari atas apakah ada orang yang mandi. Ternyata tempat itu belum didatangi masyarakat. Ia segera mendarat dan menikmati hangatnya telaga tersebut.

“Masih mencari Mario…”, Ricky mencoba membuka pembicaraan.

“Mmm…, aku rasa di nggak ke mana-mana…”, jawabnya santai.

Di saat berjalan Roselina tidak sengaja memijak batu yang tidak begitu besar. Dia tersandung dan terjatu ke selokan kecil dan tidak terlalu tinggi.

“Aduh…, sakiit”, Roselina meringis kesakitan.

Semua terkejut, Roy ingin mencoba menolong namun terhenti karena di atas kepala Roselina ada ular sawah yang sedang bersiap-siap untuk menggigit Roselina.

“Ros…, harap kamu tenang…! Ada ular di atas kepalamu…”, Boby berusaha menenangkannya agar ular itu tidak menerkamnya.

Mengetahui hal itu Roselina ketakuatan, dan bingung apa yang harus dilakukan.

“Ini kesempatan bagiku….”, Ricky tersenyum. “Jangan khawatir Roselina…! Aku akan menyelamatkanmu…”.

“Eh, apa kamu bisa melakukannya seperti pawang…”, tanya Jenny.

Dia tidak perduli dengan pertanyaan Jenny, ia segara turun ke selokan kecil itu lalu berbicara dengan ular itu.

“Halo…ular manis…! Sssssss….! Sini…, ayo datang ke sini…”, Ia mencoba mengalihkan perhatian sambil mendesis persis seperti ular.

“Hei..! Apa yang kau lakukan? Bunuh diri, ya…”, teriak Roy.

Alhasil ular pun mendekat ke arah Ricky. Mereka terkejut melihat ular tersebut sebab ular itu bukan malah menerkamnya. Sebaliknya ular itu tertunduk di saat Ricky menyentuh kepalanya.

Sebenarnya Ricky masih ketakutan mencoba ilmu yang dipelajarinya dari ayahnya yang adalah seorang pawang ular. Apa salahnya ia mencoba meski masih pemula. Karena merasa masih memiliki ketakutan maka ia memegang kepala dan ekornya. Lalu ia meletakkannya jauh dari jalan setapak.

Electric-ManWhere stories live. Discover now