Hari biasa sepertinya Kayla jalani dengan sikapnya yang biasa, cuek dan dingin. Bahkan ia sangat sulit di sentuh oleh siapa pun, jarang sekali orang mengajaknya berbicara walaupun ia adalah siswi yang pintar di sekolahnya tetapi tidak ada satu pun yang mau berteman atau sekedar bertegur sapa dengannya yang dia dapatkan adalah orang yang menghindarinya dan selalu mencecarnya dengan makian untuknya mengatakan bahwa ia adalah anak pembawa sial dan gadis tidak tahu diri.
BRUK!
Tubuhnya limbung akibat tabrakan keras yang membuatnya jatuh ke lantai menyebabkan bokongnya begitu terasa sakit sehingga tanpa sadar kacamatanya pun terjatuh dari tulang hidungnya.
"Sorry, gue gak sengaja." suara laki-laki membuatnya menoleh melihat siapa pelaku yang menabrak tubuhnya di pagi hari, beruntung keadaan koridor masih begitu sepi jadi tidak ada terdengar tawa yang biasa ia dengarkan saat ia mengalami kejadian seperti ini.
Cowok itu masih berdiri menunggu reaksi yang di tunjukkan oleh gadis itu, ia tidak menyangka menabrak tubuh gadis es yang selalu dia dengarkan dari orang-orang.
Matanya masih mengawasi setiap pergerakkan dari gadis itu yang mulai berusaha untuk bangun bahkan ia tertegun melihat gadis lugu yang notaben nya adalah gadis pembawa sial dan gadis es sangat berbeda ketika tidak memakai kacamata yang selalu bertengger di atas hidungnya.
Perlu ia akui bahwa gadis es di hadapannya ini begitu cantik tidak memakai kacamata ahh bahkan sangat cantik, namun baginya cewek di hadapannya ini tidak terlihat seperti orang yang mengidap penyakit mata pada umumnya.
"Itu kacamata lo." tunjuknya dengan wajah yang memberitahunya bahwa ia lupa mengambil kacamatanya, wajahnya masih terlihat datar dan dengan cepat Kayla mengambil kacamata miliknya tanpa meraba-raba.
"Lah, gue gak salah lihat kan? Dia begitu mudahnya mengambil kacamata yang letaknya jauh dari tempatnya, seharusnya dia susah mencarinya." Batinnya di dalam hati tapi masih menunjukkan wajah datarnya.
Kayla langsung beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun saat ia sudah mengambil kacamatanya dengan sikap santai, wajahnya masih terlihat datar tanpa ekspresi walaupun tadi dia menabrak gadis itu cukup kuat.
Benar yang di katakan oleh orang selama ini, gadis itu adalah gadis yang begitu dingin.
Kayla berjalan masuk ke kelasnya dan segera duduk di bangkunya, ingatannya kembali dengan kejadian tadi yang menjadi korban tubrukkan laki-laki yang baru ia lihat di sekolah ini.
Wajah laki-laki yang begitu tampan itu dengan hidung yang mancung dan alis yan tebal masih terbayang jelas di otaknya, ia sama sekali tidak mengenal nama laki-laki tadi.
Kayla mencoba untuk melupakan tentang sosok laki-laki tadi dengan membaca buku yang selalu di bawakannya, namun baru saja beberapa detik ia membaca dunia nya tiba-tiba seperti kembali runtuh begitu melihat sekelompok cewek yang setiap hari membully nya tanpa puas.
Tania dengan seringai jahil menghias di wajah nya dengan senyuman mengejek melihat ke arah gadis berkacamata ini, dirinya tidak akan berhenti menyiksa gadis itu sebelum ia berlutut di kaki nya mengatakan bahwa ia adalah gadis lemah dan meminta ampun kepadanya seperti lainnya, itulah yang di inginkannya kepada gadis es itu.
Seolah mengerti dengan apa yang di lakukan Tania kepada nya, Kayla segera bangkit dan menatap Tania tanpa takut dengan wajah datar membuat Tania mendengus kesal melihat wajah papan datar di depannya.
"Teman-teman, apa ya yang enaknya kita apain si pembawa sial ini?" Tanya nya dengan empat temannya dengan bersikap angkuh.
"Kita buat aja dia malu Tan, kan seru tuh di ketawain dengan anak lainnya," jawab salah satu diantara mereka dengan tawa mengejek.
"Kita kotori aja bajunya," sambung lainnya, Kayla masih bergeming di tempatnya tidak menunjukkan reaksi apapun dengan cewek-cewek centil di hadapannya ini, ia begitu muak dengan perlakuan sekelompok cewek yang selalu menyiksanya, kenapa ia tidak di bunuh saja sekalian biar mereka puas melihatnya tidak ada lagi di dunia, Kayla dengan senang hati mengatakan bahwa ia akan setuju jika mereka akan membunuhnya.
Ia tertawa sinis melihat Tania dengan tatapan merendahkan membuat mata Tania melotot dengan geraman yang keluar dari mulutnya, di jambaknya rambut Kayla dengan kuat sehingga kepala gadis itu kebelakang, tidak ada satu kata yang keluar dari bibirnya kecuali deru nafas yang mulai tidak teratur.
"Gue benci banget liat muka datar lo yang rasanya pingin gue bakar! Dasar cewek pembawa sial!" Bentaknya kasar di telinga Kayla membuat gadis itu meringis kesakitan merasakan dengung di telingannya, yang benar saja suara Tania melebihi toa di sekolahnya!
"Lihat! Bahkan gue nyiksa lo begini gak ada satu pun yang bela lo termasuk Ayah lo sendiri!" Tubuh gadis itu terpaku mendengar kalimat yang di keluarkan Tania, memang berita kematian ibunya telah di ketahui oleh semua orang di sekolahnya termasuk sikap ayahnya yang tidak memperdulikannya, namun perkataan Tania mengingatkan Kayla dengan percakapan nya dengan ayah nya pagi tadi.
Dengan sekuat tenaga ia melepaskan jambakan kuat dari Tania dan tangannya langsung melayangkan tamparan keras ke pipi Tania, nafasnya memburu dengan air mata yang telah berada di pelupuk matanya.
Tania yang merasakan tamparan keras itu terdiam dengan wajah terkejut begitu pula dengan teman-temannya yang tidak menyangka seorang Kayla akan berbuat seperti itu kepada Tania.
"Lo boleh ngatai gue tapi gak dengan bilang Ayah gue gak peduli dengan gue! Kalian semua brengsek! Nggak ada puasnya nyiksa gue yang jelas-jelas gak punya salah sedikit pun dengan kalian!" Ucapnya berapi-api dengan dada naik turun, ini adalah pertama kalinya ia marah dengan orang.
Tania masih melotot dengan amarah yang siap di letupkannya sekarang juga, di tamparnya kembali wajah Kayla tak kalah kuat sehingga gadis itu jatuh tersungkur dengan kepala membentur meja sehingga kaca matanya pun terlepas dari tempatnya.
Nyeri kepalanya begitu terasa sehingga ia meringis kesakitan, Tania kembali mendekat dan mengekang rahang mulut Kayla yang mulai membiru akibat tamparan keras tadi.
"Ssshhhh..." rintihan itu kembali terdengar dari mulut Kayla.
"Beraninya lo nampar muka gue! Bajingan!" Makinya kembali dengan suara keras, sakit kepala yang semakin menjadi-jadi membuat Kayla tidak tahan lagi dengan tubuhnya yang lemah, hanya kegelapan yang membawa nya sekarang.
"Astaga, dia pi-pingsan!"
Lorcin
KAMU SEDANG MEMBACA
K A Y L A (SUDAH DI TERBITKAN)
RomanceMasa lalu yang begitu kelam membuatnya menjadi gadis yang dingin dan pendiam. Siksaan demi siksaan selalu di rasakannya tanpa belas kasihan. Harapan permintaan maaf dari ayahnya kini menjadi tabu. Perih yang selalu di rasakan kini tergantikan dengan...