Author's POV
"Ahahaha...."
"Weeee...."
"Catch me if you can!"
Merekaー Rae, Nic dan Dylan bermain di sebuah taman dengan ceria, dengan orangtua mereka mengawasi dari meja piknik berjarak kurang lebih 4 meter dari playground tempat mereka bermain. Orang tua mereka hanya tersenyum dan sesekali tertawa melihat anak-anak mereka bermain dengan riangnya di playground itu, menghabiskan waktu liburan mereka dengan serunya.
"Hey, aku nemu kadal nih!"
"Nggak mau, aku takut kadal!"
Dylan, dengan senyum nakalnya melempar kadalー yang ternyata mainan yang terbuat dari plastik ituー kearah Rae yang memang memiliki phobia terhadap reptil maupun serangga. Kadal mainan itu mendarat tepat di wajah Rae dan sukses membuat Rae kaget plus takut setengah mati.
"AAAAA!!!! MOMMYYYYY!!!!!!" Rae berteriak dan melempar kadal mainan yang menempel di wajahnya. Gadis kecil itu langsung berlari menghampiri ibunya sambil menangis meraung-raung. "Sudahlah sayang," bahkan ibunya kehabisan kata-kata untuk menenangkannya. Yang hanya ia bisa lakukan hanyalah mengusap-usap rambut putrinya itu.
Nicー yang sedang asyik bermain ayunan, segera menghentikan ayunannya dan turun dari benda tersebut lalu berlari kecil menghampiri Rae dan ibunya. Tanpa diduga-duga dia memeluk Rae tanpa didahului sepatah katapun darinya. Nic mengusap-usap punggung Rae dan akhirnya dia pun tenang.
"Sshhh... Jangan nangis lagi. Cuekin Dylan aja, kita main bareng yuk," hiburnya sambil menarik tangan Rae untuk mengajaknya main bersama. Rae tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya. Mereka berdua akhirnya kembali ke playground dan bermain ayunan. Sementara ibunya hanya terkekeh melihat ulah mereka berdua. "Dewasa sekali anakmu, Jenny," komentarnya sambil menunjuk Nic. Mrs. Anderson, ibu Nic hanya membalas Mrs. Edwards dengan mengangkat bahunya.
...
Di tahun yang sama pada bulan Desember...
Hari itu salju turun dengan sangat lebatnya. Maka udaranya pun terasa sangat dingin, hampir mencapai minus 15 derajat Celcius. Jalan-jalan juga banyak yang tertutupi oleh salju setebal 3-10 cm. Banyak orang yang tidak bisa menjalankan aktivitas normalnya pada hari itu, saking tebalnya salju yang menimbun jalanan. Bahkan untuk sekedar mengeluarkan mobil dari garasi pun susahnya minta ampun. Lihat saja Mr. Richards, ayah Dylan yang tidak sengaja meninggalkan sekaleng bir di dashboard mobilnya, sekarang minuman beralkohol itu beku di dalam mobil, akibat dari udara yang sangat dingin.
Tetapi keadaan itu tidak merubah keinginan trio sahabatー Rae, Nic dan Dylan untuk bermain di luar rumah. Mereka berlarian keluar rumah dan bermain di playground yang terletak depan rumah Dylan. Jalan itu ditutupi oleh salju yang cukup tebal, sehingga mereka kesulitan berjalan seperti biasa.
Memang betul, persis di depan rumah Dylan, terdapat sebuah playground yang biasa mereka kunjungi untuk bermain. Di playground itu mereka membuat manusia salju yang sangat lucu. Setelah puas membuat badan manusia salju itu, mereka menghiasnya dengan berbagai benda yang bisa mereka dapatkan dari sekitar playground itu. Untuk matanya, mereka menggunakan batu kerikil yang berukuran sedang, sedangkan untuk bagian tubuh lainnya mereka menggunakan ranting pohon dengan berbeda-beda.
Sebuah pikiran iseng melintas di kepala Dylan. Tangannya mengambil segenggam salju di bawah kakinya, lalu membentuknya menjadi bola.
"Hey, Rae!"
"Hah?"
PLOK!
Bola salju itu mendarat tepat di wajah Rae. Kini wajahnya dipenuhi oleh salju berwarna putih, yang tadinya berbentuk bola menjadi butiran-butiran es yang sudah hancur. Menahan amarah, wajahnya kini berwarna merah padam.
"DYLAN!!!"
PLOK!
Kini giliran Dylan yang kena lempar bola salju oleh Rae. Dylan segera mengelap wajahnya dengan lengan jaketnya dan tertawa kecil. Setelah itu dia melempar bola salju lagi. Niatnya ingin mengenai Rae, tetapi malah meleset kearah Nic. Jadilah Nic korbannya. Nic yang gregetan lalu berteriak "SNOWBALL FIGHT!!!", dan melempar bola salju kearah Dylan. Dan terjadilah perang bola salju yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Saking serunya bermain perang bola salju, mereka tidak memperhatikan kalau mereka berlari sampai ke tengah jalan. Sementara orangtua mereka sedang berada didalam rumah Dylan, berkumpul di ruang tamu dan mereka tidak mengetahuinya. Dan mereka terus bermain sampai tidak menyadari kalau...
Ada truk gandeng besar yang menyetir secara ugal-ugalan yang menghampiri mereka.
Raeー yang lebih dulu menyadarinya langsung berteriak, "AWAS!!". Dia mendorong kedua temannya ke pinggir jalan lalu...
BRAK!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows
Mystery / ThrillerKehidupanku berubah drastis ketika aku pindah ke New York. Tepatnya menjadi sebuah mimpi buruk. Pertama, aku harus bertemu dengan cowok brengsek yang gayanya selangit, Dylan Ravenskye. Mentang-mentang dia anak kepala sekolah jadi dia bisa mengerjai...