Chapter 9

57 4 2
                                    

Nic POV

"Ladies and gentlemen, silakan buka kembali buku catatan kalian, kita bahas kembali PR kalian yang minggu lalu..."

Kami semua serempak mengeluarkan buku PR kami dan membuka tugas yang minggu lalu sudah dikerjakan... Tapi belum dibahas.

Lalu tiba-tiba...

BRAK!

Pintu kelas terbuka dengan lebar. Terlihat sosok Dylan yang.... Basah kuyup?!

"Mr. Ravenskye, apa apaan ini? Kenapa tubuh anda basah kuyup begitu?" Interogasi Ms. Martinez, guru bahasa Spanyol. Siapa yang tak heran melihat Dylan basah kuyup begitu? Dylan hanya mengangkat bahunya sambil menjawab dengan pelan, "It's a long story."

*flashback*

Author POV

"Sekarang!"

Dylan dan kawan-kawannya mengangkat ember-ember berisi air itu untuk ditumpahkan isinya ke Rae yang kebetulan sedang lewat tangga, dan berada di level yang lebih rendah dari posisi mereka. Memang sih, 95% kemungkinan rencana Dylan yang licik itu berhasil. Tapi...

Karena tidak kuat, Alec membanting ember besar berisi air itu ke lantai ubin dibawahnya. Tanpa melihat kalau kaki Devin akan terjatuhi ember itu dan, tentu saja kena kaki Devin, tepat sasaran.

"ADAAOOWW!!!!"

Devin refleks menendang ember itu dan isinya langsung tumpah ke lantai ubin yang mereka jejaki. Mereka langsung berusaha kabur agar tidak terlihat oleh guru BK. Lantai itu langsung banjir, dan akibatnya...

"KYAAA!!!"

Talisha terpeleset, dan bukannya berpegangan pada tembok di sebelahnya, dia malah menarik tangan Dylan. Dylan juga ikut kepeleset, ember yang dibawanya lepas dari tangannya. Jadi saat mereka berdua jatuh ke lantai, ember itu menimpa mereka dan...

BYUUURRR.....

Mereka pun basah kuyup.

Sementara itu Rae yang mendengar suara-suara aneh dari atas memutuskan untuk naik ke lantai atas menggunakan tangga lain.

*flashback off*

"Baiklah... Baiklah, saya tidak ingin mendengar alasanmu. Sekarang saya harap anda berganti baju, atau anda tidak boleh masuk kelas saya." Usir Ms. Martinez sambil menunjuk pintu kelas. Dylan memutar bola matanya dan kembali keluar kelas. Sepertinya ia akan kesulitan mencari baju pinjaman, atau mungkin dia hanya akan memakai baju olahraga.

Bisa kudengar seisi kelas menertawakannya. Dylan, Dylan... Ada-ada saja. Makanya, jadi orang jangan sok kegantengan, ada juga kan saat lo diketawain.

"Dasar anak jaman sekarang... Baiklah, kita lanjutkan pembahasan soal ini..."

....

Rae POV

Sekarang waktunya aku masuk kelas Geografi. Aku tadi bertemu Yuri Shevchenko, si anak autis (?) kelas 11 itu dan Franco, aku sekalian mengajak mereka untuk menemaniku ke kelas itu, kebetulan kelas mereka searah dengan kelasku. Sekalian curhat tentang Dylan, berhubung Yuri juga nggak suka (mungkin lebih kearah sirik) Dylan.

"... Habis itu dia nyolong midnight snack gue. Gimana ga ngeselin tuh anak?!" Curhatku ke Yuri dengan perasaan yang masih kesal tentang kejadian kemarin. "Hahaha... Sabar aja ya," komentar Yuri. Nih anak bisa ngasih solusi nggak sih? Bukannya dia sirikan gitu ya sama Dylan? Dan kenapa kalo aku curhat sama orang pasti jawabannya 'sabar ya'.

"Yuri, lo nggak bisa ngasih solusi apa hitu kek yang masuk akal? Jangan cuma disuruh sabar aja." Sewot Franco yang dari tadi ada di sebelah Yuri. Sementara Yuri hanya memutar bola matanya dan bergumam, "Whatevs."

ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang