The Popular Boy

210 41 0
                                    

DRAP, DRAP, DRAP!

Aku berlari dengan kencang di sepanjang koridor sekolah. Aku disuruh Bu Ratna untuk mengambil dokumennya di kantor guru. Karena disuruh cepat-cepat, dan kantor guru letaknya jauh dari kelasku, aku harus berlari supaya dokumen tersebut tiba di tangan Bu Ratna tepat waktu, sebelum Bu Ratna mengomeliku dengan kata "lambat merespon".

Aku mengangkat pergelangan tangan kiriku untuk melihat jam, dan begitu aku kembali melihat ke depan, aku terkejut ketika seseorang mendadak muncul di depanku, entah keluar dari mana. Lariku pun tidak bisa kukendalikan, dan akhirnya ...

BRUK!

Aku menabrak orang tersebut. Aku terjatuh dalam posisi terlentang. Dan orang itu ...,
DEG! Ya Tuhan. Orang yang aku tabrak itu, Rino .... Cowok tampan yang menjadi idaman seluruh siswi di sekolahku!
Dan dia ... jatuh dalam posisi menelungkup di atas tubuhku. Dengan wajahnya yang begitu dekat denganku, sampai-sampai aku bisa merasakan nafasnya. Kalau saja Rino tidak menahan beban badannya dengan lengannya, pasti bibir kami sudah bersentuhan! Aaaaaaaaaaaa!

Rino segera bangkit berdiri.

"M-ma-maaf!" ucapku, takut. Keringat dingin menetes di pelipisku begitu menyadari beberapa pasang mata yang mengintip kejadian barusan dari jendela kelas. Aku mulai mengetahui darimana makhluk cakep di hadapanku ini muncul. Barangkali ia tengah jalan keluar dari kelasnya dan tanpa sengaja aku jadi menyeruduknya.

Rino hanya menatapku, tajam. Aku tidak berani membalas tatapannya. Tapi, mengingat omongan Bu Ratna yang lebih tajam, aku tersadar.

"Maaf, maaf, maaf! Maafin gue, ya! Gue buru-burruu!" aku meminta maaf berulang kali, lalu segera kabur dari hadapan cowok itu dan berlari menuju kantor guru.

Aduh, gawat. GAWAT. Sesuatu pasti akan terjadi. Nanti.

Setelah mengambil dokumen Bu Ratna yang berada di atas mejanya, aku kembali berlari menuju kelas. Tapi kali ini, aku tidak lewat koridor sekolah. Trauma!

Aku melewati gang sempit di dekat WC sekolah yang merupakan jalan pintas menuju kelasku. Kalau dibandingin sih, memang lebih cepat lewat gang ini kalau mau ke kantor guru dari kelasku. Tetapi, tadi aku takut lewat sini, mengingat betapa seringnya aku nonton film horror akhir-akhir ini. Apalagi, gang ini di dekat WC!

Dan karena memikirkan kejadian barusan, bentuk-bentuk makhluk mengerikan yang terpampang di otakku langsung lenyap, berganti dengan wajah tampan Rino. Yah, kuakui cowok itu memang tampan. Tapi, aku bukan pemuja Rino. Aku hanya mengaguminya.

Lagipula, penampilanku dengan penampilan Rino sangat berbeda. Rino terkenal, aku tak dikenal. Rino tampan, sementara aku kebalikannya.

Begitu tiba di depan pintu kelas yang tertutup, aku mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan pelan. Kemudian, aku pun membuka pintu kelas, dan melepas sepatuku-karena lantai kelasku berkarpet. Begitu hendak masuk ...

BRUK!

Oh great, sepertinya kesialan memang ditakdirkan untuk selalu mendampingiku hari ini. Sudahlah menabrak Rino, sekarang aku terjatuh lagi di depan kelas karena aku tidak hati-hati, dan kakiku tersandung pintu. Melihat hal itu, meledaklah tawa seisi kelas.

Dokumen Bu Ratna yang tadinya kugenggam, terlempar dan berterbangan di depan pintu, bagaikan taburan confetti.

Aku segera bangkit, dan mengumpulkan dokumen-dokumen Bu Ratna yang berserakan di karpet kelas.

"Maaf, Bu. Saya telat, ya?" tanyaku, meletakkan dokumen Bu Ratna di atas meja guru.

"Mmh ... Ibu malah berpikir kamu tadi balik lagi, ternyata dokumennya sudah kamu ambil ...." kulihat raut wajah Bu Ratna yang terkesan kagum.

Beautiful TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang