Sudah sekian lama aku 'masih' tertekan akan kerasnya cinta, dan 'lebih' tertekan lagi dengan persiapan ujian yang akan diadakan awal tahun depan. Penat!
Aku berangkat Sekolah pukul 06.00
Pulang sekolah 15.00
Berangkat les 16.30
Pulang les 20.30
Pulang kerumah pukul 21.00
Dan itu kulakukan hampir setiap hari.TIDAK ADA ISTIRAHAT SAMA SEKALI UNTUK DIRIKU YANG RAPUH INI
Sebelum Ujian Tengah Semester ada Ulangan Harian yang soalnya sama-sama susah untukku.
Tapi biasanya aku akan belajar lebih santai dibanding UTS.Hari Kamis nya, kami diberitahu bahwa kita akan mencoba pelatihan Ulangan model baru. Yaitu CBT (Computer Based Test).
Hah. Siksaan apalagi ini?! Ujian via online? aku tidak pernah mendengar sebelumnya.
Hari Senin, Ulangan Matematika Peminatan (walaupun tidak ada minatku sama sekali) dan Ekonomi.
"Ya, siapkan device kalian. Buka situs www." Ujar Pak Warsi saat itu
Ketegangan mulai tampak diwajah kami semua. First time, men! We don't know what we to do.Belum saja aku mulai, Caroline, temanku, panik. Websitenya tidak bisa dibuka ditempatnya.
Menambah ketegangan kami tentunya.
Lalu, Nur, macet ditengah jalan. Koneksi cepat namun terus loading di handphone nya.
Makin tegang!Untung saja aku tidak ada kendala. Di grup whatsapp kelas mulai ramai meminta jawaban. Kesempatan dalam Kesempitan.
Hari ini berakhir dengan selamat, namun besoknya.
Jam 1: Matematika Wajib
Gurunya gile.
Dia mengawasi kami lewat CCTV kelas. Hmm... maksimal tegang!Tapi aku sudah merencanakan dengan matang agar bisa tetap leluasa bertanya. Aku membuat grup salah satu social-media, yang isinya Gina, Sara, dan Faza. Hehe.
Namun, kami kekurangan orang untuk berbagi jawaban karena hanya Sara yang menjawab pertanyaan kami!
Kebetulan Alva berada di dekat kami saat kami mengobrol hal itu.
"Gua masukin grup juga dong. Nunu sekalian." Katanya.
"Yaudah boleh aja." Ujarku. Tapi karena grup ini, kita semakin akrab. Apalagi sejak April dan Hilda ikut dalam grup, membantu kami dalam berbagi jawaban. *Mohon untuk tidak ditiru*Pekan ulangan akhirnya berakhir.
Lalu pekan remedial juga berakhir.
Namun kegiatan belajar yang menyiksa diri harus dimulai kembali pada senin berikutnya. Kegiatan rutin yang monoton ini mesti kita jalani dengan sabar, sungguh menyebalkan. Namun demi kebaikan diri sendiri dan demi masa depan yang lebih indah, katanya, kita harus melakukannya.
Semakin beriringnya waktu, aku mulai mengenal sifat teman-temanku satu persatu. Banyak orang yang membuatku tak habis pikir, salah satunya Faza. Aku bukan seorang manusia yang mempunyai ambisi yang tinggi, namun untuk saat-saat ini pada umumnya, mau tak mau, harus memiliki tekad untuk belajar. Sedangkan dia, tiduran, fangirl-ingan, gambar, tertawa sendiri melihat handphonenya, dan lain-lain yang membuatku cukup geleng-geleng. Hebatnya, dia tetap memiliki nilai yang tergolong sangat bagus.
Ada lagi, Lita, dia teman sekelas sekaligus teman lesku. Setiap hari dia terlihat mempelajari buku lesnya. Membawa buku pelajaran yang tidak ada pelajarannya hari ini, duduk manis dibangkunya dengan binder tebal disisinya, dll. Terlalu berambisi.
Dan satu lagi, Aku. Niat setengah-setengah. Punya ambisi tapi tidak memulai melakukan sesuatu. Mudah terpancing keimutan, apapun jenisnya. Niat belajar sangat tinggi, namun hanya dihati. Selalu membawa buku catatan, namun tidak ada isinya. Selalu mencari informasi tentang jenjang sekolah berikutnya namun hanya lihat-lihat saja, bukan dipelajari.
Tapi apapun caranya, apapun langkahnya, apapun perilakunya, niatnya hanya satu. Untuk mencapai cita-cita masing-masing.
Next Chapter:
Sederhana ya, aku bisa mulai melupakannya. Melupakan seseorang yang bahkan tidak pernah melihat kepadaku, karena dimatanya.....
Aku tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Short!
Short StoryHampir semua wanita ingin memiliki "Pangeran", yang pastinya menurut mereka "keren". Tapi "Pangeran" yang aku temui ini, entah darimana, jauh dari kata "Pangeran"!