Chapter 5: Paparazzi

14 1 4
                                    

Dimabuk cinta.

Satu kata yang...


Eh salah...

Maksudnya dua kata yang sangat bagus untuk menggambarkan diriku saat ini. Ya, aku sedang jatuh cinta saat ini. Biasalah, Cinta Monyet ala novel fiksi remaja yang nge-tren di awal abad 21.


Kayak lagunya Maia estianty.

Aku mau makan, kuingat kamu. Aku mau tidur, kuingat kamu. Aku sedang bosan, kuingat kamu.

Asal jangan inget dia pas lagi di toilet, nanti konsentrasi bisa terganggu. *eh

Sebenarnya aku cukup bingung, apasih yang membuatku suka sama Nunu.

Keren? Ya ampun kalau dia keren sekarang pasti banyak cewek yang nempel sama dia.
Baik? Ah, itu sih standar!
Ganteng? Bisa jadi cuma Ibu dan keluarganya aja yang bilang dia ganteng, tapi dia mancung kok he-he.
Pintar? Yah, bukannya aku mau sombong, tapi nilainya aja remedial mulu gimana mau saingan sama Einstein!

Dewasa? Aduh, gimana ya ngasih taunya. Dia tuh, anak kecil yang terjebak di badan anak kecil. Bukan bermaksud ngejek cuma kenyataannya begitu . Umur aja 17 tahun.


***

Pagi itu, aku datang terlalu pagi. Jam 6 kurang aku sudah sampai kelas, hehe. Saking semangatnya mau belajar kali ya, belajar mencintai dirinya, hihi. Cukup lama aku terdiam sendiri di kelas hingga temanku, Zardan dan Naya datang. Mereka termasuk murid-murid yang rajin datang pagi. Kebetulan hari ini tidak ada tugas, jadi pagi ini aku tidak disibukkan dengan PR hehe.
Aku merebahkan kepalaku di meja dengan diselimuti jaketku, dingin. Aku mengecek handphoneku, kali aja ada yang chat aku, dan nyatanya tidak ada. Saking dinginnya, aku mulai mengantuk dan tidak sadar kalau Nunu melihat ke arahku. Aku yang setengah ngantuk cukup kaget diliatin.


"Ngapa, Nu?," Tanyaku.

"Lah lu ngapa? gua cuma lihat doang," Jawabnya.

Aku mikir lagi. Kayaknya tadi dia deh yang ngeliat aku duluan.

"Baru dateng, Nu?" Tanyaku basa-basi.

"Iya, baru." Jawabnya.

"Eh, ada tugas gak hari ini?," Padahal aku tau kalau hari ini tidak ada tugas.

"Gua sih semalem main game, jadi gak ngerjain apa-apa." Jawabnya sembari melepas jaket yang dia kenakan.

Percuma E, nanya sama dia percuma. Pikirku kesal. Kerjaannya cuma main game, nonton anime, dan ngobrol sama Alva!

Tau-tau dia lari keluar kelas sambil loncat-loncat kecil, lalu menghilang. Aku kembali merasa sepi walaupun dikelas sudah banyak orang. Padahal ketika aku mengobrol dengannya biarpun sebentar rasanya bagai di surga. HAHA.

Sudah jam 6:25, aku melihat Alva baru datang. Sesampainya dia didepan pintu kelas, Nunu muncul. Aku merasa mereka sudah ada hubungan batin hingga bisa saling bersama selalu.

Sebentar, ada yang kurang. Faza belum muncul, kemana dia, padahal jam pertama pelajaran Sejarah yang gurunya killer  itu, si Ida. Aku coba menghubunginya, barangkali dia telat. Kuharap begitu.

"Oy, Lu dimana? Sakit apa telat." Aku chat dia tepat ketika Mrs. Ida memasuki ruangan. "Dia udah dateng, lho. Klo telat cepetan masuk."

PING! Handphone-ku bergetar, satu pesan masuk dari Faza "Serius dia udah ngajar? Gua kayaknya masuk jam kedua, gerbang sekolah udah ditutup." Aku hanya menghela napas dengan kebiasaannya itu, seakan aku seperti sudah mengenalnya lama. Padahal baru beberapa bulan.

Pagi ini Mrs. Ida mendongeng sebuah sejarah saat negara ini belum merdeka, dongeng yang cukup membosankan karena aku selalu mendengarnya setiap aku naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bel jam kedua berbunyi, aku melihat Faza diluar kelas hendak mengetuk pintu saat Mrs. Ida sedang asyik-asyiknya membuat seisi kelas oleh pertanyaan-pertanyaannya yang membuat semuanya merinding! Oh, Faza, kaulah Dewi hari ini! Dewi yang detik selanjutnya akan kena omel dari Mrs. Ida, kasihan.

"Kok bisa telat? Kenapa?." Dia hanya cengegesan sambil memberesi tasnya, lalu duduk setelah omelan Mrs telah selesai melewati telinganya. "Gua berangkat sendiri, terus tadi macet, hehe." Alasan yang cukup cantik.

Bel jam ketiga berbunyi, Pelajaran sejarah berakhir!

"Anak-anak tolong bikin kelompok per-absen, satu kelompok 4 orang. Kelompok pertama membahas Bab 1 dan seterusnya, sertakan juga permainan yang menyangkut Bab tersebut. Minggu depan mulai persentasi ya. Jangan lupa Print-out persentase nya." Tugas lagi, menyebalkan. Aku absen 10, berarti kelompokku maju sekitar 3 minggu lagi. Ya, bisa tenang sedikit lah apalagi aku sekelompok dengan Rahman, Krisanti, dan Clara. Yahooo!

"Woiii woiiii, HAHAHAHA!!!!." Ih! berisik! Ada apa sih anak cowok rame banget di kursi belakang dengan melihat sebuah laptop. Setelah tertawa kencang, tiba-tiba mereka semua tenang, terfokus oleh apa yang mereka lihat. Ekspresinya berubah drastis! Aku diam saja, toh Faza juga diam saja. Andai saja aku nge-fans suatu hal, mungkin aku bisa konsen sama hal yang aku suka layaknya Faza. Selalu tenang dan terlihat damai di bangkunya sambil menatap Handphonenya. Apalagi bila Gina dan Faza bertemu, mereka seperti terjun di dunia mereka sendiri, aku seperti kacang goreng yang dilaletin. Sedangkan Sara, duduk manis di bangkunya, kadang membaca buku, ya suka-suka dia. Aku belum bisa terlalu dekat dengan mereka. April, belajar-belajar-belajar, capek. Hilda, kerjaannya duduk dipojokan kelas, terus nyapu lantainya, trus ambil tasnya dia, trus tidur.

Aku sedang tidak mood juga Paparazzi-in dia, biasanya aku akan sembunyi dibalik jaketku pura-pura main Handphone lalu, Pencet! Pencet! Pencet! Beberapa foto penuh keimutan sudah ada di galeri fotoku. Bahkan Faza sering gangguin aku saking aku seriusnya melakukan kegiatan aneh ini. Kebetulan juga dia menghilang, entah kemana.

Saat aku terbengong, tiba-tiba aku dipanggil Bani yang sedang disitu. "Sae! Nih Anime OnePunch-Man udah rilis episode terbarunya!." Aku langsung ikutan duduk disitu, serial anime yang aku tunggu terbit!. Padahal aku sedang serius menonton serialnya, tetapi refleks mataku melihat kearah jendela dan mendapati dia sedang mengarah kesini. Aku sedia Handphoneku untuk memfoto dia, It's time for Paparazzi!

Aku sudah memfokuskan kameraku, dia pasti ikut menonton disini, batinku. Wajah imutnya sudah berada di jangkauan kamera ku! Pencet!

-BLITZ-

FLASHNYA BELUM DIMATIIN! ASTAGA!!! SEMESTA BISA HANCUR SAE!

Keadaan disitu tetap hening, sekumpulan cowok didekatku terfokus pada laptop. Termasuk Nunu. Dia merhatiin gak ya? Aduh aku malu. Aku takut ketahuan. Bodohnya aku, kenapa! Itu kesalahan fatal seorang Paparazzi!

Serialnya akan habis 5 menit lagi, jadi aku tak perlu lama-lama memperlihatkan wajah merahku karena menahan malu. Sesaat setelah itu, Nunu pergi. Apakah dia sadar tadi? Aku takut kejadiannya seperti Cowok ramah, dia jadi benci padaku. Aku malu, aku tidak ingin memfoto lagi, aku sangat takut.

Semoga dia tidak sadar hal tadi. Amiin.


Next Chapter

"Ya ampun! kita lagi penambahan materi! Malah maen lagi."

"E, ini seru banget, mau coba gak?."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're Short!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang