part 1

3.1K 159 19
                                    

Akhir tahun menjadi peristiwa yang menyenangkan untuk semua siswa di asrama. Karena bagi mereka, inilah waktu yang tepat untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga. Namun tidak semua siswa menikmatinya, ada diantara mereka,  sejak menginjakkan kaki hingga kini tak pernah menikmati waktu liburnya.

"Tak pulang, hmm?" Sapaan lembut seorang guru menyadarkan anak laki-laki yang sedang menyender di pilar bangunan.

"Asrama ini rumahku." Jawab anak lelaki itu sambil memasukkan buku yang  tadi dibaca ke dalam tasnya.

"Hati-hati disini, atau kau mau ke rumahku?" tawar sang guru yang rupanya tertarik dengan bocah laki-laki berambut pirang itu.

"Tidak, terima kasih,” tolak bocah itu kemudian masuk berkumpul kembali bersama teman sekelasnya.

***

Hembusan angin menerbangkan helaian rambut seorang gadis yang sedang berlari  di bibir pantai. Kakinya menapaki hamparan pasir putih dan meninggalkan jejak-jejak dibelakangnya.

"Hati-hati kau bisa jatuh, jika berlari seperti itu,” teriak seorang pria dibelakangnya.

"Aku bukan anak kecil, jadi kau tenang saja."

Pria itu terus mengamati gadis cantik itu.

Ketika objek yang diawasinya semakin menjauh dari pandangannya, sang pria berdiri dan mengikuti kemana gadis itu berlari.

Pria itu membelalakkan mata saat melihat gadis itu terduduk di atas pasir. Dengan segera pria itu berlari menghampiri gadis cantik itu.

"Aku sudah bilang jangan berlari, kenapa tak mendengarku? Lihat kau jadi jatuh begini, apa kau bisa bangun?" Sang pria berjongkok memeriksa bagian kaki gadis itu.

"Berhenti mencemaskanku!" Teriak gadis itu, dirinya hanya terjatuh tapi pria yang sedang berjongkok itu terlalu berlebihan.

Sang pria tak menghiraukan teriakan sang gadis. Pria itu malah membawa gadis itu dalam gendongannya.

"Aku bisa berjalan sendiri."

"Kau terluka, masih saja keras kepala. Diam atau aku melemparmu ke laut."

"Kau itu menyebalkan  kau tahu?"

"Aku tak peduli."

"Kau sakit jiwa."

"Diam atau aku benar-benar melemparmu."

"Coba saja. Kau akan menangis nanti jika aku hilang."

"Kau cerewet sekali, diam jangan bergerak-gerak kita berdua bisa jatuh."

Sang gadis tetap menggerakkan badannya membuat sang pria kehilangan keseimbangan akhirnya jatuh. Sang pria kaget, beruntung posisinya tak menimpa sang gadis. Pria itu meringis merasakan punggungnya nyeri.

"Berhenti bertingkah konyol."

"Oke... maafkan aku. Apa punggungmu sakit?" Tanya sang gadis seraya memeriksa bagian belakang punggung sang pria.

Pria itu diam saja saat gadis itu menyibak kaos yang dikenakannya.

"Huh... mengerikan punggungmu merah-merah, Ya Tuhan.... aku merusak pahatan-Mu yang langka ini.... bagaimana ini..." ujarnya frustasi.

"Berlebihan sekali..., ayo sebagai gantinya kau harus menggendongku sampai rumah,” tantang pria itu. Tentu saja membuat gadis itu bergidik ngeri, bayangkan tubuh kecil gadis itu menggendong tubuh besar sang pria.

"Kau berniat membunuhku...ya!" Marah gadis itu sambil berkacak pinggang.

"Oh... aku tidak sejahat itu, nona." pria itu tersenyum penuh arti. Lalu tanpa aba-aba pria itu kembali menggendong sang gadis dan membawa gadis itu kedalam gulungan ombak laut, hingga menenggelamkan mereka berdua.

"Andrew!! Kau gila... kau benar-benar akan membunuhku? Ya Tuhan.... akan aku adukan kau pada Daddy." Gadis itu mencoba bernafas dengan benar dalam gulungan ombak yang menenggelamkannya.

Andrew- pria itu tertawa berhasil memberi pelajaran pada gadis itu. Ia kemudian membawa gadis itu kembali ketepian pantai.

Andrew merapikan rambut depan sang gadis yang menjuntai tak beraturan didepan wajah gadis itu. "Bagaimana? Enak bukan bermain ombak?" Andrew kembali bertanya, gadis didepannya masih mengerucutkan bibirnya tanda kesal.

"Marah hmm..?" Gadis itu masih diam namun tak menolak saat Andrew terus merapikan rambutnya.

"Diam berarti tidak. Ku anggap kau tak marah." Andrew bangkit dan berjongkok didepan sang gadis.

Gadis itu mendengus dan menepuk punggung Andrew.

Andrew ikut bangkit dan berdiri didepan sang gadis, ia tahu betul apa yang di inginkan gadis itu, “gadis manja, ayo naik atau kutinggal."

Gadis itu langsung meloncat di depan tubuh tegap Andrew, gendong ala koala.

"Aku membawa bayi besar" teriak Andrew.

Gadis itu diam saja, hanya menyerukan kepalanya di dada Andrew, mencari posisi nyaman.

***

Andrew menghentikan mobilnya dan membangunkan gadis yang sedang tertidur dengan pulas.

“Cloe baby... ayo turun, sudah sampai.”
Andrew menepuk pelan pipi Cloe yang masih memejamkan mata. Gadis cantik itu tertidur sesaat setelah mobil melaju hingga sampai di halaman, Cloe belum bangun juga.

"Hmm..." Cloe menjawab dengan deheman tak jelas. Andrew berdecak bagaimana gadis itu bisa tertidur pulas dengan baju basah?

"Gadis malas ayo bangun kau tak tidak boleh tertidur dengan keadaan basah atau kau akan terserang flu." Andrew kembali menepuk kedua pipi Cloe, hingga gadis itu membuka matanya dan tersenyum kearahnya. Andrew tersihir dengan senyuman itu, ia ikut tersenyum.

“jangan memasang senyum seperti itu pada laki-laki lain.” Ucap Andrew.

“memangnya kenapa?”

“pokoknya tidak ya berati tidak,” kata Andrew menjawil hidung Cloe.

Cloe cemberut, selalu begitu jika berurusan dengan ayahnya dan Andrew. Pria dewasa yng bertingkah menyebalkan, dan anehnya ia menyukainya.

"Ayo masuk atau Daddy mu akan mengamuk." Andrew membantu Cloe bangun dan berdiri, mereka berjalan berdampingan memasuki rumah besar kediaman Steve.

Saat ini hingga nanti aku akan selalu menjagamu
Putriku yang cantik

Simply BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang