“kau tahu dimana ibuku?”
“hah?” kaget Andrew
Kedua tangan Cloe masih melambai di wajahnya, kedua pipi gadis muda itu menggembung seperti balon yang siap meletus.
“kau ini bagaimana? Aku ini sedang bercerita, kenapa kau malah melamun,” marah Cloe.
“oh,” leganya. Jadi pertanyaan Cloe tadi hanya dalam bayangannya saja, kenapa begitu nyata.
“kau memikirkan Alice-Alice itu ya?” tuduh Cloe mengacungkan sumpitnya pada Andrew.
“hanya Alice,” ralat Andrew
“memang kau bercerita apa tadi?” tanyanya lagi.
“terserah, Alice-Alice atau Alice. Siapa dia?” tanya Cloe.
“kau mau tahu?”
Cloe mengangguk.
“Alice itu sahabatku, sudah hanya itu,” jelas Andrew.
“sahabat, kau yakin.” Cloe menik-turunkan alisnya.
“ya sudah. Aku sudah selesai makan aku mau pulang.”
“tapi kau belum menghabiskannya, Cloe,” Andrew menunjuk mangkuk Cloe.
“tapi aku sudah kenyang.”
Cloe berinisiatif memanggil pelayan dan membayarkan makanan mereka.
“oke,” Andrew menyerah, ia pun bangkit dan menggantikan uang Cloe untuk membayar.
“ayo kita pulang.” Andrew menggandeng tangan Cloe.
“memang pulang.”
***
Sesampainya di rumah, Cloe segera berlari menuju kamarnya karena di ruang tamu ada ayahnya dan Sandra. Cloe masih belum terbiasa.
“hai Steve,” sapa Andrew, ia bergabung bersama Steve di ruang tamu dengan tamunya.
Steve mengenalkan Andrew pada Sandra. Setelah itu Steve meninggalkan keduanya untuk menemui putrinya.
“jadi kau juga ikut merawat Cloe?” tanya Sandra.
“ya, aku dan Steve berbagi tugas merawat Cloe.”
“jadi apa aku harus ijin padamu untuk ikut membesarkan Cloe?”
“apa Steve belum bilang padamu?” tanya Andrew.
“tentang?” bingung Sandra.
“sebaiknya tanyakan pada Steve langsung,” jawab Andrew.
***
“Cloe..., bagaimana sekolahmu hari ini?” tanya Steve.Cloe membalik duduknya jadi menghadap ayahnya. Dari meja belajarnya ia bisa melihat wajah kusut ayahnya di ambang pintu. Kenapa ayahnya terlihat begitu lelah?
“masuklah Dad, kenapa hanya di depan pintu?”
“jadi daddy boleh masuk?”
“tentu saja,” ucap Cloe.
Cloe berpindah duduk di dekat ranjangnya di ikuti oleh Steve.
“jadi bagaimana sekolahmu?” tanya Steve lagi.
“not bad, semua baik dan masih sama,” kata Cloe.
“ku dengar dari Andrew kau punya teman baru, siapa dia?”
“Andrew bilang padamu?” heran Cloe.
Steve mengangguk sebagai jawaban.
“kalian berdua benar-benar kompak, dad, kau tahu pasti Andrew tahu begitu sebaliknya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Simply Beautiful
RomanceIkatan saja tak cukup mengeratkan sebuah keluarga. Lalu bagaimana jika sebuah keluarga tanpa ikatan apapun didalamnya. Akankah berjalan sesuai keinganannya atau menjadi bumerang yang menyerangnya dan menenggelamkannya.