Dari hasil tes darah Cloe, dokter tidak menemukan adanya virus dengue yang menyebabkan demam berdarah. Jadi bisa disimpulkan Cloe hanya mengalami demam biasa karena kondisi tubuhnya yang sedang turun. Selama seminggu dirawat kondisi Cloe sudah membaik dan dokter sudah memperbolehkan Cloe pulang.
"akhirnya aku bisa terbebas dari tempat berbau obat seperti ini," ucap Cloe senang.
Andrew tersenyum, memang selama seminggu Cloe terus merengek ingin pulang. Gadis kecil itu setiap hari mengeluh bosan berada di rumah sakit.
"selesai, mari kita pulang," ucap Andrew.
"yeay pulang, aku sudah tidak sabar ingin bermain di pantai lagi," ucap Cloe.
"eit, tunggu kau belum boleh terlalu capek. Atau kau akan kembali terkapar di tempat tidur itu," ucap Andrew menunjuk ranjang rumah sakit.
"sayang sekali, padahal aku rindu bermain ombak," keluh Cloe.
"jika sudah sembuh aku akan mengajakmu bermain dipantai seharian," ucap Andrew seraya mengacungkan jari kelingkingnya.
"kau sudah berjanji, jadi tak boleh bohong ok?" ucap Cloe.
"pukul aku jika aku lupa pada janjiku," ucap Andrew memeluk Cloe.
Cloe mengangguk dalam pelukan Andrew. Setelah itu gadis itu melepaskan pelukan Andrew dan mencari di mana ayahnya. Sejak tadi ia belum melihat ayahnya."Andrew, dimana Daddy? Apa dia lupa menjemputku?"
"dia sedang menyelesaikan administrasi."
"oh, ku kira dia lupa menjemputku."
Andrew kemudian membawa Cloe ke luar dari ruangannya untuk menemui Steve. Di luar ruangan Steve sudah bersiap.
Mereka bertiga melewati lorong-lorong rumah sakit sambil bergandengan tangan. Andrew menggenggam tangan kanan dan Steve tangan kiri. Sesekali Cloe bersenandung kecil menyerukan kegembiraannya. Andrew dan Steve mengangkat kedua tangan Cloe, hingga gadis itu terayun ke udara. Cloe tergelak dengan aksi ayahnya dan Andrew. Dirinya seperti tengah bermain ayunan.
Andrew dan Steve tertawa, Cloe memang sudah tumbuh menjadi remaja, tapi bagi mereka Cloe tetaplah gadis kecilnya. Sepanjang lorong yang mereka lewati, banyak orang yang menatap mereka dengan wajah ingin tahu. Mungkin bagi mereka sebuah keanehan, dua orang pria dewasa dan seorang gadis saling bergandengan tangan.
Tiba-tiba Cloe menghentikan langkahnya, membuat Andrew dan Steve ikut berhenti.
"ada apa Cloe?" tanya Andrew dengan
wajah bingung.
"Cloe?" Steve mengikuti arah pandang Cloe.
"apa aku harus duduk di kursi roda dulu agar ibuku datang?" ucap Cloe. Pandangan gadis itu tertuju pada seorang pasien yang duduk diatas kursi roda. Anak lelaki di kursi roda itu duduk dengan senyum mengembang tanpa kesedihan. Di samping gadis itu ada seorang ibu. Mungkin ibunya, pikir Cloe.Andrew mencoba mencerna maksud ucapan Cloe, ia pun ikut melihat objek yang dilihat Cloe. Andrew baru menyadari arti ucapan Cloe.
"ah, kau harusnya bersyukur tidak duduk di kursi roda seperti anak itu," ucap Andrew sambil berusaha terlihat biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simply Beautiful
RomanceIkatan saja tak cukup mengeratkan sebuah keluarga. Lalu bagaimana jika sebuah keluarga tanpa ikatan apapun didalamnya. Akankah berjalan sesuai keinganannya atau menjadi bumerang yang menyerangnya dan menenggelamkannya.