Andrew menyimpan kembali ponselnya dalam saku jaket setelah menerima telepon dari Cloe. Perasaannya sedikit terusik saat mendengar nada bicara Cloe. Namun, Andrew memilih mengabaikan semua itu. Hingga langit semakin gelap dan malam hampir menemui pagi. Pesta belum juga usai.Andrew melirik jam tangannya yang menunjuk angka empat.
Andrew pun bergerak untuk pulang meninggalkan Pesta yang diciptakan Emma. Sebenarnya ia lebih memilih tinggal di flatnya dari pada harus pergi ke pesta seperti ini. Namun demi menghormati Emma, Andrew ikut juga. Meski bukan pesta besar seperti pesta kebanyakan. Pesta hanya dihadiri oleh dirinya, Emma dan Alice. Entah untuk merayakan apa tiba-tiba Emma mengadakan pesta."Ayo pulang," ajaknya sambil menyeret Emma.
Emma masih asyik dengan makanan di atas meja. Sama sekali tak terusik dengan Andrew. Bahkan tangan Andrew ditepisnya. Lain Emma lain pula Alice, perempuan itu sudah terkapar dengan kepala menelungkup di atas meja. Andrew tak tahu Alice akan memesan alkohol dan berakhir dengan perempuan itu mabuk berat. Padahal dulu Alice adalah orang yang anti dengan minuman memabukkan itu.
Andrew mendesah, jika begini dia sendiri yang repot.
"Emma berhenti makan atau perutmu akan meledak! Dan jika kau sakit perut di sini aku akan menitipkanmu pada security!"
Andrew tak tahu lagi bagaimana menghentikan Emma. Sahabatnya itu benar-benar gila.
"Kau tega sekali. Aduh... , Andrew tolong aku. Perutku..., " rintih Emma sambil memegangi perutnya.
Ingin rasanya Andrew berteriak marah pada Emma. Tapi itu tak mungkin dilakukan, apa kata orang nanti jika melihatnya berteriak pada seorang perempuan. Akhirnya Andrew membantu Emma bangun lalu memapahnya sampai ke mobil.
"Tunggu disini, aku bangunkan Alice dulu."
Andrew kembali masuk ke dalam cafe untuk menjemput Alice yang tak berdaya.
"Alice, kau bisa berdiri." Andrew menepuk pelan pipi Alice.
"Hmm, kau siapa?"
Andrew menggeleng, tampaknya efek alkohol membuat Alice melupakan wajahnya.
"Kau! Jangan sentuh aku! Minggir kau!"
Alice meracau dan menepis tangan Andrew yang mencoba membantunya berdiri.
Andrew membiarkan Alice berjalan sempoyongan sambil memegangi kepalanya.
"Alice kau mabuk, aku akan mengantarmu pulang." Andrew mencegah Alice yang akan membuka pintu mobilnya.
"Aku bilang jangan menyentuhku, kau dengar! Minggir jangan halangi jalanku!"
Alice limbung dan hampir tersungkur beruntung Andrew menangkap tubuhnya.
"Alice kenapa?"
Andrew terlonjak, saat Emma tiba-tiba muncul di hadapannya dengan rambut acak-acakan.
"Ya Tuhan, Emma kau membuatku kaget."
"Aku tak bermaksud seperti itu," elak Emma.
"Kau ini, ya sudah bantu aku."
Emma membantu membuka pintu mobil Alice. Andrew segera mendudukkan Alice di kursi penumpang depan.
"Sekarang bagaimana?" tanya Emma bingung.
"Aku akan mengantar Alice, kau pulanglah sendiri. Motor ku akan ku titipkan di cafe ini."
Andrew berputar kearah depan mobil Alice kemudian mengambil duduk di kursi kemudi. Andrew bersiap mengantar Alice pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simply Beautiful
RomanceIkatan saja tak cukup mengeratkan sebuah keluarga. Lalu bagaimana jika sebuah keluarga tanpa ikatan apapun didalamnya. Akankah berjalan sesuai keinganannya atau menjadi bumerang yang menyerangnya dan menenggelamkannya.