Cloe kembali bersekolah, setelah seminggu tidak masuk. Hari ini pelajaran olahraga dan Cloe masih belum boleh mengikuti alhasil ia hanya bisa menghabiskan waktunya di perpustakaan.
Cloe mulai memilih buku yang akan dibacanya. Lalu matanya menemukan sebuah buku yang menarik, sialnya buku tersebut terletak paling tinggi diantara buku yang lainnya. Cloe sudah mencoba menjinjitkan kakinya namun, buku tersebut tak juga tergapai oleh tangannya.
"Sial. Kenapa penjaga perpustakaan meletakkanmu tinggi sekali?" gerutu Cloe.
Cloe terus berjinjit dan melambaikan tangannya kearah buku tersebut. ia juga melompat-lompat hingga menimbulkan suara gaduh.
Seorang pria tinggi tegap dengan seragam berwarna biru tua datang menghampiri Cloe. Tampaknya penjaga tersebut geram dengan Cloe yang membuat kegaduhan.
"Kau tahu ini perpustakaan? Kau ingat peraturan di sini bukan?" Ucap penjaga perpustakaan menatap tajam pada Cloe.
"Jika kau tidak bisa meraih buku yang letaknya di atas kepalamu, kau seharusnya meminta tolong. Bukan membuat kegaduhan, mengerti?!"
Cloe mengambil buku yang diinginkannya dari tangan sang penjaga. Kemudian segera pergi dan mencari tempat duduk di pojok ruangan. Penjaga perpustakaan yang tak pernah ramah, Cloe sudah terbiasa dengan itu.
Penjaga tersebut menggelengkan kepala melihat tingkah Cloe lalu penjaga itu kembali ke mejanya.
***
Seorang anak berseragam sama dengan yang Cloe kenakan, duduk menghadap Cloe. Anak tersebut tersenyum memperhatikan Cloe. Sebenarnya anak itu sudah melihat Cloe saat berusaha menggapai buku di atas rak. Namun, anak tersebut tak berniat membantu Cloe sama sekali.
"Kau seharusnya mengucapkan terima kasih," bisiknya.
Cloe merasakan bulu kuduknya meremang, siapa yang berbisik? Ini masih siang tidak mungkin ada hantu. Ia kemudian mendongak dan mendapati wajah itu lagi. Cloe mendengus sepertinya anak itu menjadi penguntit sekarang.
"Kau lagi," desahnya malas.
"Kau tidak akan menjadi rendah dengan meminta tolong. Dan setelah mendapat pertolongan kau harus mengucapkan terima kasih," ujar anak itu lagi.
"Kau..., kenapa kau bisa berada di sini?" Tanya Cloe berusaha menjaga nada suaranya. Takut jika penjaga perpustakaan kembali mendatanginya.
"Aku bersekolah di sini. Kau tidak lihat seragam kita sama," tunjuknya pada seragam warna abu yang dikenakannya.
"Bukan itu maksudku. Kenapa kau berada di perpustakaan?"
"Tak ada peraturan yang melarang siswanya pergi ke perpustakaan."
Cloe tak menghiraukan anak lelaki tadi, ia kembali membaca bukunya. Tidak menyangka jika anak laki-laki yang di temui di rumah sakit ternyata satu sekolah dengannya. Betapa sempitnya dunia ini. Dari sekian manusia kenapa harus bertemu dengan anak itu lagi.
"Ternyata benar yang mereka katakan tentangmu," ucap anak lelaki itu dengan pelan.
Cloe meremas kedua tangannya geram, ia hanya ingin membaca buku dengan tenang. Namun sepertinya anak itu tak membiarkannya.
"apa yang mereka katakan tentangku?"
"Kau itu sulit didekati," jawabnya jujur.
"Jika begitu kau boleh pergi," ucap Cloe.
Cloe mendesah dalam hati, ternyata begitu penilaian teman-temannya. Apa semua orang menilai hanya dari luarnya saja?
"Apa yang kau baca?" tanya anak lelaki itu melongokan kepalanya. Tak peduli walau Cloe mengusirnya sekalipun. Ia ingin mematahkan pendapat teman-temannya tentang gadis berambut ikal, Cloe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simply Beautiful
RomanceIkatan saja tak cukup mengeratkan sebuah keluarga. Lalu bagaimana jika sebuah keluarga tanpa ikatan apapun didalamnya. Akankah berjalan sesuai keinganannya atau menjadi bumerang yang menyerangnya dan menenggelamkannya.