Bahagia Bersamamu

442 71 6
                                    

Pagi hari yang cerah , Nasya menghirup udara yang sejuk. Nasya bahagia menjadi sahabat Daiva ia yang penuh ke egoisannya,jutek, pelit sekaligus pala batu. Dibalik semua itu Daiva pintar bahasa arab dan bahasa inggris, Tapi sayangnya Daiva selalu malas membuat PR nya. Menulis pun sangat malas.

Saat itu , hari libur Daiva mengajak Nasya senam dipagi hari ....

tepat dipukul 05.30 Daiva sedang berjalan menuju ke rumah Nasya, ia berjalan sambil mendengarkan musik dan memainkan hpnya...

Dirumah Nasya..

" Assalamualaikum, Nasya Nasya." Daiva mengetuk pintu dan memanggil Nasya.

" Waalaikumsalam.." Nasya membuka pintu rumahnya.

"Hai Nasya, udah siap belom?" Tanya Daiva.

"Udah dong , tunggu dulu ya mau kunci rumah." Jawab Nasya.

"Baiklah sahabatku." Senyum Daiva.

Nasya dan Daiva pun jalan dan berlari pelan. Mereka mengelilingi komplek, ia menyapa warga dengan sopan. Mereka berdua sangat serasi sekali, seperti saudara kandung .

Diperjalanan...

"Eh non Daiva, sekarang udah berubah ya " Tanya ibu-ibu dijalan.

" Iya bu,,berubah kenaapa?" Tanya Daiva heran.

"Berubahnya , menjadi sopan murah senyum, dan mempunya warna di kehidupan baru."Jawab ibu-ibu.

"Ouh terima kasih bu, ini semua berkat sahabatku ." Daiva menepuk pundak Nasya.

" Eh,,,hehe malu ah. Iya bu sebenaarnya Daiva baik bu, dianya aja yang keras kepala." gugup Nasya , ia meledek Daiva.

*Daiva tertawa ..." Hahahha jangan didengerin ya bu,, sahabat saya suka bgtu hehehe "

" Bagus Daiva udah mulai tersennyyum lagi." Jawab ibu ibu itu.

"Udah ya non Daiva, saya pamit." Pamit ibu kepada Daiva dan Nasya.

"Iya ibuu " Nasya tersenyum lebar.

"Syaa, makasih ya berkat kamu. Aku jadi lebih baik." Daiva merangkul Nasya.

"Ah kamu, udah biasa lah Nasya suka membenarkan." Nasya dan Daiva tertawa tertawa terbahak-bahak.

"Geer banget kamu Sya." Daiva mencubit pipi Nasya.

"Aduhh sakit tau Va."Nasya memgang pipinya.

"Aku gemes sih liat kamu." Mencubitnya kembali.

Saat itu Daiva sangking gemes nya dengan Nasya, ia berdua menggelitikan perutnya masing-masing. Daiva mengejar Nasya hingga berkeringat . Disana ada tukang penjual balon, Nasya membeli Balon itu dan ia meniup balon kearah muka Daiva. Nasya sangat iseng ,ia jahil,suka ceria, lantang,kadang baper sih hehehhee.

Mereka berdua tertawa bersama, saling menjahili. Kejar-kejaran sampai akhirnya meraka berdua kelelahan...

"Aduh udah ah cape." Daiva menjawab dengan ngos-ngosan.

"Emang kamu aja yang cape aku juga cape." Nasya mengeluarkan lidahnya.

"Hhahhaha, Sya selama aku didekatmu.Aku merasa nyaman dan bahagia Sya." Daiva memeluk Nasya.

"Ah kmu lebay." Nasya mencubit pipi Daiva.

"Kalo aku boleh tau kenapa kamu jutek ya terus ga suka sama aku gitu deh." Tanya Nasya.

"Oke aku akan jelaskan, aku kesal lihatmu karena aku kehilangan sahabat ia juga mirip dengan mu. yang berbedanya itu kamu berani dan sahabat dulu aku pendiam sekali dan pemalu banget deh." Daiva menjelaskan semuanya.

"Terus sahabat mu kemana Va.?" Nasya menatap Daiva.

"Sahabatku pindah ke singapore Sya, lama kelamaan dia 3 bulan ga ada kabar. Pas aku jenguk kesana ternyata dia udah ga ada sya, dia udah dipanggil sama yg maha kuasa. Aku kesel sama dia selama ini dia ga pernah cerita dan ngasih aku kabar. Aku sangat khawatir sekali Sya, saat itu aku menangis tiada hentinyaa.. Aku juga susah melupakannya Sya. Makannya saat itu aku dipindahkan kesekolah punya papaku, disana aku melihat Salisa (sahabatnya dulu) ternyata ia itu bukan Salisa , ternyata kamu. Saat itu aku kesal dan benci padamu..." Daiva menjelaskan semuanya.

"Ouh jadi itu alasannya, turut berduka cita ya. Lupakan aja masala lalu, yah anggap aja aku Salisa yg dulu." Nasya menenangkan hati Daiva.

" Aku ga mau sya, aku mau buka lembaran baru. Aku takut Salisa sedih disana kalo aku terus-terusan sedih disini. Aku juga mohon sama kmu Sya, jangan lupain aku jangan jauhin aku , jangan lah kamu seperti Salisa yang tidak bercerita penderitanya ini." Daiva meminta Nasya selalu ada untuknya,dan jujur kepadanya dan tidak ada dirahasiakannya.

"insya Allah aku bisa,, " (dalam hatinya nasya) " YaAllah aku gak akan bilang ini ke Daiva atau ke siapapun, cuma Nasya yg tau semuanya. Mama dan papany pun tidak tau keberadaan Nasya.

****


Nasya bingung harus berbuat apa, ia ingin sekali cerita dengan Daiva tetapi Nasya takut Daiva sedih dan menangis. Nasya cuma mau Daiva ceria dan bahagia. Dengan cara apapun Nasya akan merahasiakan semua ini, Nasya ingin yang dikelilinginnya bahagia tanpa ada beban apapun.

Nasya tidak bermaksud untuk hal apapun, ia cuma mau Persahabatan dengan Daiva selalu baik dan sangat baik. Sebab itu Nasya selalu ceria didepan Daiva, memberi ia semangat juga memperbaiki sifat Daiva yang super duper batu.

Cuma Nasya lah yang bisa mengubah Daiva menjadi lebih baik dari kemarin , Daiva selalu tersnyum .Nasya ingin semuany baik baik saja. Nasya akan kasih tau semua ini kalo waktunya sudah tepat...


***

Daiva mengkagetkan Naysa...Dari belakang Nasya sedang duduk ditaman dan ia melamun..

"Doorrrrr." Daiva menepuk pundak Nasya.

"Waahh." Nasya terkejutt...

"Ih kamu apa apan sih kagetin aku, jantung aku mau copot nih." Jantung Nasya berdebar kencang.

"Hehhehhe, lagian dari tadi kamu melamun saja sih. Aku kaya kambing congeee hahahha" Jawab Daiva Jahil.

"Nih..." Daiva menyodorkan eskrim ke Nasya.

"Terima kasih sahabatku." Nasya mencium pipi Daiva.

"Ish kamu , masa aku dicium sih hahahhaa..." Daiva mengelap pipinya.

"Aku mau nanya nih hal penting ,jangan marah ya kan cuma nanya aja . Boleh ga?"

"Boleh banget lah emgnya ada apa?" Daiva heran.

"Misalnya kalo aku hilang gitu aja gimana ?" Pertanyaan yg tidak jelas.

"Ah kamu , ada - ada saja sih pertanyaannya. Kamu kan ga hilang Nasya kan selalu ada dihati Daiva." Daiva tertawa.

" Hahahaha baiklah." Nasya pun ikut tertawa.

Waktu terus berputardan sekarang sudah mulai siang. Daiva memutuskan untuk pulang kerumah karena ia sangat lelah dan mengantuk...

"Sya kita pulang yuk,,aku cape banget nih." Pinta Daiva.

"Baiklah kalo itu maumu."

Mereka pun pulang kerumahnya masing masing. Saat itu Nasya dan Daiva sering tertawa, sampai Nasya tidak merasakan sakitnya.




Kebencian Berujung KesedihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang