part 1

12.4K 417 5
                                    


"ayah laki laki inilah yg aku pilih sebagai imamku"

"apakah kau siap menikahi putri ku detik ini juga? tunjukan bahwa kamu adalah laki laki yg setia" ayah menatap calon imamku dengan penuh kepercayaan.

"Bismillahirahmanirahim insyaAllah Atas izin Allah aku akan menikahi putri bapak detik ini juga" dengan nada yg tegas dan berani si calon imamku.

mataku berkaca kaca, badanku gemetar setelah mendengar jawaban sang calon imam pilihanku.
"gimana vi apakah kamu siap menikah dengan laki laki pilahanmu ini"

"insyaAllah siap ayah"

Air mata ini menetes, kaki kuPun  lemas.
"Baiklah vi besok pagi kalian menikah dan ajak keluargamu" calon imamku mengangguk setuju.
.
.
.
.
.
.
.

"Bagaimana para saksi??"

.
.
.

"Saaaaaaah".

Terdengar suara "saaaaaah" dan itu tandanya aku sudah resmi menjadi seorang istri. Air mata ini menetes bahagia, yaAllah semoga aku tak salah memilih terimakasih yaAllah.
.
.
.
.

                        ***

"Tok.. Tok.." ketukan di balik pintu, aku ragu membukanya, ku buka perlahan.

"Assalamu'alaikum wahai istri shaliha" pipiku memerah saat suamiku berkata seperi itu. "Wa'alaikumsalam wahai suami sholeh" dengan nada gemetar dan tangan via dingin, ketika Riski menggenggap tangannya untuk menuju ke dalam kamar.

"Ko tangan kamu dingin? Gausah gerogi gitu akukan udah sah jadi suami kamu" sambil mengecup kening via. Pipi via semakin memerah dan badan rasanya lemas. Karna baru pertama via mengalami seperti ini.

"Via baru pertama ka, via malu apalagi yg namanya dicium." via menundukan pandangannya karena malu atas apa yg via  bicarakan itu.

"Haha.. Kamu lucu sayang, lagi pula ini baru ciuman sayang, belum yg lain" riski tertawa melihat wajah via yg merah tak karuan tangannya dingin dan gemetar.

"Bisa tidak kita ngebahas yg lain, mungkin yg tadi skip aja dulu" via mengalihkan pembicaraan dan riski malah menatap via dalam dalam. Sampai via menutup matanya dengan kesepuluh jarinya.

"Via jangan ditutupin mukanya, aku jadi ga bebas melihat kecantikanmu. Subhanallah, maka nikmat tuhan kamu manakah yg engkau dustakan".

Ketika via mendengar kalimat tersebut via membuka kedua tangannya untuk melihat wajah sang imamnya.

"Kenapa kamu sekarang jadi pendiem si, padahal kamu cerewet, bawel, sok kenal, dan caper".

"Caper? Sama siapa si ka" sambil mengusap kedua pipi Riski.
Via sekarang mulai bisa beradaptasi dengan keadaan.

"Sama akulah, masa sama yg lain" menatap via dengan penuh arti.
.
.
.
.
.
.
.
                          ***

Minta vote + komennya ya buat koreksi aku aja si soalnya ini cerita baru aku hehe.. Maksiih sebelumnya

Imamku pilihankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang