Awal

618 24 10
                                    

"Aku mencintaimu, aku suka padamu, tak pernahkah kau sadar akan hal itu?"teriakku dengan isak tangis saat aldo, iya pria itu pergi menjauh dariku.

Kakiku bergetar hebat, hatiku begitu hancur, terenyak dan akhirnya kakiku sudah tak mampu menjaga keseimbangan tubuhku yg mulai berat menahan beban sakit hati ini.

Langkah kaki aldo terhenti dan berbalik melihatku yang kini tengah duduk bersimpuh, dengan air mata yang terurai, aldo menarik nafas pelan dan kemudian berjalan mendekatiku.

kini ia telah berdiri dihadapanku dengan kepala menghadap keatas serta mata yang berputar melihat sekeliling seolah sedang memikirkan sesuatu.

sedangkan diriku masih tertunduk berusaha menenangkan hatiku dan memikirkan "apa yang baru saja ku katakan, dimana otakku hingga bisa melakukan hal sekonyol ini"ucapku dalam hati.

Aldo tiba-tiba duduk bersimpuh dihadapanku dan menaikan kepalaku dengan kedua tangannya, dan menghadapkan dengan wajahnya, mata ku seakan menolak melihat matanya

"dara aku sudah menganggapmu sebagai adikku, aku sayang padamu, aku memberi perhatian kepadamu tapi itu tidak lebih dari saudara, aku tidak bisa menganggapmu lebih dari itu, maafkan aku" tegasnya dengan wajah bersalah.

Mataku dengan sigap menatap matanya, saat ini mata kami begitu dekat, berhadapan dan sunyi.

"baiklah jika itu maumu, maaf jika aku pernah berharap lebih darimu" tegasku dan langsung menepis kedua tangannya dari wajahku.

Suasana hening sejenak. "Maaf" ucap terakhir aldo yg kemudian bangkit, dan berlalu meninggalkanku.


***

Seminggu sejak kejadian itu perasaanku masih cukup canggung, terutama pada Aldo.

Bagaimana tidak kelakuanku sudah diluar kontrol, mengatakan hal yang tak seharusnya ku katakan.

Dimana harga diriku, ku berharap untuk beberapa bulan atau tahun, aku tidak akan bertemu dan membahas tentangnya sampai perasaanku mengenai dia benar-benar hilang dan tak berbekas sedikit pun, tapi kehendak berkata lain.

Saat hpku berbunyi "kringgg!!!" Dengan sigap ku meraih hp yang semula ku letakkan diatas meja, dan ternyata"tante desi"degusku dlm hati.

Ku jawab telpon itu dan terdengar suara perempuan yang begitu lebut menyapaku, aku merindukan suara ini

"hallo sayang, apakabar? Hari sabtu bsok kamu kesini ya, kita pergi dinner, tante harap kamu bisa dateng" ucapnya memelas

Dan ia melontarkan begitu banyak pernyataan sehingga tak ada alasan ku membantah permintaannya.
Hal itu juga menambah beban dihatiku

"aku ingin tapi bagaimana dengan aldo, apa yang akan aku lakukan saat bertemu dengannya, tidak! Aku bukan wanita lemah, toh tak ada salahnya.
Aku jujur dan itu baik" pikirku dalam hati

Dan menjawab ajakan tante desi "baiklah tan besok aku kesana" suaraku pelan.

"baiklah sayang tante tunggu ya" jawab perempuan itu dengan semangat.

Sampai akhirnya panggilan kami terputus dan kurebahkan kepalaku yang semakin berat ini ke sofa, menutup mata sejenak, berharap besok keberuntungan akan berpihak kepadaku.

BertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang