chapter 2

344 17 4
                                    

Aku dan tante Desi berjalan pelan menuruni tangga, kita berdua telah ditunggu oleh om Agus dan Aldo.

Suara flatshoes yang kukenakan terdengar jelas menuruni tangga, menyebabkan kedua pria tersebut menoleh kearah tangga tak disangkanya aku telah turun dengan penampilan yang berbeda.

"Kamu cantik sekali sayang" puji om Agus

"Terima Kasih om" jawabku dengan senyum

"Siapa dulu dong salonnya" ledek tante Desi ke om Agus

"Ooh ya Do, dara cantik kan?" tanya tante Desi

Pertanyaan tante Desi menyadarkan Aldo dari lamunan wajah Dara yang sangat jauh berbeda.

"Ooh iya ma can..tik" jawabnya grogi

Tak hayal jawaban itu membuat pipiku merah merona, Jawaban itu membuatku serasa terbang tinggi akan tetapi aku takut, takut Aldo akan menjatuhkanku kembali.

"Ayo sudah-sudah acara memujinya, kita berangkat sekarang keburu malem" tegas om Agus

***

Diperjalanan suasana terasa canggung antara aku dan Aldo. Tapi tidak dengan tante Desi dan om Agus yang bercerita tentang masa lalunya sehingga membuatku tertawa terbahak-bahak.

Ku lihat pandangan Aldo dari kaca depan yang sedikit curi-curi pandang terhadapku, aku hanya tersenyum simpul menanggapinya karena aku takut semua itu hanya imajinasiku saja.

Wajah aldo sangat tampan saat dia berkonsentrasi, tentu hal itu yang membuatku semakin tertarik padanya.

Aku duduk dibangku nomor dua bersama tante Desi sedangkan om Agus dan Aldo duduk di bangku depan dan Aldo sebagai pengemudinya.

***

Sampai disebuah Restoran dipinggir pantai yang begitu indah, ditemani suasana malam dan bulan purnama yang cukup menghiasi.

suara deburan ombak dan hembusan angin yang membuat tubuhku sedikit merasakan kedinginan karena menggunakan baju yang cukup terbuka dibagian leher.

Ku lepas flatshoesku, dan berjalan dipasir putih, menikmati kakiku terkena air deburan ombak.

Kita harus berjalan beberapa meter dari parkiran untuk mencari Restoran karena tempatnya lumayan ditengah.

Sehingga kita harus berjalan dipasir putih yang menjadi daya tarik Restoran ini.

Didepanku sesosok pria berjalan mengenakan baju biru dan celana jins dengan postur tubuh yang proposional menambah satu nilai untuk dirinya selain ketampanannya.

Duduklah kami disebuah bangku berbentuk lingkaran, aku duduk diantara tante Desi dan Aldo hal itu menyebabkan perasaanku sedikit canggung dan degdegan.

Kami pun memesan makanan sesuai selera dan menunggu beberapa menit hingga makanan tiba dan siap menyantapnya.

Selama makan suasana terasa sunyi yang terdengar hanya suara alunan musik jazz yang disediakan Restoran untuk para pengunjungnya.

Setelah makan kami sempat berbincang-bincang sesaat, sampai akhirnya suara hp om Agus menghentikan pembicaraan kami semua.

"Kringgg..kringg..kringg"

"Hallo" ucap om Agus

.............

"Maaf pak tapi sekarang saya lagi ada acara keluarga" jawab om Agus

kepada orang diseberang sana dan menatap kami semua karena takut membuat kami semua merasa kecewa

..............

Seakan sadar dengan yang dipikirkan suaminya tante Desi pun menyudahi acara makan malam hari ini, karena mereka harus menemui clien.

Ehm sedikit kecewa sih tapi gimana lagi.

"Papa sama mama mau ketemu clien, kalian duluan pulang gak apa kan, naik taksi?" Tanya om agus

"Iya gak papa" sahutku dan aldo.

Kami berdua pun pergi berlalu meninggalkan tante Desi dan om Agus.

Aku dan Aldo berjalan mendekati bibir pantai menikmati sejenak suasana malam.

Saat menikmati suasana tiba-tiba salah satu pelayanan Restoran terjatuh saat membawa jus jeruk, dan parahnya bajuku terkena jus jeruk tersebut.

Rasanya ingin sekali memarahi pelayan ini, tapi ia telah minta maaf kepadaku dan juga memegang tanganku dan bersujud-sujud.

Wajar saja ia melakukan itu, ia takut jika aku melapor kepada bosnya dan ia akan dipecat, wanita ini sudah cukup tua dan ya, aku memaafkannya.

Dan Aldo mendekat membawa tissu dan mengelap bajuku yang basah terkena jus jeruk, kalian tau rasanya? Yang jelas begitu lengket.

"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya kwatir, Aku hanya menggeleng.

Ya Tuhan, apalagi ini?. Kenapa disaat seperti ini aku begitu dekat dengan Aldo.

Tanganku mulai mengepal karena dingin, bibirku juga mulai sedikit kaku.

Hinggal sebuah syal berwarna biru membalut bagian leher hingga dadaku. Kau tau siapa yang memasangkannya?

ALDO RADITYA HERMAN

"Apa-apaan ini, dan dimana kau mendapatkannya?" Tanyaku penasaran.

"Aku tau kau kedinginan dan siapa suruh kau pergi dengan pakaian seperti itu. Satu lagi aku melakukan ini bukan karena apa-apa"

tegasnya dan sedikit ada penekanan dikalimat akhir.

"Terima Kasih" balasku

Aku tau maksudmu baik, ya walau kau sedikit menyembunyikannya dari tutur bahasamu.

Taksi yang ku tumpangi dan Aldo kini telah sampai didepan rumahku. Aku pun turun dan sekali lagi berterima kasih padanya. Sampai akhirnya taksi itu pun berlalu dengan seorang pria yang aku cintai.

Jangan baper Dara!!!

BertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang