• seven •

935 14 2
                                    

"And we can build this dream together, standing strong forever, nothing's gonna stop us now" - Starship













Jonas's POV

"kita mau kemana?" tanya Maddy padaku.

"lihat aja" jawabku apa adanya. Entah mengapa aku masih tidak bisa menghilangkan sikap ketusku padanya seberapa besar aku mencoba.

"kalau kamu tidak suka padaku kenapa kamu membawaku pergi?" balas Maddy dengan tangannya yang bersedekap. Aku tahu, ia marah padaku sekarang.

"what do you mean?" aku tidak mengerti, sejak kapan aku pernah mengatakan aku tidak menyukai gadis ini? seharusnya ia tahu bahwa aku tidak akan pernah berhenti mencintainya bagaimanapun itu.

"kamu bersikap ketus padaku. Kenapa kamu tidak bilang saja kalau kamu tidak menyukaiku" ucap Maddy memalingkan wajahnya dariku dan mulai menatap jendela.

aku menoleh kepadanya, ingin sekali aku mengelus rambut blonde itu tetapi aku tersadar bahwa ia bukan milikku dan aku tidak bisa seenaknya berbuat semauku. aku rindu dengan semua ini, dimana hanya aku dan Maddy. Dunia ini seperti milik kami. Tidak ada yang bisa memisahkan kami.

Ingin sekali aku mengatakan apa yang sudah lama aku pendam dalam-dalam dihatiku. Membuatku sesak setiap kali aku memikirkannya.

Tapi aku bukanlah Jonas yang dulu ia kenal. Jonas itu sudah lama pergi meninggalkan tubuhku ini. Saat ini hanya tersisa rasa sakit, pedih yang tersisa ditubuhku. Apakah Maddy dapat menerima diriku yang sekarang?

"Delia" ucapku lirih. Sudah lama sekali aku tidak mengucapkan panggilan kecil itu.

Aku rasa Maddy mendengar ucapanku karena ia langsung menoleh kearahku dengan ekspresi kaget.

"K-kamu barusan panggil aku apa?" Ekspresi kaget yang sama saat aku memanggil namanya dikelas waktu itu.

"Tidak. Kita sudah sampai" terus saja dengan sikapku yang menyangkal. Dengan segera kuparkirkan mobilku dan membuka pintu keluar.

"Keluar." Ada apa dengan diriku? Tidak bisakah aku berlembut sedikit dengan gadis ini? Dasar bodoh!

Selembut mungkin aku menggenggam tangan mungilnya, membantu ia keluar. Entah mengapa Maddy justru melepaskan genggamanku kasar.

"Kamu tidak usah membantuku, aku bisa sendiri" raut wajahnya masih sama seperti saat dimobil. Muka masam dengan tangan bersedekap.

"Maaf. Bukan bermaksud ketus tetapi ini sifatku" ujarku pasrah. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa agar bisa melihat secercah harapan dimatanya, berharap aku bisa seperti lelaki lain yang sedang memikat hati seorang gadis pujaannya.

"Iyaa. Mungkin aku saja yang terlalu overreacting" tangannya kini sudah mengendur dari sedekapnya itu dan wajahnya mulai melihat mataku kembali.

Aku merasa tidak nyaman, saat ia menatapku lekat-lekat seperti saat ditaman tadi. Seperti ada perasaan yang menggelitik, kupu-kupu menari bebas di perutku. Aku tidak pernah merasakan ini. Tidak setelah aku pindah dari kota kecil ini.

"Ikut aku" pandanganku langsung aku alihkan menuju tempat yang ingin aku tunjukkan padanya. Tanganku sekali lagi menggenggam tangan mungil Maddy. Menuntunnya dibelakangku seperti dulu saat kami masih kecil.

****
"Sudah sampai" kulepaskan genggamanku dan jemariku menunjuk kearah pemandangan kota Stratford yang hanya terlihat lampu-lampu gemerlap seperti ratusan bintang diangkasa.

"Dulu aku suka kesini" ujarku memulai pembicaraan saat kulihat Maddy terpukau dengan apa yang ada didepan matanya.

"Saat aku merasa sedih, aku membawa sepedaku kesini. Tempat ini seperti pelampiasan atas segala yang kurasakan. Saat kulihat cahaya-cahaya itu, aku merasa bahwa dunia tidaklah buruk. We surely will have bad days and good days but those days only exist because it'll create those beautiful memories that brought our life into one purpose, Joy" jelasku panjang lebar.

Some Kind of Love [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang