Anak nakal, anak biadab, anak sialan, anak tidak tahu diuntung, Itu aku, kan. Ayah yang memakiku, bukan mereka, dia atau bahkan ibunda. Ayah yang mencelaku, mengataiku dengan berbagai sumpah serapah. Lantas, mengapa ayah menyalahkan keadaanku yang kau anggap hancur kepada orang lain.
Seperti saat ini.
"Kamu itu sebenernya mau apa? Ayah udah kasih semuanya buat kamu! Fasilitas, uang, sekolah terbaik, apalagi yang kurang?" Pria yang mengaku sebagai ayahku tersebut menatapku nyalang.
Aku yang tertangkap basah pulang pagi buta menjadi sasaran empuk untuk meluapkan amarahnya. Pun aku menelisik rupanya, bajingan ini sudah semakin dekat dengan ajalnya ternyata.
Rambutnya memutih, dengan banyak keriput yang terpatri di wajahnya tersebut. Tetapi, sayang sekali mulut sialannya itu tak pernah berhenti mengoceh. Tak berhenti memaki anak kandungnya sendiri.
Aku berlalu, meninggalkan keparat tersebut dengan amarah yang memuncak. Dia menyerukan namaku kasar dengan sumpah serapah sialan yang mengikuti dibelakangnya.
Untuk apa ia peduli sekarang? Kemana saja tua bangka itu pergi selama ini, saat aku berada di titik krusial yang membutuhkan sandaran.
Untuk apa dia peduli padaku. Ah, dia bukan peduli. Dia hanya menganggapku sebagai objek pelampiasan. Pelarian dari segala masalah kehidupannya.
-
Yas, ini repost dari story yg pernah ak bikin kelas 2 smp, hehe. Ada beberapa hal yg ak revisi dari versi aslinya yg jadul dan banyak banget kesalahannya.
20-01-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Revan
Teen FictionTujuan hidup Revan hanya dua, yaitu; 1. Bertemu kembali dengan ibunya. 2. Memutuskan hubungan dengan ayahnya. Ya, itu dulu. Semua terpaksa berubah karena kehadiran seorang gadis piatu di hidupnya. Mulai saat itu juga, kepingan demi kepingan yang...