Night 1 : L

288 38 7
                                    


Aku berjalan di koridor asrama Gedung A. Perlahan-lahan menyusuri koridor lantai tiga. Sekarang pukul sebelas malam. Tidak ada yang berani keluar kamar karena memang begitu aturannya. Di atas pukul sembilan malam, tidak ada siswa yang boleh keluar kamar. Peraturan itu mutlak tidak boleh dilanggar. Tidak ada yang tahu apa alasan jelasnya, tapi yang kudengar dari orang-orang, pukul sembilan malam hantu-hantu di sekolah mulai beraktivitas.

Omong kosong.

Lagi pula, kalau hantu itu beraktivitas di sekolah, kenapa kita tidak boleh keluar asrama? Tidak ada guru yang bisa menjawab. Katanya peraturan itu sudah ada sejak dulu. Aku tidak bisa terima alasan seperti itu. Sudah hampir dua tahun aku bersekolah di sini, dan misteri ini belum terpecahkan.

Karena itu, sekarang aku berjalan ke kamar satu-satunya orang yang mau berteman denganku untuk membuktikan kabar mengenai hantu itu hanya bohong. Aku berdiri tepat di depan kamar no 219, kamar temanku Lee Sungyeol. Aku mengetuk pintunya sebanyak tiga kali. Tak lama kemudian seseorang membukanya dari dalam.

"Oh, hai. Sungyeol ada?"sapaku pada seseorang yang membukakan pintu. Hoya namanya, yang kini sedang menatapku tajam.

"Kau tidak tahu ini jam berapa?"ia bertanya balik tanpa menjawabku. Yah, dia teman sekamarnya Sungyeol. Orang ini sangat taat pada peraturan. Rajin, pintar, tampan, dan mendekati sempurna. Begitulah yang dikatakan gadis-gadis di kelasku.

"Aku hanya ada sedikit urusan dengannya bisa kau panggilkan?"aku tersenyum padanya, berharap ia mau menurutiku.

Namun Sungyeol sudah ada di belakangnya menyapaku, "Myungsoo! What up?"ia melambaikan tangannya padaku.

"Aku ingin bicara denganmu. Ikut aku sebentar!"aku mengarahkan jempol kananku ke belakang sebagai tanda.

"Baiklah. Ho, aku pergi dulu,"ujarnya pada Hoya.

"Kau melanggar. Bagaimana kalau sesuatu terjadi?"tanya Hoya pada Sungyeol. Ia terlihat khawatir. Beda sekali saat ia bicara padaku.

"Oh, ayolah. Kau bisa mencariku kalau aku tidak kembali dalam satu jam,"Sungyeol mengedipkan matanya. Apa maksudnya itu? Menjijikan.

Hoya mengangguk. Sungyeol seger memakai sepatunya dan mengikuti yang sudah jalan duluan.

"Hey, kau bisa meneleponku kalau kau memang ingin bicara padaku. Apa yang akan kau lakukan? Kenapa membawaku?"Sungyeol berjalan mengimbangi langkahku. Ia melirikku.

"Membuktikan sesuatu,"jawabku singkat.

"Apa?"

"Membuktikan omong kosong yang di katakan semua orang,"jelasku padanya.

Sungyeol kemudian menghentikan langkahnya. Aku menoleh ke arahnya, "Kenapa?"tanyaku.

"Kau yakin?"tanyanya memastikan.

"100%. Kau takut?"tantangku.

"Ya. Kenapa kau tidak ajak saja teman sekamarmu?"

"Kau gila. Bicara saja belum pernah. Lagi pula anak liar itu tidak ada di kamar, dan kau adalah satu-satunya temanku. Jadi mau ikut atau tidak?"

"Huff.... baiklah"ia menghela napas dan kembali berjalan di sampingku.

"Ini sentermu,"kulempar senterku padanya. Aku punya dua.

Kami keluar dari gedung asrama dan memasuki gedung sekolah lewat pintu belakang yang tidak pernah terkunci. Ruangan pertama yang kutemukan adalah gudang. Aku baru tahu kalau di bagian belakang sekolah ada gudang yang penuh dengan lukisan-lukisan aneh. Mengerikan, tapi mempesona. Lukisan-lukisan itu seakan mempunyai daya tarik tersendiri. Aku memasuki gudang itu sendirian. Sungyeol menunggu di pintu untuk berjaga-jaga kalau saja penjaga sekolah datang.

Kupandangi satu-satu lukisan-lukisan yang terpajang di sana. Oh, ini bukan gudang ini ruang kesenian. Salah satu guru seniku pernah menceritakan tentang ruang kesenian yang penuh dengan lukisan-lukisan murid-murid terbaiknya. Katanya ruang kesenian itu tidak dipakai lagi karena ada salah satu muridnya yang mati mendadak di ruangan itu. Aku tidak tahu detailnya seperti apa, tapi nikah ruang kesenian yang dimaksud itu?

Diantara semua lukisan yang ada di sini, aku tertarik dengan sebuah lukisan yang digantung di sudut kanan ruangan. Lukisan itu menampilkan seorang siswa yang sedang melukis tanda silang di kanvas berwarna hitam. Di belakang siswa itu ada mahluk berwarna hitam berdiri tersenyum. Kepalanya bulat seperti burung hantu. Matanya berbentuk seperti bulan sabit berwarna merah yang menghadap ke bawah. Mulutnya terjahit oleh benang berwarna merah. Aku tidak tahu, tapi rasanya lukisan ini seperti foto, bukan lukisan. Ini terlihat begitu nyata.

Aku mengamati lebih dekat. Satu hal lagi yang baru kusadari, latar dari lukisan itu sama dengan ruangan ini. Tunggu, ada lagi hal yang aneh dari lukisan ini. Ada sesuatu yang ganjil. Aku terdiam sesaat mengamati dengan seksama. Oh, cermin. Cermin panjang yang diletakan di samping itu memantulkan sesosok wajah. Seakan memantulkan wajah seseorang yang sedang melukis siswa dan sesosok mahluk di belakangnya. Tunggu, itu aku.

Aku mundur beberapa langkah hingga menabrak sesuatu. Dengan cepat aku menengok ke belakang. Cermin, terletak di samping pintu. Persis seperti yang ada di lukisan itu, cermin itu memantulkan wajahku. Udara di sekitarku berubah menjadi dingin. Aneh, entah mengapa ketegangan mulai menggerogoti tubuhku. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku, dengan cepat aku menoleh.

"Kau kenapa?"itu Sungyeol. Aku menghela napas panjang. "Hey, ada apa?"tanyanya lagi menyorot mukaku dengan senternya.

Aku menepis tangannya, menyingkirkan senter itu dari mukaku. "Tidak ada. Kenapa kau tidak berjaga di luar?"

"Aku mendengar keributan di lantai atas. Mau memastikan, atau mau sembunyi?"

Aku terdiam sebentar kemudian bertanya, "Menurutmu siapa?"tanyaku padanya. Ia mengendikan bahu.

Brakk!!! Duagh!!! Brakk!!!

"Suara apa itu? Terdengar seperti perkelahian. Ayo!"aku langsung berlari ke arah tangga. Ingin memastikan apa yang terjadi. Jangan-jangan ada murid lain yang datang ke sini. Sungyeol mengikuti langkahku.

Begitu sampai di anak tangga ke sepuluh, aku mendengar seseorang berteriak, "Tolong, lepaskan dia! Ku mohon, aku tidak akan kembali lagi ke sini. Ku mohon!"

Aku menatap Sungyeol yang sedang menatapku juga. Aku mengadah ke atas hingga tetesan air jatuh mengenai mukaku. Bukan sekedar air, baunya amis, kental, dan berwarna merah.

"Myungsoo, mungkin sebaiknya kita tidak ke sini,"Sungyeol menatapku dengan tatapan horor.

Brak!!!!

Sesuatu terjatuh di belakang Sungyeol. Tubuh manusia dengan kepala yang sudah tak berbentuk. Tak lama kemudian sesuatu kembali terjatuh dari atas. Sama seperti sebelumnya, tubuh manusia dengan kepala yang tak berbentuk. Setelahnya aku mendengar suara lonceng yang sangat keras. Keras sekali.

Teng... teng... teng...

***

Wow!!! Typo everywhere... huhuhu... masih awal-awal, gak bisa bikin yang serem-serem...

//o͙u�]�


[4th Book Here] Anatomi Doll at 11 p.m. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang