Night 2 : Dongwoo

155 28 9
                                    


"Tengkorak! Ada tengkorak sedang menyapu di depan tangga!!"

Astaga, bicara apa anak ini, memangnya aku percaya? Ini belum jam sembilan, mustahil kalau mahluk-mahluk yang biasa dibicarak itu muncul sekarang. Aku menggeser tubuh Woohyun untuk membuktikannya. Aku membuka kunci pintu kamarku dan sedikit mengintip ke arah tangga. Kosong. Tidak apapun di tangga. Aku kembali menatap Woohyun dengan tatapan 'lihat, tidak ada apapun di sana'.

Kali ini Woohyun mendorong tubuhku untuk melihatnya, "Aku tidak bohong. Tadi ada di sana,"ujarnya sambil menatap ke arahku.

"Ya, ya.. terserahlah,"aku mengibas-ngibaskan tangan. "Lalu, bagaimana dengan informasinya?"

"Ah, kau benar. Ceritakan semuanya,"Woohyun duduk di salah satu ranjang yang ada di kamarku. Itu ranjang Kihyun. Sahabatku yang meninggal tahun lalu.

Aku menatap Woohyun yang duduk bersila di atas ranjang Kihyun. Sama. Cara duduknya sama dengan apa yang biasa Kihyun lakukan. Rasanya aku mulai merindukan kehadiran sahabatku itu.

"Halo... Dongwoo-ssi? Kau tidak apa-apa?"Woohyun melambai-lambaikan tangannya di depan mukaku.

"Ah, ya. Apa tadi? Dongwoo-ssi? Aku memang satu tahun di atasmu, tapi aku baru pertama kali mendengar kata-kata sopan dari mulutmu,"aku tersenyum mengejek.

"Aku bersumpah tidak akan pernah berkata sopan lagi padamu,"nampaknya Woohyun sedikit kesal. Ia menatapku dengan tatapan sinis.

"Itulah sebabnya kau tidak punya teman,"ujarku sambil tertawa. Kulihat ia hanya menaikkan kedua alisnya. "Oke, oke. Aku akan mulai. 1990, terjadi pembunuhan yang dilakukan murid kelas 2-3 bernama Kim Jinwoo. Korban bernama Bang Cheolyong atau biasa di sebut Mir dan kekasihnya Yoon Dayoung. Kedua mayat korbannya tidak pernah ditemukan, tapi kau tahu bagaimana polisi mengetahui kedua orang itu di bunuh? Kim Jinwoo sendiri yang mengirimkan beberapa organ dari korban pada polisi,"jelasku panjang lebar.

"Organ?"tanya Woohyun.

Aku mengangguk, "Ya. Setiap harinya setelah ia membunuh kedua korbannya, ia selalu mengirimkan organ-organ pada polisi. Anehnya, ia hanya mengirimkan organ-organ dalam dari Yoon Dayoung tanpa tulang. Entah dikemanakan mayat Mir. Ia juga mengaku pada polisi bahwa ia yang membunuh kedua korban itu melalui telepon dan meminta agar polisi menjemput dirinya di rumah.....,"aku berhenti sejenak.

"Lalu?"

"di sini lah keganjilan itu datang, sesaat setelah polisi menerima panggilan, mereka bergegas untuk menangkapnya di rumahnya. Namun Jinwoo tidak ditemukan di manapun, orang tuanya bilang kalau Jinwoo pergi sebentar untuk mengirim pesan pada temannya, tapi ia belum kembali. Polisi pun datang ke rumah temannya dan bertanya di mana Jinwoo berada. Menurut kesaksian temannya itu, Jinwoo bilang kalau ia hendak menyerahkan diri pada polisi dan meminta maaf padanya, setelah itu dia tidak tahu,"aku menghela napas sejenak penasaran dengan reaksi yang diberikan Woohyun.

"Lalu, di mana Jinwoo sekarang?"ia nampak penasaran tapi tidak serius tertarik dengan hal ini.

"Hilang, mayatnya tidak pernah ditemukan. Dua tahun setelah Jinwoo mengaku, seseorang mengirimkan surat pada polisi beserta foto-foto mayat Jinwoo dengan kondisi mengenaskan. Sekujur tubuhnya tertutup darah, sama sekali tidak memperlihatkan kulit putihnya. Suratnya hanya berisi begini 'Mir ada pada Jinwoo, dan Jinwoo ada padaku. Coba tebak siapa aku dan temukan aku di mana' yang di tulis dengan darah. Polisi kemudian menangkap beberapa teman Jinwoo, namun mereka tidak terbukti bersalah,"jelasku lagi.

"Hmmm.... lalu, apa hubungannya kasus tadi pagi dengan Jinwoo? Kenapa ayah dan Yoo –ssaem menyebut-nyebut namanya?"tanya Woohyun lagi.

"Yah, kau tahu? Sejak kedua korban Jinwoo menghilang, sekolah ini jadi penuh mahluk. Kita dilarang keluar asrama di atas jam sembilan, bukan? Mereka melanggarnya. Mahluk itu yang membunuhnya,"jawabku santai.

"Mahluk?"astaga, anak ini lemot sekali.

"Setan? Hantu? Arwah korban Jinwoo? Aku tidak tahu harus menyebutnya apa,"aku mengendikkan bahu. Kulihat raut muka Woohyun berubah. Mungkin ia kaget karena tadi melihat sesuatu di tangga. Kemudian ia beranjak dari ranjang Kihyun hendak membuka pintu. "Tunggu! Sekarang sudah jam sepuluh, kau tidak boleh keluar!"

Ia terdiam sebentar sebelum akhirnya membalikkan badan. "Asal kau tahu saja, Kihyun, Minhyuk, Jooheon, Changkyun, Shownu, Wonho, Hyungwon....., mereka semua mati karena melanggar peraturan itu. Hanya Sunggyu yang selamat. Kau tahu itu, kan? Dan sekarang anak-anak dari kelas satu itu melanggar peraturannya lagi. Kau lihat akibatnya, kan?". Terjadi keheningan sesaat.

Ia tersenyum padaku, "Kalau aku mati, tidak masalah. Tidak akan ada yang menangisiku, bahkan ayah sekalipun tidak akan peduli. Lagi pula, aku sudah bertahan terlalu lama. Mungkin mereka sangat dendam padaku,"itu kata-kata terakhir yang diucapkannya sebelum meninggalkan kamarku.

Anak gila! Aku hendak menyusulnya tapi kuurungkan niatku. Aku tidak ingin bertemu dengan mahluk-mahluk itu. Kenapa dia tiba-tiba berubah seperti itu? Dan apa maksudnya bertahan terlalu lama? Siapa yang dendam padanya? Dasar gila, tidak sayang nyawa.

Dddrrrrttttt..... telepon genggamku bergetar. Seseorang meneleponku. Sunggyu. Aku mengangkatnya, "Ada apa?"

"Hey, dengarkan aku. Tutup jendela kamarmu sekarang juga!"ujarnya di telepon dengan terburu-buru.

"Heh? Kenapa?"

"Dongwoo, tutup jendelanya!"ia membentakku.

"I..iya. Kau ada di mana sekarang? Kenapa berisik sekali?"

"Aku? Aku di kamar Myungsoo,"jawabnya.

"Hyung....,"aku mendengar seseorang di telepon.

"Ada apa, Ho?"kali ini aku mendengar Sunggyu menjawab orang itu.

"Orang-orang di lantai atas berlarian ke bawah, apa kita juga ikut?"tanya orang itu.

"Aku tidak tahu,"jawab Sunggyu.

"Bagaimana ini? Mereka menemukan kita!"

"Apa kita akan mati?"

Aku mendengar beberapa orang lainnya di seberang telepon. Aku diam mendengarkan. Ada apa ini? Kenapa suasananya tegang seperti ini?

"Mereka tidak menemukan kita, Myungsoo. Dan Sungjong, kita tidak akan mati,"jawab Sunggyu.

"Hey, sebenarnya ada apa ini?"tanyaku.

"Dong, mahluk itu muncul. Kau berhati-hatilah. Jangan keluar kamar. Firasatku tidak enak tentang jendela. Aku menghubungimu karena mahluk itu sejak tadi ada di lantai yang sama dengan kamarmu. Tutup jendela dan jangan dekat-dekat dengan jendela. Ah, satu lagi. Mahluk itu muncul sebelum jam sembilan, aneh, kan? Pokoknya hati-hati,"Sunggyu menutup teleponnya.

Apa? Jangan-jangan yan dilihat Woohyun itu benar-benar ada. Astaga, apa yang harus kulakukan? Jendela, ya, jendela. Aku segera menghampiri jendela untuk menutupnya. Belum sempat aku menutupnya, sebuah tangan berwarna merah bata kecoklatan bertekstur kenyal menarikku keluar jendela. Aku terlalu terkejut sampai tidak bisa melawannya. Yang kulihat hanyalah sebuah jalan di bawah hingga akhirnya gelap. Gelap..... dan gelap. Aku tidak merasakan apa-apa lagi.

***

Next Chapter :

"Aku tidak menyangka Dongwoo berakhir seperti ini"

'Kemana anak itu? Aku tidak melihatnya sama sekali'

" Kim Sunggyu dari kelas 3-3, Lee Sungyeol dan Nam Woohyun dari kelas 2-1, Lee Howon dan Kim Myungsoo dari kelas 2-3, dan Lee Sungjong dari kelas 1-1 harap datang ke ruang multimedia sekarang juga"

̻Բ�§

[4th Book Here] Anatomi Doll at 11 p.m. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang