0.4

12.7K 380 6
                                    

WARNING!!!

Ia berjalan mendekat kearah ku. Tatapan nya begitu menggoda. Hey, apa yang kau pikirkan Lace? Dengan cepat aku menggeleng dan kembali menatapnya.

"A-apa yang kau lakukan?!" Ucap ku saat melihat Harry berjalan mendekat.

Sial.

Ia menangkup wajah ku dengan tangan kanan nya. Memegang pipi kiri ku dengan lembut. Seketika, tatapan ganasnya berubah menjadi tatapan lembut.

Mata hijaunya kini menatap mata ku. Tatapan semakin dalam. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang kenyal dan lembut telah menempel di bibir ku.

Melumatnya dengan sangat perlahan dan ia pun memperdalam ciumannya. Memaksakan ku membuka bibirku, tapi aku tetap menutupnya. Dengan kasar, ia menggigit bibir bawah ku, dan itu membuat ku membuka mulutku. Harry pun langsung memasukan lidah nya kedalam mulutku dan menjelajahi setiap bagian mulut dalam ku.

Tangan kanannya menangkup bokong ku lalu memerasnya. Aku pun menggerang dan sesekali mendesah dalam ciuman kami. Dan tangan kirinya, kini meraba punggung ku.

Sentuhannya membuat ku gila. Aku bisa gila karenanya. Dia begitu nikmat. Oh, baiklah aku sudah benar-benar gila sekarang.

Harry membuka kaitan bra yang kukenakan. Dengan gerakan cepat, Harry melepaskan kaus yang kugunakan bersamaan dengan bra lalu melemparnya kesembarang arah. Lalu kami melanjutkan ciuman kami. Kini, aku hanya mengenakan celana jeans saja.

Harry pun membawa ku keranjang, lalu menidurkan ku tanpa melepas ciumannya. Oh tidak, apa yang kulakukan?

Harry kembali meraba tubuhku. Kini bagian depan. Meraba perutku lalu memeras salah satu payudara ku. "Arghh!!" Umpat ku disela-sela ciuman kami. Lalu, ia melepaskan ciumannya. Napasnya memburu, begitupula dengan ku.

"Are you ready?" Tanya nya. Aku mengkerutkan kening ku, "ugh, just playing with me" akhirnya aku mengangguk. Tidak, tapi bukan aku mengontrol semua tubuhku.

Harry mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, benda itu berwarna silver. "A-apa itu?" Tanya ku dengan hati-hati. "Ini namanya kondom" aku mengangguk mengerti lalu memalingkan wajah ku dari wajahnya.

Ia pun menggigit bungkus kondom itu lalu membukanya. Masih berada di mulut, Harry pun melepas celana beserta boxer nya. Whoa, juniornya sangatlah besar.

Hey! Apa yang kau pikirkan Lace? Kau sudah gila.

Dengan gerakan cepat, ia pun memasang kondomnya dijuniornya. Oh, ini sangatlah menjijikan. Terlihat ia menyeringai nakal lalu membuka jeans yang ku kenakan. "Can I?" Tanya nya. Aku pun mengangguk ragu.

Setelah kami sama-sama naked, Harry memajukan wajahnya lalu mencium ku sekilas. "Baiklah. Ini tidak lah sakit. Jika sakit, kau bisa beritahu aku" jelasnya. Aku pun mengangguk mengerti.

Hal selanjutnya adalah, Harry memasukan juniornya kedalam ku. "Ahhh.. kau sangat sempit Lace" gumam nya. Aku yang merasakan sakit yang luarbisa itu pun langsung menarik seprai dengan sangat kuat. Setelah sebagian junior Harry telah masuk, rasa sakit itu bertambah dan aku meneteskan air mata. Dan aku merasakan cairan keluar dari daerah sensitif ku.

"Apakah sakit?" Tanya nya. Aku menggeleng, "baiklah" lalu Harry melakukan gerakan masuk-keluar dengan perlahan. Aku hanya bisa mendesah dibawah Harry. "Ahh--Har-ry.. ahhh" ia pun menyeringai, lalu mencium ku.

Ciuman kami mulai memburu. Ku eratkan tarikan tangan ku pada seprai saat Harry mencium telungkuk ku. "Fasterr.. faster.. ahhhh" bisa ku rasakan Harry tersenyum dibalik sana. Dengan demikian, Harry menuruti perintah ku. Okay, aku sudah menikmati nya.

"Mendesahlah Lace, aku suka suara mu" ucap nya dengan suara serak ciri khas nya. Tempo yang Harry berikan semakin cepat, dan aku sudah tak kuasa menahan kenikmatan ini. Aku pun mendesah dan melengkungkan tubuh ku keatas, "hhhhhhhh..."

"Ha-Harry.. aku-aku ... sudah ingin ... ke-kelu-luar ..." ucap ku, Harry mengangguk lalu mengambrukan tubuhnya diatas tubuh ku. Tubuhnya terlihat mengkilap akibat keringat yang menyelimuti tubuhnya, begitu pula dengan ku.

Harry pun berpindah posisi kesebelah ku. Ia menarik ku kedalam pelukannya. Kepala ku berada di atas dada bidang nya. Sebelum itu, aku bangkit untuk mengambil selimut lalu menyelimutu tubuh kami. Saat aku mengambil selimut yang berada diujung ranjang, aku melihat darah yang tertera di seprai putih ku. Kurasa ini cairan yang keluar saat Harry memasukkannya pertama kali. Pikir ku.

Seketika, aku terpanah dengan tatto kupu-kupu nya. Refleks, aku pun menyentuhnya, karena aku tahu itu tidak sopan, ku turunkan kembali tangan ku. "Pegang saja jika kau mau" ujar nya tiba-tiba. Dengan ragu, aku menyentuhnya lagi. Diiringi oleh detak jantung nya yang belum stabil, aku menjadi bertambah gugup.

°°°

Ku rasakan ada yang mengelus rambut ku. Ku buka mata ku perlahan lalu bangkit menjadi duduk. Menatap Harry dengan tenang. "Hey" sapanya, aku hanya tersenyum sebagai jawabannya. "Aku--aku akan mandi dan membuat makan" dengan begitu aku langsung bangkit dan berjalan meninggalkan Harry yang masih berdiam diri diatas ranjang ku.

Sekitar 20 menit ku pakai untuk mandi. Kugunakan legging hitam polos dipadukan dengan kaus putih polos yang agak kebesaran jika ku pakai. Setelah selesai, aku pun keluar dari kamar mandi dan tidak menemukan batang hidung Harry. Aku pun mengangkat bahu ku lalu berjalan menuju dapur.

"Rupanya kau di sini" ucap ku saat melihat Harry sedang menonton televisi di ruang tamu. Ia pun meliriku sekilas lalu matanya tertuju ke televisi lagi. Aku pun langsung berjalan menuju dapur.

Ku buka kulkas dan hanya menemukan telur, sosis dan juga cabai. Ku rasa aku akan membuat omelette. Ku pecahkan telurnya lalu mengocoknya. Setelah itu, ku masukan sosis yang telah ku potong-potong. Lalu, ku masukan tirisan cabai kedalam telur dan mengaduknya menjadi satu.

Setelah makanan jadi, ku letakan di atas piring lalu membawanya ke ruang tamu. Masih dalan posisi yang sama, Harry hanya melirik ku sekilas. "Aku ... aku telah membuatkan mu omelette" ia tersenyum tipis lalu memakan omelette buatkan ku. Aku memandangi nya agar aku mendapat jawaban akan hasil makanan buatan ku. Merasa diperhatikan, ia pun menoleh, "apa?" Aku pun berkedip, "ba-bagaimana ra-rasanya?" Tanya ku. "Ini ... sangat enak" jawab nya, sangat tenang. Aku pun tersenyum simpul.

Setelah selesai menghabiskan omelette, Harry menoleh kearah ku, "Lacey?" Aku pun menatapnya, "y-ya?"

"Can I call you My Bitch?" Tanya nya. Yang ku ingin kan bukan menjadi jalangnya, tapi ingin menjadi bagian dari hidupnya. "N-no" jawab ku "Can I call you My Bitch?" Ulang nya. Kenyataannya aku tidak ingin menjadi jalangnya. Tapi, bukankah menjadi jalangnya, sudah cukup dekat dengan nya? "Fine. I'm Your Bitch"

°°°

Sepeti biasa, Harry selalu meninggalkan uang pada ku. Why? Because I'm His Bitch. Aku hanya dipakai jika ia ingin bermain, setelah ia puas, ia membayar ku. Aku pun berjalan menuju kamar ku.

Melijat keadaan kamar ku, membuat ku lelah. Dengan cepat aku membuka seprai nya. Tunggu, darah. Kalau ada darah, berarti ... sial, keperawanan ku telah direbut oleh nya. Pikir ku.

"Fuck" umpat ku lalu melempar seprai nya ketumpukan pakaian kotor ku. Setelah mengganti seprai, aku berjalan menuju rak buku untuk mengambil sebuat novel bergenre roman.

Sebelum itu, aku berjalan menuju dapur untuk membuat cokelat panas untuk menemani ku. Setelah membuat cokelat panas, aku berjalan menuju balkon kamar ku.

Ku letakan gelas itu di meja kecil tepat di samping kanan ku, lalu menbuka novel nya dan mulai membaca. Tiba-tiba sebuah pertanyaan melintas di pikiran ku.

Kenapa aku mudah terangsang dengan nya?

Olla.. maaf di gantung wkwk. Gimana sejauh ini?

Nah jawaban kalian apa tuh? Wkwk

P.s: kalo vomment(s) di part-part sebelumnya sedikit, gue bakal nge-unpublish atau enggak nge private story ini. Sorry guys;(

P.s.s: baca juga story gue yang lainnya, give a vote if you like it guys.

Toodles♥

{HAPPY NEW YEAR, BTW HAHA}

I'm Your, Bitch »» h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang