Chapter 3

57.6K 1.2K 35
                                    

Surprise Update!

Sup yo? Haha lama banget gak di next ya? Sebenernya gak niat ngelanjutin cerita ini sih, tapi berhubung plotnya udah gue pikirin ya.. Gue lanjutin ekekkee.

Btw, comment + vote for early update! Maybe double update.. Who know?

Pst, smut coming soon..

-

-

-

"Pagi.." Aku mengusap mataku dan berjalan melewati Harry yang sedang memakan roti isinya.

"Pagi Jess, ada roti isi dimeja untukmu."

"Okay, dimana mom?"

"Pergi sejak tadi pagi. Dia meninggalkan catatan itu." Harry menunjuk pada secarik kertas yang menempel di pintu lemari es.

"Ugh, okay." aku mengambil roti isiku dan duduk di kursi depan Harry. Aku mengeluarkan ponselku dan mengirim pesan pada Matt untuk menjemputku karena mom pergi.

"Kau harus ke sekolah hari ini?" Aku menggumamkan kata 'iya' padanya.

"Aku bisa mengantarmu"

"Tidak perlu, temanku akan menjempu-"

"Itu bukan pertanyaan. Cepat habiskan roti isimu. Aku tunggu di mobil." Dia beranjak dari tempat duduknya, meletakkan piring kotornya di tempat cuci piring, lalu berjalan keluar dari ruangan. Aku hanya bisa menghela nafas. Harry bukanlah orang yang bisa dijawab 'tidak'.

Aku menghabiskan roti isiku dan mengirim pesan pada Matt kalau dia tidak perlu menjemputku kali ini. Aku memakai converse biruku dan menenteng tasku ke mobil.

Di mobil, Harry hanya diam dan sesekali bergumam dengan irama lagu yang diputarkan diradio. Sesekali aku menoleh ke arahnya dan menatapnya beberapa saat sampai dia membalas menatapku dengan mata emeraldnya. Kadang aku heran, kenapa cowok setampan dia yang pastinya dikejar kejar oleh banyak wanita lebih memilih untuk melajang daripada mendapatkan wanita manapun yang dia mau.

Harry menghentikan mobilnya di depan gedung sekolahku dan beranjak dari tempat duduknya untuk membukakan pintu untukku. Mungkin kau pikir dia hanya cowok brengsek, well, sebenarnya aku juga beranggapan begitu. Tapi sebenarnya Harry tidak terlalu buruk. Saat ini dia bisa menjadi orang paling menyebalkan lalu beberapa detik kemudian dia bisa menjadi lelaki paling gentleman yang pernah kau temui. Dia perlu mengontrol pergantian sifatnya karena jujur, itu bisa membuatku gila.

Aku merasa ada beberapa pasang mata yang melihat ke arah Harry dan aku tapi aku mencoba untuk menghiraukannya. Memang tidak banyak yang tau kalau Harry adalah kakakku karena selain Harry tidak bersekolah disini, dia juga tidak ingin dikejar kejar oleh bocah ingusan. Begitulah dia menyebut teman temanku. Dasar cowok brengsek kepede-an.

Aku menggumamkan terima kasih padanya dan dia membalasnya dengan mengangkat jadi jempolnya ke arahku lalu menyetir pergi.

Aku melihat mobil Matt terparkir dan dia keluar dari mobilnya. Aku menghampirinya dan berjalan bersama ke dalam gedung sekolah.

"JESSIE, JESSIE, JESSIE !" Amy berlari menghampiriku.

"Yaampun! Yaampun! Apa kau lihat betapa memukaunya cowok yang mengantarmu tadi? Yaampun! Siapa dia? Aku yakin co-"

"Cowok? Siapa?" Matt memotong ocehan Amy dan menatapku dengan tatapan penuh kecemburuan.

"Harry."

"Siapa?"

"Harry. Yaampun! dia saudaraku, tenangkan sedikit hormonmu Amy!" Amy terdiam sesaat dan Matt hanya mengeluarkan kata 'ohh' dari mulutnya.

"Tunggu! Saudara? Yaampun, bagaimana bisa kau tidak pernah memberitahuku? Err.. Jess, bisa kau katakan padanya aku bilang 'hi'. Oh Jess, kau tidak tau betapa tampan dan kerennya dia tadi. Aku yakin dia 'hebat' saat di kamar tidur." Mataku melebar mendengar kata katanya yang terakhir.

Oh Amy sayang,
Kau tidak tau betapa hebatnya dia..

"Uhum, pertama, aku tidak terlalu suka berbicara tentangnya. Kedua, tidak. Aku tidak akan membiarkanmu masuk ke dalam celananya."

Itu milikku.

"Oh, come on Jess! Lihat betapa seksinya dia dengan rambut keritingnya yang tersibak kebelakang dan tato di lengan berototnya. Aku yakin 'harry kecil' sebenarnya tidak benar benar kecil."

"Aku tau, tapi Amy! Dia kakakku. Bagaimana perasaanmu jika sahabatmu sendiri bercinta dengan kakakmu?" Aku memelototkan mataku padanya.

"Okay, okay! Tenang babe, persahabatan kita lebih penting daripada kemaluan Harry, okay?" Katanya sambil mengalungkan lengannya ke pundakku. Aku tersenyum dan menoleh ke arah Matt. Tunggu... Dimana Matt?

Aku berjalan ke arah lokernya dan menemukannya sedang berbincang dengan teman temannya. "Hey, babe" aku melingkarkan tanganku ke pinggangnya.

"Sudah selesai dengan Amy?"

"Hmm, kenapa pergi?"

"Aku tidak perlu mendengar betapa besar 'punya kakakmu' bukan?" Aku mengeluarkan tawa kecil dan mengecup bibirnya.

Bel sekolah berdering dan para siswa mulai berhamburan masuk ke dalam kelas masing masing. Aku membuka kertas jadwal dan melihat kelas apa yang aku punya sekarang. Ugh! Kimia. Aku menyeret kakiku ke arah laboratorium kimia yang sudah hampir penuh dan duduk di sebelah Loyd, si aneh kutu buku.

*AFTER SCHOOL*

Aku berada di koridor sekolah dengan Matt yang sedang mengucapkan sweet nothing di telingaku lalu mengecup bibirku beberapa kali sebelum ponselku mulai berdering. Aku mengeluarkannya dari saku celanaku dan mengangkatnya.

"Hal-"

"Jess! aku sudah diluar. Cepat" lalu sambungannya mati. Tipikal Harry, aku bahkan belum selesai mengucapkan halo.

"Babe, Harry sudah diluar. Aku harus pergi." Dia mengangguk dan menarikku untuk ciuman terakhir. Aku merespon ciumannya dengan menggerakkan bibirku sesuai dengan iramanya lalu dia menarik bibirnya lepas dari bibirku. Dia memberiku satu kecupan kecil lagi sebelum kita berjalan keluar dari gedung sekolah untuk disambut dengan Harry yang sedang bersandar di mobilnya dengan tatapan kesal. Aku melambaikan tangan ke arah Matt lalu bejalan menghampiri Harry.

Sibling Fucker ☞ ⓗⓢTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang