Chapter 24

6.3K 208 14
                                    

Ada yang masih ingat sama gw?
Ada yang kangen? 😂

First of all, im really sorry about the delay.
Yah.. Maafkan saya yang sering janji update tapi gaperna kelaksana 😭
Gw bakalan nyempet nyempetin buat update kok. Janji! <<palsu keknya 😂

DEDICATION AND SPECIAL THANKS BUAT katarinalivia bcoz dia yang selama ini nuntun gue buat update mulu sampe bosan 😂😂 i luv yuu!!!!!

DEDICATED TO ctvhood juga bcoz she is AMAZING and i love her so much 💞 tadi salah mention 😂

And please, i NEED your comment and your thought about this book and this chapter 😭😖

I love you guys! Thanks for staying! Ps*maafkan ai ya 😭

-

-

Jessie's POV

Aku mengacau.

Aku tak bermaksud untuk menyakiti Niall. Aku tak bermaksud untuk mengusirnya begitu saja, tapi aku harus memilih antara dia dan matt. Matt yang tak lain adalah kekasihku dan dia.. Hanya seorang teman yang baru saja kukenal. Tapi tetap saja, aku sangat sangat merasa bersalah kepadanya.

Setelah matt mengantarkanku pulang kerumah, dia langsung menancap gasnya untuk pergi karena 'katanya' temannya sudah kehabisan kesabaran. Bahkan aku tak sempat untuk mengucapkan terima kasih padanya.

Aku hanya mendengus resah tanpa bisa melakukan apa apa. Hubungan kita terasa tak berarti baginya. Ini sungguh melukaiku, dimana sebuah ikatan yang kuanggap sangat berarti dengan seseorang, tapi tak berarti untuk seseorang itu. Aku cukup lelah menyikapi semua sikap matt, tapi aku masih mencintai matt dan aku mencoba untuk menerima dan mengerti tentang kesibukannya.

Aku menatap kosong dinding usam di depanku, ada sesuatu yang mengusik di kepalaku. Aku masih tak habis memikirkan tentang Matt dan Niall. Mereka dua pribadi yang berbeda, Matt memang tak terlalu memperlihatkan kasih sayangnya kepadaku tapi sekali ia melakukannya, ia membuatku jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya. Berbeda dengan Niall, ia terlihat lebih menaruh perhatian kepadaku, ia akan menemukan cara untuk memujiku di setiap kesempatan. Bukan cinta yang aku rasakan dengannya, tapi rasa nyaman. Mungkin, rasa nyaman inilah yang selama ini aku cari dan aku harapkan dari Matt, tapi sayangnya, ia tak mungkin dapat memberiknnya kepadaku.

Aku pikir sepertinya sudah cukup aku melamun, aku beranjak pergi ke dapur dan mengambil satu buah apel dan berjalan ke arah kamarku. Tentu saja aku harus melihat daun pintu hitam milik harry yang tertutup rapat, aku tak dapat mencengah diriku untuk bertanya tanya apakah laki laki bermata hijau itu telah kembali pulang tadi?

Khawatir dan sedikit rasa penasaran aku rasakan yang membuat tubuhku bergerak mendekat ke arah kamarnya tanpa sengaja. Dengan sekejab tanganku sudah berada di knop pintu kamarnya dan mendorong pintunya terbuka. Rasa kecewa langsung menyelimutiku karena tak terlihat sedikitpun tanda ia tadi berada disini.

Aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar itu setelah mengambil sebuah kaos dari kursinya dan membawanya ke kamarku. Aku masih kesal dan marah padanya, aku juga masih tak ingin melihat wajah sialannya. tapi dilain sisi, dia harry-ku. Aku harus membuktikan padanya jika aku bisa bertahan sendiri tanpa lindungannya.

Sibling Fucker ☞ ⓗⓢTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang