-Dzawiin Pov-
Aku langsung memutar motorku saat dia sudah masuk kedalam gerbang rumahnya.
Saat menuju rumahku aku melihat sebuah kayu besar tumbang tepat di depan motorku. Daerah ini seharusnya tidak ada pohon sebesar ini. Tapi aku langsung mengambil rute memutar yang sedikit mengambil waktu lama untuk sampai dirumah saat aku berbalik aku melihat 3org pemuda yang mengenakan seragam sama persis seperti ku. 'bukankah twmpat ini jarang dikunjungi orang bagaimana merrka bisa tau aku akan pulang lewat sini' aku berkata dalam hati
"Dzawiin Ghifari" salah seorang dari mereka membuka helmnya dan diikuti oleh 2org lainnya "irfan" aku terkejut "ya Irfan Niyaz. Ada hubungan apa antara lo dan Rana" dia memulai percakapan aku turun dari motorku dan merekapun melakukan hal yang sama "gue pacaran sama Rana. Apa urusan kalian" aku memberanikan diri.
Kemudian mereka menghujami ku dengan tinjuan kasar di bagian pelipis dan perutku. Aku tersungkur dibawah matahari dan itu membuatku semakin sulit menemukan kesadaranku. Aku mulai berdiri lagi setelah mereka menendangku. Tatapanku kabur. Darah keluar dr dalam hidungku. Kepalaku bocor. Aku mencari pegangan di sekitarku. Tapi nihil. Tak ada satupun yang bisa ku gapai. Aku melihat irfan dan kawan-kawannya pergi. Beberapa saat kemudian padanganku semakin gelap dan aku kehilangan kesadaranku
-Rana Pov-
Drtrrttt. . . . .Drrrrtttt. . . . . . Handphoneku berdering. Aku melihatnya. -Tante Tiara- Mama Dzawiin. Ada apa dia menelponku? Darurat kah? Akupun mengangkatnya-on phone-
'halo tante. . . ." aku memulai
'Rana, tadi siang Dzawiin bilang mau nganterin kmu pulang, apa sekarang dia masih sama kamu' nada khawtir yang beliau coba sembunyikan selalu muncul di setiap kata yang dilontarkan'dzawiin sudah pulang 1jam yang lalu tante. Tadi memng dia nganterin Rana tapi di langsung pulang te' aku pun mrasakan hal yang sama
'dia belum sampai Rana. Tante khawatir. Tante telpon dia tapi gak di angkat' aku bisa merasakan bahwa dia menangis
'ya udah Rana susulin dia ya tee. Mungkin motornya mogok atau kenapa gitu'
'iya Rana makasih ya'
Aku pun mematikan telponku dan menuju garasi mengambil motorku. . .
. .
.
.Aku menelusuri jalan yang biasa di lalui Dzawiin untuk pulang dan saat tiba di tempat yang agak sepi aku melihat ada pohon tumbang yang menghalangi jalan akupun mendekati pohon itu dan mandapati Dzawiin tersungkur di bawhnya
"Dzawiin kamu kenapa?" wajahnya babak belur banyak lebam di wajahnya
Matanya mengerjap"Ranaa. . . . tadi. . . . .Irfan" lalu dia kembali pingsan suaranya terbata
"Dzawiin kamu kenapa? Dzawiin bangun dong" aku meraih teleponku dan menelpon ambulance segera
***
Akhirnya aku sudah sampai di rumah sakit aku menunggu di ruang tunggu lalu Mama Dzawiin berlari menuju ke arah ku
"Sayang Dzawiin kenapa?" dia memelukku
"Aku gak tau tante tadi waktu aku samperin dia ke jalanan yang biasa dia lewatin kalo mau pulang. Dan dia udah dalam keadaan seperti ini tante aku gatau" aku menjelaskan tiba-tiba dokter keluar dari dalam ruangan Dzawiin"Bagaimana keadaan anak saya dok?" beliau langsung menghampiri dokter
"Tidak papa bu. Hanya cidera kecil saja. Dan saya sudah memberikan anti biotik untuk membersihkan luka-lukanya untuk beberapa hari kedepan dia dinjurkan untuk mengenakan kursi roda karena tulang keringnya patah dan tidak memungkinkan untuk berjalan" dokter langsung meninggalkan aku dan tante***
-Irfan Pov-
"Apa kemungkinan terburuknya bang?" aku bertanya pada dimas
"Tulang keringnya patah. Cidera di mana-mana segitu istimewakah Rana sehingga lo ngelakuin perbuatan keji ini fan" dia menatap tajam
"Rana itu beda Dim. Dia punya mata coklat yang Hangat dan irfan suka itu" eqy yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara
"Ini baru peringatan pertama sekali lagi dia berani deketin Rana, akibatnya akan lebih dari ini semua. Gue akan bikin dia nyesel udah pilih hal yang salah" Irfan mengambil kunci motornya dan pergi
-To Be Continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Me
Romance"Apa yang membuatmu mencintaiku?" -Kirana "Kau segalanya dan lebih berharga dari apapun" - Irfan