Part 3

889 93 1
                                    

Hanya karena nadanya terdengar mengancam, dan Hinata terkurung seperti ini, Sasuke berharap dirinya akan menjadi gadis patuh? Jangan harap!

"Apa kau tuli, Sasuke? Aku tidak mau. Pria macam apa kau, memaksakan kehendakmu pada seorang gadis muda sepertiku."

"Gadis eh?" sindir Sasuke, memandang Hinata dari atas ke bawah, dengan tatapan menilai, membuat Hinata merasa tak nyaman. Dan Sasuke menyadari gelagatnya.

Pria itu tersenyum sinis. "Kenapa?" katanya lagi. "Sudah terlambat untuk bersikap malu-malu, bukan?"

Komentar bernada sindiran itu semakin menyulut amarah Hinata. Jika Sasuke ingin berperang, baik! Hinata akan meladeninya. Ingin mengungkap masa lalu. Fine!

Hinata hanya berharap Ino bersedia menemaninya ke club setelah ini, untuk menghiburnya.

"Ada apa denganmu, Uchiha?" desisnya tajam. "Jika kau ingin memiliki seorang tunangan, kenapa kau tak pilih satu dari koleksi wanita brengsekmu. Aku yakin, mereka langsung melompat kegirangan karena itu!"

Sasuke mengangkat bahunya dengan acuh. "Mungkin. Tapi kau akan menjadi sosok tunangan dan calon istri yang bisa dibanggakan. A trophy wife."

Dan komentar itu jelas memutuskan mata rantai kesabaran Hinata yang memang sudah tipis. Apa katanya tadi? Thropy wife?

"Brengsek kau!" katanya sengit sambil mendorong Sasuke dengan kedua tangannya, membuat pria itu terhuyung ke belakang karena tak menyangka. "Piala? Aku bukan barang, Uchiha!"

Sasuke, yang berhasil mempertahankan keseimbangannya, menoleh dengan mata berkilat marah.

"Mungkin bukan. Tapi bukankah itu gambaran yang kau tampilkan pada dunia?" jawabnya dengan nada mengejek. "Putri sulung keluarga Hyuuga yang terhormat. Gadis rendah hati yang lebih memilih untuk melanjutkan kuliah di bidang kedokteran daripada meneruskan bisnis keluarga. Yang selalu patuh pada tata krama."

"Hanya karena dunia melabelku sebagai gadis patuh, bukan berarti aku takut membiarkan dunia mengetahui siapa aku yang sebenarnya."

"Aku yang sebenarnya?" Sasuke memasang wajah kaget. Ia mengusap dagunya, memasang pose berpikir, sebelum melanjutkan dengan nada meremehkan. "Maksudmu, gadis penggoda yang selama ini kau sembunyikan?"

"Penggoda?" Hinata mendengus. "Aku bukan gadis jalang. Jangan samakan aku dengan para wanita di sekelilingmu."

"Ck. Ck. Ck. Hinata." Sasuke kembali melangkah mendekat sembari menggelengkan kepalanya, membuat Hinata kembali tersudut.

Pria itu meletakkan kedua tangannya tepat di samping kedua telinga Hinata, secara efektif memerangkapnya. Satu tangannya terulur untuk menyentuh rambut Hinata yang jatuh tergerai di bahunya.

Sasuke tersenyum sewaktu mendengar tarikan nafas Hinata, yang seakan sama sekali tak siap dengan kedekatan mereka saat ini. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu dan berbisik rendah.

"Tapi, apa kau lupa? Kau pun pernah menghangatkan ranjangku, Hime."

Seluruh tubuh Hinata mendadak kaku mendengarkan bisikan itu. Ia menundukkan kepalanya, menolak memandang Sasuke yang sudah bisa dipastikan sedang tersenyum penuh kemenangan.

Ingatan masa lalu itu kembali bermunculan dan Hinata benci mengingatnya. Kebodohannya. Kepolosannya. Hinata waktu itu hanyalah gadis naif. Hanya seseorang yang berpikir bahwa jika ia merayu Sasuke dan memberikan segalanya, pria yang ia kagumi sejak kecil itu akan kembali mendekat kepadanya, dan meninggalkan para wanita yang berada di sisinya. Hinata akan menjadi prioritas utama Uchiha lagi, seperti beberapa waktu sebelum sang Uchiha beranjak remaja.

Dear Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang