Disclaimer : Naruto ©Masashi Kishimoto
~~~***~~~~
Hinata mengetuk pintu di hadapannya dengan keras, tak peduli bahwa tindakannya itu dapat mengganggu orang lain. Tidak. Gadis cantik berambut indigo sama sekali tak peduli. Yang ia pedulikan justru manusia brengsek yang tinggal di penthouse ini. Hinata sama sekali tak berminat untuk menekan intercom. Baginya, menggedor pintu dapat menghasilkan kepuasan tersendiri, apalagi saat ini ia sedang dikuasai amarah.
'Brengsek'. Gadis berusia 24 tahun itu sekali lagi mengumpat dalam hati dan kembali menggedor pintu di hadapannya dengan kesal.
"Sasuke! Buka pintunya!" Kali ini ia berseru dengan keras, memanggil nama sang pemilik penthouse.
Ya. Uchiha Sasuke. Penyebab kemarahannya hari ini, yang membuatnya bertingkah di luar kebiasaannya. Tak akan ada seorang pun yang menyangka bahwa Hinata, sang putri sulung dari keluarga Hyuuga, yang dibesarkan dengan penuh sopan santun, berperilaku bagaikan manusia barbar yang sama sekali tak mengenal etika. Sang ayah, Hyuuga Hiashi, pasti akan pingsan jika melihat putri sulungnya seperti ini. Menggedor pintu apartment seorang pria, dengan wajah garang dan tatapan mata penuh amarah. Seorang pria, yang merupakan tunangannya.
Mengingat kata tunangan kembali menaikkan amarah Hinata. Ia tak ingin bertunangan. Ia tak ingin terlibat hubungan dengan seorang pria. Lebih tepatnya seorang pria seperti Uchiha Sasuke.
Terserah dengan omongan orang lain di luar sana, yang mengatakan bahwa setiap wanita pasti akan sangat beruntung jika menikah dengan seorang Uchiha Sasuke. Ayolah. Siapa yang tak mengenal pangeran Uchiha yang satu itu. Genius, tampan, dan yang jelas memiliki kehidupan yang mapan. Paket komplit impian setiap wanita.
Hinata mendengus.'Complete package my ass', pikirnya getir. Para wanita itu tak tahu kalau Sasuke bagaikan sosok devil in disguise. Mereka hanya mengenal apa yang ditunjukkan Sasuke pada dunia, bukan secara keseluruhan. Sasuke hanya seorang pria brengsek yang gemar berganti wanita, dan menganggap mereka bagaikan barang.
Dan ayahnya mengatakan bahwa ia sekarang adalah tunangan pria itu? Yang benar saja.
Ia tak tertarik pada pria itu. Tidak sama sekali. Tak peduli dengan kenyataan bahwa pria Uchiha itu sering membuat wajahnya memerah jika ia berada dalam jarak yang dekat dengan pria itu. Ia juga menyampingkan fakta bahwa Sasuke selalu menjadikan Hinata sebagai prioritas utamanya, tak peduli dalam keadaan seperti apapun. Itu semua hanya masa lalu.
Hinata menurunkan tangannya dan memijit pangkal hidungnya. Ia masih belum ingin menikah. Masih banyak yang ingin ia lakukan, dan terlibat komitmen dalam jangka panjang dengan orang lain hanya akan menghambatnya dalam meraih mimpi dan menggapai impiannya. Dan Hinata sama sekali tak menginginkan itu. Belum lagi para wanita yang mengejar-ngejar Sasuke sudah pasti akan menjadikan Hinata sebagai sasaran amukan mereka. Duh, memikirkannya saja sudah membuat bulu roma Hinata berdiri.
Hinata memandang pintu di hadapannya dengan kening berkerut, sebelum mengalihkan pandangan ke arah arloji yang menghiasi pergelangan tangannya. Ia menghela nafas, menyadari kenapa hingga sekarang womanizer itu tak membuka pintu sama sekali.
Mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel keluaran terbaru dari dalam tasnya, Hinata berdecak jengkel. Ia menempelkan ponsel itu ke telinganya, dan langsung berkata dengan nada tegas begitu seseorang di sana mengangkat teleponnya.
"Diam di tempatmu dan jangan pergi ke manapun!"
Memandang pintu di hadapannya sekali lagi, Hinata lalu berbalik dan mulai berjalan menuju ke arah lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Husband
عاطفية(SasuHina) (AU- Fanfiction) Hinata sudah memiliki daftar panjangnya sendiri untuk kriteria calon suami di masa depan, dan ia telah mencoret nama Uchiha Sasuke dari list-nya. Namun takdir selalu memiliki caranya sendiri, dengan menghadirkan sang woma...