Part 2

905 95 1
                                    

Hyuuga Hinata telah mengenal Uchiha Sasuke sejak ia kecil. Menjadikan sosok pria itu sebagai salah satu sosok penting dalam hidupnya. Hinata kecil, yang masih polos, begitu mengagumi sosok Sasuke, yang terkesan acuh. Berbanding terbalik dengan sang kakak yang terkesan ramah, Sasuke justru terlihat tak tersentuh. Namun tak dipungkiri, ia selalu menantikan kehadiran sosok misterius yang begitu menggugah perasaan ingin tahu khas anak kecil yang dimilikinya.

Sasuke sendiri pun sama sekali tak menolak kehadiran Hinata, bahkan terkesan menikmatinya. Tak ada seorang pun yang mempertanyakan hal ini. Meski sebenarnya sedikit terlihat aneh jika melihat murid SMP, bergaul dengan bocah berusia 8 tahun. Terutama jika itu salah seorang pewaris Uchiha. Tapi Hinata, dengan segala keluguan, menganggap hubunganya dengan Sasuke merupakan sesuatu yang biasa.

Dan semuanya berubah ketika Hinata beranjak remaja, tepatnya di saat Hinata memasuki usia 17 tahun. Hubungannya dengan Sasuke tak lagi sama. Tak ada lagi Hinata yang selalu mengekor Sasuke ke mana pun pria itu pergi. Tak ada lagi Hinata yang selalu bergelayut manja di lengan pria Uchiha itu ketika ia merasa bosan. Tak ada.

Karena Sasuke lebih menyibukkan diri bersama kekasihnya. Para wanita yang datang ke kehidupan sang pria silih berganti, hingga Hinata tak lagi memiliki tempat dalam hidupnya. Hinata tersingkirkan. Dan gadis belia itu membencinya. Ia bukan gadis polos yang tak tahu apa-apa. Dan memiliki adik seperti Hanabi, yang juga memiliki rasa ingin tahu yang besar, sudah cukup baginya untuk melepaskan kepolosan akan hal-hal yang dianggap masih tabu.

Ia tahu dengan jelas apa yang Sasuke dan para wanitanya itu lakukan. Dan itu semakin membuat bayangan akan pangeran tampan berkarisma, yang sempat ia sematkan pada Sasuke perlahan memudar. Rasa kagum, rasa sayang, dan perasaan apapun yang ia rasakan kepada sosok Uchiha Sasuke mulai digantikan rasa benci, karena pemuda itu sama sekali tak mempedulikannya. Menyingkirkannya begitu saja demi para wanita jalang itu.

Karena itu Hinata berencana merayunya. Tepat di hari ulang tahunnya. Sebuah rencana dmi membuat sang pria menyadari, bahwa ia bukan lagi gadis kecil lugu. Bahwa sudah saatnya ia menganggap Hinata sebagai wanita dewasa.

Sebuah rencana yang yang berakhir dengan perasaan canggung dan menciptakan jarak yang semakin jauh di antara mereka.

Oleh karena itu, Hinata semakin tak mengerti kenapa dia mau saja mengikuti Sasuke kembali ke penthousenya. Seolah terjebak di kantor tak cukup baginya. Dan sekarang dia berada di tempat yang sudah lama tak di kunjunginya. Tepatnya semenjak kejadian itu.

Canggung. Resah. Gugup. Segalanya berbaur, bercampur jadi satu memenuhi diri Hinata. Kembali ke tempat ini mengingatkan akan kenangan lama. Kenangan yang tak ingin diingatnya kembali.

Tempat tinggal Sasuke sama sekali tak berubah. Warna gelap masih mendominasi. Hanya perubahan dari furniturenya saja yang terasa. Hinata berusaha menekan keinginannya untuk mendengus. Seorang Uchiha Sasuke tak akan mungkin tinggal di tempat yang tak fashionable, bukan?

"Kau belum lupa letak dapurnya, bukan?"

Hinata, yang saat itu masih berdiri terpaku di ruang tamu, tersentak kaget dan menoleh ke arah sumber suara.

Matanya membelalak lebar dan ia jelas dapat merasakan wajahnya memanas.

"A-aku tak bilang aku k-kemari untuk memasak."

Sialan. Hinata merutuki cara bicaranya dalam hati, dan segera memalingkan wajah, tak ingin pria itu menyadari bahwa tampilannya sekarang, begitu mempengaruhinya.

Sasuke, yang berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka lebar, dengan kancing kemeja terbuka dan handuk yang tersampir di bahunya, hanya mengangkat salah satu alisnya melihat Hinata yang langsung duduk di sofa tanpa berniat memandangnya.

Dear Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang