5

1.2K 92 3
                                    

"Dek, ada Lia nih." teriak Ibunya dari bawah.

Chaca yang mendengar teriakan Ibunya itu menyuruh Lia agar ke kamarnya.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk aja, Li." suruh Chaca, karena ia yakin yang mengetuk pintu kamarnya itu Lia.

"Ya ampun, Cha. Gue kangen sama lo." Lia masuk ke dalam kamar Chaca dan langsung memeluk dirinya.

"Uhuk...uhuk. Eh, curut lepasin! Gue ke cekek. Selow aja kali, udah kayak gak ketemu gue satu tahun aja. Padahal cuma satu hari, Li."

"Gaya banget lo. Masih mending gue dateng kesini buat ngejenguk lo, kurang baik apa coba gue sama lo, Cha." Lia memandang sinis ke arah Chaca. Masih untung Chaca di jenguk olehnya, ini anak dikasih hati malah minta jantung.

"Kurang baik lo adalah lo gak bawa makanan sedikitpun kesini, Li." Chaca menatap jengkel ke arah sahabatnya ini.

Mendengar itu membuat Lia mendengus. "Di pikiran lo itu makanan terus, Cha. Pantes aja badan udah kayak babon. Disaat lo sakit kayak gini lo masih memikirkan makanan? Astagfirullah taubatlah taubat...wahai sahabat...jangan sampai kau terlambat..."

"Terlambat sudah semua kali ini...yang ku inginkan tak lagi sendiri." dipikir-pikir lirik ini pas banget buat suasana hati Chaca.

"Lah, jadi curhat."

"Ah, kamu kalau ngomong suka bener."

"Btw, gimana? Udah baikan belum? Tapi, keliatan gue sih, lo udah baik-baik aja." Lia memandangi Chaca dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"I'm fine. I'm just not happy." jawab Chaca dengan senyuman pahit, mengingat kejadian dimana Aldi memperkenalkan calon pacarnya dihadapan Chaca.

"Why?" tanya Lia sangat penasaran.

Chaca menghela nafas kasar dan mulai bercerita apa yang sudah terjadi dengan dirinya dan Aldi. Bahkan untuk mengingat-ngingat kejadian tadi yang ia alami rasanya tak sanggup. Demi kelegaan hatinya, Chaca mencurahkan semua keluh kesahnya kepada sahabatnya ini.

"Gila! Si Aldi gak punya hati banget. Aturan dia hargain perasaan lo dikit, jangan kayak gini caranya. Awas aja, tunggu pembalasan dari gue, Di. Lo udah bikin sahabat gue mengeluarkan air mata yang suci ini." ucap Lia menggebu-gebu setelah mendengar penjelasan dari Chaca. Lia sangat tidak terima jika sahabatnya ini tersakiti oleh siapa pun apalagi dengan yang namanya lelaki.

"Apaan sih lebay banget kata-kata lo, Li. Gue gak papa kok. Yang terpenting sekarang adalah lo harus bikin gue ceria."

Lia mendesah kesal melihat tingkah laku Chaca yang berpura-pura tegar, padahal Lia tahu kalau saat ini Chaca tidak ingin menampakkan kesedihannya di depan banyak orang. "Oke, gue ada sesuatu buat lo." Lia mengeluarkan kantung plastik yang lumayan besar dan langsung mengeluarkan isinya. Di dalamnya banyak berbagai macam makanan ringan.

"Eh, Gila! Ini mah udah terlanjur banyak. Makasih lho, Li." mata Chaca berbinar melihat pemberian makanan dari Lia. Tanpa menunggu lama, Chaca langsung memeluk Lia dengan erat.

Lia tersenyum senang melihat Chaca kembali ke sifat aslinya. "Sama-sama. Jangan sedih terus, Cha. Kapan pun lo mau, gue akan selalu ada buat lo."

My Husband is My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang