7

1.3K 51 3
                                    

Sudah seminggu ini Chaca dan Aldi sibuk dengan dunianya masing-masing. Bahkan, kalau mereka bertemu hanya bertukar sapa saja. Chaca sendiri pun bisa memahami jika Aldi sangat sibuk membagi waktu bersamanya, Chaca sangat paham dengan hal itu. Inilah yang ditakutkan Chaca, Aldi semakin lama semakin menjauh darinya semenjak ia memilih untuk memperjuangkan cintanya.

Hari ini sekolah sedang free class, dikarenakan guru-guru sedang mengadakan rapat. Entah itu membahas apa, Chaca sangat tidak peduli. Semua anak murid disekolah ini berkeliaran keluar kelas. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan ini semua, ada yang memilih untuk makan dikantin, ada juga yang menghabiskannya untuk tidur dikelas, dan bahkan ada yang memanfaatkannya untuk berpacaran ditaman belakang sekolah.

Chaca mendesah kesal, bingung harus berbuat apa. "Di, ke kantin yuk." ajak Chaca kepada Aldi yang duduk disebelahnya.

Aldi menoleh ke arah Chaca lalu berfikir sejenak. "Maaf, Cha. Gue gak bisa, gue ada urusan yang lebih penting dari pada nemenin lo ke kantin." jawabnya seperti tidak peduli, Aldi masih sibuk dengan ponsel yang berada di genggamannya.

Chaca yang mendengar jawaban dari Aldi hanya bisa mendesah kecewa, lagi-lagi Aldi bersikap seperti ini kepada dirinya. Tidak biasanya Aldi menolak ajakan dari Chaca, tapi berbeda dengan sekarang. Aldi jarang mempunyai wakti bersama-sama dengan Chaca, untuk mengajaknya berbicara saja sangat sulit.

Iya gue tahu gue gak penting, tapi lo selalu penting bagi gue.- batinnya.

"Oh yaudah deh, gak papa kok. Gue bisa ajak temen yang lain," Chaca berdiri dari duduknya seraya merapikan roknya sedikit. "Have fun, Di." ucap Chaca langsung melenggang pergi untuk menemui teman-temannya yang sudah berada disana.

Chaca pergi dengan rasa kecewa, sesampainya di kantin Chaca langsung menemui teman-temannya untuk gabung bersama.

"Nah, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya dateng juga." seru Novita dari kejauhan ketika melihat Chaca berjalan ke arah mejanya.

Chaca masih bisa mendengar perkataan Novita dari kejauhan walaupun samar, tapi ia memilih untuk duduk lalu memesan makanan.

"Mang Ujang, pesen baksonya satu ya. Sambalnya banyakin dan minumnya seperti biasa." pesan Chaca kepada Mang Ujang, tukang bakso langganannya.

"Siap, Neng." balasnya sambil mengangkat jari jempol.

Ketiga sehabatnya mendelik ke arah Chaca. Tidak seperti biasanya Chaca bersikap aneh seperti ini, hal ini membuat mereka bingung.

"Tumben gak kayak biasanya, ada apa sih? Muka sampe ditekuk kayak gitu, udah jelek makin jelek tau." Lia menatap heran ke sahabatnya yang satu ini.

"Gue kesel, kesel, kesel!!!" teriak Chaca histeris, ia melempar kotak tissue yang berada di atas meja dengan sembarang.

Emosinya sudah tidak bisa dibendung lagi saat ini, sudah cukup Chaca bersabar dengan sikap Aldi yang seakan-akan tidak peduli dengan dirinya.
Teman-temannya memandang Chaca dengan tatapan bertanya, ada apa dengannya? Tidak biasanya Chaca bersikap aneh seperti ini, bahkan sampai melempar kotak tissue sebagai sasarannya.

"Lo kenapa, sih? Masih pagi udah marah-marah aja." tanya Vani dengan wajah sebal melihat tingkah Chaca yang aneh ini.

Lagi-lagi yang ditanya hanya diam, Chaca memutuskan untuk menelungkupkan kepala pada lengannya yang di letakkan diatas meja.

My Husband is My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang