_
Ahad siang, seharusnya matahari bersinar terik, tapi udara di Kota Kembang hari ini terasa sejuk. Hujan yang turun beberapa menit yang lalu kini menyisakan rintik. Mengembuskan udara dingin tapi tak menusuk. Taman di Kedai Ayam Bu Djenar pun terlihat lebih segar. Seharusnya kesejukan ini membawa kenyamanan bagi Tarissa, tapi sayangnya tidak. Kedai ayam masih sepi, hanya ada Tarissa dan Jeffin di meja lesehan samping taman.
Tarissa duduk dengan tak nyaman, ingin sesegera mungkin dia pergi dari hadapan laki-laki yang telah bersamanya selama hampir tiga tahun ini. Bersama Jeffin, Tarissa selalu merasa nyaman. Jeffin adalah laki-laki yang mampu membuat Tarissa selalu merasa istimewa. Tapi tidak untuk kali ini, kenyamanan dan perasaan istimewa yang Jeffin berikan adalah sesuatu yang harus dia sudahi.
"Kamu sekarang tambah cantik Pakai hijab, uhm ... hijab kan namanya?" tanya Jeffin membuka percakapan.
Tarisa mengangguk, gadis yang biasa mengurai rambut hitamnya yang lebat dan panjang kini menyembunyikannya dalam balutan hijab warna pastel. Kalau Jeffin boleh akui Tarissa kini tampil lebih memesona. Tarissa adalah perempuan yang taat pada Allah. Jeffin tersenyum, hatinya menghangat, tak salah menjadikan Tarissa sebagai tambatan hatinya. Tempatnya berlabuh dalam riak badai kehidupannya.
Setelah sejenak terdiam dan mengaduk-aduk makanannya akhirnya Tarissa bersuara. "Jeffin ...."
"Hemh," jawab Jeffin lembut.
Jeffin menatap Tarissa, tapi sebaliknya Tarissa hanya menunduk atau kadang membuang pandangan ke samping. Menatap rimbunnya bunga kertas di tiap sudut taman rumah makan lesehan ini. Jejak basah yang ditinggalkan hujan beberapa menit yang lalu, lebih menenangkan untuk dipandang.
"Kita sudahi ya, Fin." Tangan Tarissa dingin, butuh keberanian besar untuk menyampaikan hal yang jadi keresahannya sejak sebulan lalu.
"Makannya aja belum habis, kok disudahi." Jeffin menaikkan alis kirinya. Gemas.
Tarissa menarik napas panjang, dia ulangi lagi kalimatnya kali ini dengan tambahan kata yang membuat pernyataannya lebih jelas. "Hubungan ini ... kita sudahi."
Sedikit terkejut namun Jeffin masih bisa mengendalikan diri, dia masih tenang. "Kita break?" tanya Jeffin masih ingin memastikan perkataan gadisnya ini. Mengingat mereka tak sedang dalam pertengkaran, bahkan di SMP pasangan ini termasuk pasangan paling harmonis, sang ketua OSIS dengan Sekretaris OSIS.
Tarissa menggeleng. "Kita sudahi!"
"Putus?"
Tarissa mengangguk perlahan, menguatkan tekad untuk mengakhiri hubungan yang sudah berjalan sejak kelas tujuh.
Tatapan Jeffin berubah dingin. "Kamu suka sama orang lain?"
Tarissa menggeleng.
"Kamu bosan dengan hubungan yang gini-gini aja? Kamu ingin lebih dari sekedar nonton, makan, dan ngobrol?"
"Nggak, Fin, sama sekali bukan itu alasannya. Alasannya ...." Tarissa terdiam sejenak, menelan Saliva yang tertahan di tenggorokannya. "Alasannya karena aku takut ...," ucap Tarissa, lagi-lagi menggantung.
Jeffin kemudian tertawa lepas, setelahnya menatap lurus pada Tarissa. "Ya ampun Rissa, hanya karena takut. Aku janji aku bakal melindungi dan menjaga kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Edge of Heart [Sudah Terbit]
SpiritualAuthor : ashaima-va Status : Completed Part : 16 part Visibility : Private Bagaimana rasanya di-bully geng trouble maker se-SMA? Bagaimana juga rasanya di-bully sama mantan yang nggak terima diputusin? Hemmhh ... siap-siap menerima ke...