Part 3

10.4K 893 8
                                    

Jung Soojung

Aku bernafas lega setelah keluar dari rumah mertuaku. Rasanya sungguh panas berada didalam sana, walaupun ibu mertuaku sangat baik padaku namun entah mengapa rasanya aku sangat tertekan jika harus membicarakan anaknya dan kehidupan rumah tangga kami.

Drt.

Tiba-tiba terdengar dering yang berasal dari ponselku. Aku meraih tas jinjingku dan merogoh benda persegi itu. Sebuah pesan singkat masuk.

Apa kau sibuk? Mari bertemu dikafe biasa.

Aku mengerutkan dahiku samar saat membaca pesan dari nomer asing. Detik berikutnya ku sunggingkan senyum selebar mungkin karena bisa menebak siapa si pemilik nomer asing itu, dan mulai membalas pesannya.

...

Aku memasuki sebuah kafe yang sudah tidak asing lagi aku datangi, menatap sekeliling dan mencari seseorang yang akan kutemui. Dan di pojok ruangan itu, kudapati seorang pria berperawakan tinggi sedang menikmati segelas minuman ditangannya.

"Long time no see, jung?" Sapanya. Setelah aku mendudukan diri dihadapannya.

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik,"

"Apa kau tidak merindukanku?"

Aku pun terkekeh kecil mendengarnya. Dengan gerakan cepat kurengkuh tubuh yang selalu terasa hangat dan nyaman seolah menghipnotisku.

Menengelamkan wajah di leher polosnya, menghirup wangi tubuhnya dalam-dalam, wangi yang sangat ku rindukan. Wangi yang tak berubah walau setahun telah berlalu.

"Aku sangat, sangat, sangaaaaat merindukanmu oppa,"

Pria di pelukanku itu pun langsung tersenyum lebar dengan menunjukan deretan giginya yang rapi dan putih. Oh, dia terlihat sangat manis.

"Bagaimana paris? Apa disana menyenangkan?" tanyaku ingin tahu setelah melepas pelukan dan kembali duduk dengan tenang.

"Sangat membosankan! Dan rupanya ayah tidak bisa membiarkan putranya yang tampan ini untuk bersantai. Selalu memberiku pekerjaan yang tidak ada ujungnya." Keluhnya yang membuatku terkikik geli.

"Ingat oppa, kau adalah pewaris tunggal. Jadi jangan banyak mengeluh dengan pekerjaan yang kau jalani."

"Yya, baiklah nyonya Oh."

Kiyong mengangkat tangan kanannya, lalu meletakkannya di atas rambutku sebelum mengacaknya pelan. Spontan membuatku memberengut kesal dan menatap Kiyong dengan tatapan seolah berkata “Kau ingin mati” rasanya gelar itu terdengar aneh di telingaku ketika dia yang menyebutnya.

"Kau merusak tatanan rambutku tahu!"

"Dan, kau masih saja manja."

Kiyong tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa melihat ekspresi menggemaskan yang kutunjukan. Akupun hanya menatapnya dalam diam. Sementara tangan kananku terulur pelan menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahku.

Sudah lama rasanya tidak bertemu seperti ini. Jang Kiyong, sahabat sekaligus saudaraku. Putra kesayangan dari kakak lelaki ibuku. Pria bertubuh tinggi, tampan, dan tentunya memiliki senyum yang menggoda bak virus mematikan. Karena dia selalu membawa kesan bahagia untuk orang di sekelilingnya hanya dengan mengumbar senyuman dan tawa khasnya.

Keep Smile (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang