SEMUA orang pernah melakukan kesalahan.
Semua orang pernah merasakan penyesalan.
Semua orang pernah jatuh pada kesakitan.
Namun, aku tidak tahu. Tidak ... tidak saat semua itu terjadi pada satu detik waktu yang bertalu. Tidak, saat semua itu terjadi pada saat aku baru saja ingin memperbaiki semuanya. Tidak juga, saat semua itu aku rasakan pada seseorang yang sangat aku sayangi.
Sahabatku.
"Pe ... Pelangi," lirihku. Suaraku serak begitu saja saat melihat tubuh sahabatku ditabrak sebuah truk berkecepatan tinggi yang nekat menerobos lampu merah, beberapa detik yang lalu.
Aku berjalan mendekat, lalu tubuhku ambruk begitu saja di sampingnya. Di samping sahabatku, Pelangi, yang tubuhnya kini bersimbah darah. Pelangi, yang kini tubuhnya tengah kusanggah dengan lenganku. Pelangi, yang kini tengah menatapku penuh kesakitan.
"Bi ...." Pelangi melirih. Mulutnya terus memuntahkan darah. Kepalanya berdarah. Telinganya, hidungnya, dan nyaris sekujur tubuhnya.
Aku mengangguk. Kutatap dia lekat-lekat. "Iya, Ngi. Gue di sini. Gue di sini."
"Ma-ma-ka-sih."
Terimakasih untuk apa, Pelangi? Untuk apa?
"Buat apa, Ngi?" tanyaku parau. Pelangi memuntahkan darah lagi. Wajahnya semakin terlihat lemah. Aku tahu, harusnya aku segera membawanya ke rumah sakit. Tetapi aku justru beku, dan aku hanya ingin bersama Pelangi saat ini.
Aku takut, ini yang terakhir kali aku mendengar suaranya.
Dan aku tidak mau, dia akan menghentikan napasnya di perjalanan ke rumah sakit.
"Ma-ka-sih, u-u-dah ja-di sah-abat gu-gue," ucapnya dengan sangat pelan. Aku menangis melihat tatapan sendunya. "Gu-e sa-yang lo, Bin-tang."
"Gue juga sayang lo, Pelangi. Gue sayang sama lo," balasku sebelum akhirnya Pelangi memejamkan matanya.
Saat itulah. Saat itulah tangisku meraung memanggil namanya. Pelangi menutup matanya sambil tersenyum. Dia mengakhiri hembusan napasnya sambil mengenggam erat tanganku.
Aku memeluknya erat. Aku memeluk mayat sahabatku sambil menangis di tengah jalan dengan kerumunan orang banyak. Aku benar-benar menangisinya.
Aku benar-benar kehilangan Pelangiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall and Break
Short StoryMeskipun aku tidak bisa mencintaimu, tapi percayalah. Aku menyayangimu sebesar kamu mencintaiku. • • • #209 in Short Story [20/12/2017] © 2015 by Dena Anggita Khalis. Amazing cover by @kontradiksi ❤❤❤