Tiga hari sudah berlalu semenjak Pelangi meninggalkanku.
Gadis selalu berusaha menghiburku. Dia tiada hentinya menguatkanku, dan mengatakan bahwa Pelangi tidak akan tenang di sana jika aku terus menangisinya.
Bagaimana bisa aku berhenti menangis. Walaupun aku laki-laki, tapi jiwaku pasti akan terguncang jika kehilangan orang yang benar-benar kusayangi.
Selama ini aku benar-benar bodoh. Sangat bodoh. Aku mencintai Gadis, dan dia sebaliknya begitu. Kami saling mencintai, saling berbagi kebahagiaan, tanpa tahu ada orang lain yang menangis karena kami.
Dia, Pelangi.
Jujur, aku tidak pernah menduga bahwa selama ini Pelangi mencintaiku. Aku tidak pernah tahu bahwa Pelangi merasa kehilanganku karena aku sempat tidak acuh padanya selama beberapa bulan setelah menjadi kekasih Gadis.
Bodoh. Aku terlalu dibutakan oleh cinta, sampai aku lupa pada sahabatku sendiri.
Aku memutar satu rekaman terakhir di tape recorder milik Pelangi yang kemarin ibunya berikan padaku.
Hai, Bintang.
Hari ini, gue minta lo ketemuan di kafe karena gue ingin mengungkapkan sesuatu.
Kita sahabatan berapa lama sih?
12 tahun? Iya, 12 tahun.
Lama banget, ya. Hahaha.
Lo pasti nggak nyangka, gue jatuh cinta sama lo sejak enam tahun yang lalu.
Lama, ya?
Iya. Gue sampe capek mendamnya.
Makanya, sekarang gue mau bilang.
Gue suka sama lo.
Dan sekarang, udah berubah jadi cinta.
Tapi, apa lo cinta sama gue?
Tau nggak, nama lo itu mengandung makna bagi gue.
Bintang. Lo seperti bintang. Yang hanya bisa dipandang, dinikmati keindahannya, tapi nggak bisa disentuh, diraih, apalagi dimiliki.
Rekaman itu berhenti. Diakhiri oleh ucapan yang membuat dadaku sesak. Aku memang tidak mencintai Pelangi, tapi aku menyayanginya. Sangat.
Pelangi tidak sadar, bahwa namanya juga mengandung makna untukku.
Pelangi. Dia seperti pelangi. Memendarkan berbagai macam warna, memberi keindahan bagi yang melihat. Namun dia tak selalu hadir setiap waktu. Dia hanya hadir setelah hujan turun.
Lo seperti pelangi. Setelah hujan, lo hadir. Lo memendarkan warna yang seperti keceriaan. Itu membuat orang-orang nggak tau kalo sebelumnya, lo harus mengalami hujan.
Maafin gue, Ngi. Gue nggak bisa mencintai lo, karena sampai kapan pun perasaan nggak bisa dipaksakan. Tapi gue sayang sama lo, Ngi.
Gue sayang sama lo sebesar lo mencintai gue.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall and Break
Short StoryMeskipun aku tidak bisa mencintaimu, tapi percayalah. Aku menyayangimu sebesar kamu mencintaiku. • • • #209 in Short Story [20/12/2017] © 2015 by Dena Anggita Khalis. Amazing cover by @kontradiksi ❤❤❤