Hari pertama liburan di musim dingin. Hari yang seharusnya dipakai untuk beristirahat ria di rumah dan menikmati dinginnya udara saat ini. Tetapi tidak untuk sekolah Miku. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, sekolah mereka akan mengadakan perkemahan selama 1 hari di bukit tidak terlalu jauh dari sekolah. Entah apa yang dipikirkan oleh sang kepala sekolah membiarkan muridnya berkemah di luar sekolah disaat musim dingin tiba.
Miku merapatkan mantel coklat miliknya. Udara hari ini cukup dingin dan dikabarkan oleh berita tadi pagi bahwa hari ini akan terdapat turun salju untuk pertama kalinya di musim dingin ini. Awalnya Miku tidak ingin mengikuti hal-hal seperti ini, tetapi karena ia masih peduli dengan nilainya yang katanya jika tidak mengikuti kegiatan tersebut akan tidak naik kelas.
Miku menghela nafas hingga gadis sebayanya menghampiri dirinya dengan langkah gembira dan tersenyum riang. gadis itu memakai jaket tebal bewarna merah dengan rambut pendeknya yang dikuncir dua dan ditutupi topi berbulu yang sepertinya menghangatkannya.
"Hai miku!!" katanya riang sambil melingkarkan tangan kirinya ke leher miku. "presenter di berita itu bohong ya. Katanya hari ini akan terjadi turun salju yang pertama di tahun ini," katanya sambil memajukan bibirnya. Miku yang melihat tingkah laku sahabatnya itu hanya tersenyum miris.
"ayolah Miku, sekali-kali kamu bersemangat sedikit. Hidupmu itu harus dihiasi kegembiraan meskipun hanya sedikit," katanya sambil berdiri di depan Miku seperti seseorang yang sedang memarahinya. Miku melihatnya sambil tertawa.
"iya.. iya.. hidupku tidak sekelam yang kamu pikirkan," kata Miku sambil menjinjing tas bawaannya yang tidak terlalu berat pergi meninggalkan Yuki yang memajukan bibirnya dan melingkarkan kedua lengannya di depan dada.
"tunggu Miku," katanya sambil meraih tas bawaannya yang sepertinya berat hingga sang empunya yang sedang terburu-buru mengejar sahabatnya terjatuh karena tidak kuat membawa barangnya sendiri.
Miku yang merasa namanya dipanggil oleh sahabatnya itu membalikkan pandangannya kembali kepada gadis kuncir dua itu. Senyumnya memudar ketika sebuah adegan memperlihatkan Yuki dibantu oleh seorang pria tampan. Pria yang selama ini disukainya dan Yuki. Siapa lagi kalau bukan Kenneth Yuihan.
"sudah tidak usah... aku bisa kok," kata Yuki mencoba menolak bantuan dari Ken. Sepertinya Yuki melihat Miku yang terdiam hingga timbul perasaan tidak enak dalam dirinya.
Miku menghampiri Yuki yang masih terduduk di tanah dan mencoba membangunkan Yuki "aku bisa membantu Yuki. Kau pergi saja dan bantu yang lain," kata Miku dingin.
"Miku kenapa kau berkata kasar padanya?"
"kamu bawa tas ku saja. Biarkan aku yang membawa tasmu ini," kata Miku menghiraukan pertanyaan Yuki dan melepaskan tasnya dan membawa tas Yuki yang cukup berat. Bawa apa saja anak ini, pikirnya."Miku kau belum menjawab pertanyaanku," katanya sekali lagi.
"kamu bawa apa saja sih Yuki? Berat sekali," kata Miku mencoba mengalihkan pembicaraan.
Yuki mengejar Miku yang sudah jauh beberapa langkah di depannya dan menghentikan jalan Miku. "kamu ini sebenarnya ada apa sih?" kata Yuki bingung yang hanya mendapat gelengan dari Miku dan Miku melanjutkan jalannnya.
"ayo Yuki jika kamu masih terus berdiri di situ kamu akan tertinggal," kata Miku yang tidak menghiraukan tatapan heran dari Yuki sahabatnya.
Ada apa dengan Miku sebenarnya? Apakah ia sedang bertengkar dengan Ken? Padahal dia kan baru berpacaran sehari. Biasanya kalau Miku punya masalah ia juga akan menceritakannya pada Yuki tanpa diminta. Tapi untuk yang kali ini ada apa dengannya sehingga ia tidak mau becerita padanya? Yuki mengerti mungkin Miku membutuhkan waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya padanya. Ini bukan berarti Miku tidak mau bercerita lagi padanya. Ya ia akan selalu ada saat Miku membutuhkannya nanti.
Yuki mengangguk sambil tersenyum dan pergi mengikuti Miku yang telah berjalan cukup jauh.
'Semoga aku masih memiliki waktu untuk menjadi teman ceritamu Miku' pikirnya.
#ToBeContinued
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Teen FictionSatu kalimat terakhir dalam hidupnya yang membuat kami tetap hidup bahagia sampai saat ini yaitu 'Ingatlah, bahwa kamu tidak sendiri...' // "apa kamu ga malu tuh diliatin sama orang yang sedari tadi tersenyum pada kita hah?" // "gak tuh," // chapter...