"are... are... kamu kenapa?"
"siapa namamu?"
"oh Miku,"
"sekarang kita berteman ya, Miku"
~So Long!~
"M-Miku! bangun Miku!"
suara yang kudengar semakin lama terdengar jelas di telingaku. suara baritone yang belakangan ini sering terdengar dan membuat jantungku berdetak kencang. aku merasa suara itu membuat tenagaku pulih kembali. perlahan kubuka mataku dan melihat sosok lelaki yang seingatku sedang mendekati sahabatku. ah aku ingat. ia Kenneth Yuihan. lelaki yang pernah ku tolak saat ia menembakku. senyum kecil keluar dari wajah cemasnya.
"K-Ken,"
hanya itulah kata yang bisa keluar dari bibir kecilku ini. terdengar samar dan rapuh kupaksakan diriku untuk berbicara dan meminta maaf atas perbuatanku yang mencemaskan banyak orang. lemas dan dingin itu yang kurasakan sekarang. kurasakan butir butir salju turun mengenai tubuhku yang hanya dilapisi pakaian tipis yang kukenakan sekarang.
mungkin Ken mengerti apa yang kubutuhkan sekarang. ia melepaskan jaket tebal yang sedang dipakainya dan dipakaikannya ke tubuhku hingga sebuah nama terbesit di dalam pikiranku.
"Y-Yuki?" Yuki. apakah dia baik-baik saja? apakah ia cemas dengan keadaanku sekarang? atau ia akan marah ketika aku datang bertemu dengannya?
"jangan pikirkan dia dulu. kau harus di bawa ke tempat hangat sekarang," kata Ken yang sepertinya tidak menjawab pertanyaanku tadi. tanpa berpikir panjang, dan tanpa persetujuan dariku Ken menggendongku ala bridal style. tentu saja ini membuatku kaget dan kurasakan jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. apalah dayaku dengan tubuhku yang sedang sangat lemah ini aku tidak bisa berbuat apa-apa.
kurasakan detak jantung Ken yang samar-samar terdengar di telinga kecilku. terdengar suara detakkan yang kencang dan tak teratur. suara yang menenangkan yang tanpa kusadari aku tersenyum kecil dalam dekapannya yang hangat.
~So Long!~
hmm, bau apa ini. seperti bau obat di rumah sakit. aku membuka mataku perlahan. ya benar saja ini memang di rumah sakit. aku mengingat kejadian yang belum lama ku alami. aku terjatuh di bukit dan hampir mati kedinginan lalu ada Ken yang menyelamatkanku. setelah itu, sudahlah aku pusing untuk mengingatnya.
aku menghela nafas berat hingga seseorang membuka pintu kamarku. seketika kupejamkan mataku berpura-pura belum tersadar dari tidur panjangku. kudengar langkah kaki yang perlahan mendekatiku. hanya ada satu orang. itulah yang kudengar dari langkah kakinya. kurasa sekarang dia sudah berada di samping ranjangku. tangannya yang cukup besar dan dingin mengelus rambutku pelan membuat detak jantungku tak teratur lagi. aku ingin membuka mataku tetapi aku tidak mau melewatkan kesempatan ini.
"untung saja aku menemukanmu, Miku," baru kusadari itu adalah suara Ken. Ken mendekatkan wajahnya perlahan. kusadari itu karena nafasnya yang sedikit terengah mendekati wajahku. dengan perlahan ku buka mataku. aku tidak kuat untuk bertahan untuk berpura-pura. ku melihat wajah ken yang sangat dekat. ku melukiskan senyum pada wajahku meskipun itu terlihat senyum yang agak terpaksa untuk menghilangkan rasa yang tak dapat diartikan di hatiku. dengan perlahan Ken mundur dan melepaskan tangannya dari rambutku membuatku sedikit sedih karena kehilangan kesempatannya yang kapan lagi ia dapatkan dari seorang Kenneth Yuihan. ia terduduk di bangku yang tidak terlalu jauh dari ranjangku.
"a-aaghh..." aku sedikit merenggangkan tubuhku dan mengeluarkan sedikit suara untuk memecahkan keheningan di kamar ini. kamar di rumah sakit yang sepi dan hanya ada Ken yang terduduk di dekat ranjangku. begitu hangat tidak seperti saatku berada di tepi sungai waktu itu.
"bagaimana keadaan Yuki?" kumenoleh dan bertanya padanya. Ken menunjukkan reaksi sedikit kaget,"biar aku jelaskan sambil mengitari rumah sakit ini," katanya sambil berdiri dari kursinya lalu menghampiri ranjangku.
"kenapa harus sambil mengitari rumah sakit. disini saja kan bisa," ucapku.
"duhh, kamu ini merepotkan saja," kata ken dan langsung mengambil posisi untuk menggendongku ala bridal style seperti saat kemarin malam dia menggendongku.
"ee-eeh..., turunkan aku! aku gamau digendong kayak gini," kataku dengan sedikit berontak. ia menurunkanku diranjangku dengan keadaan terduduk lalu ia mengubah posisinya menjadi sedikit berjongkok membelakangiku.
"heh?" kataku dengan nada tidak berpura-pura tidak mengerti apa yang dimaksudkan Ken. semu merah keluar dari pipiku yang pucat.
"ayolah cepat," katanya dengan nada yang sudah sepertinya sudah tidak tahan dengan perilakuku kali ini.
"iya..iya.." dengan sedikit cemberut kuletakkan kedua tanganku melingkari lehernya dan meletakkan kedua kakiku di sebelah pinggangnya. ia berdiri dari posisinya dan sedikit kehilangan keseimbangan. aku memeluknya erat berharap tidak terjatuh dari gendongannya.
~So Long!~
"maaf kalau aku sedikit berat," kataku sambil mengumpat dibalik punggungnya yang lebih besar dari tubuhku. kami sekarang sedang berjalan di koridor rumah sakit yang tidak sepi oleh lalu lalang pasien maupun perawat. mereka yang melewati kami tersenyum sesaat dan melewati kami begitu saja. entah mengapa ini membuatku sedikit malu. para perawat yang sedang berkumpul ketika kami lewati tersenyum-senyum sambil berbisik pada rekan-rekannya. bukannya aku merasa percaya diri bahwa aku yang sedang mereka bicarakan, tetapi dari sekian pasien disini hanya akulah yang dibawa mengelilingi rumah sakit yang digendong dengan seorang pemuda yang menurutku lumayan tampan lah. padahal Ken janji untuk menceritakan semuanya tentang Yuki kepadaku. nyatanya ia belum membuka mulutnya dari tadi. aku bingung apakah ia tidak malu dengan keadannya yang terlalu mencolok sekarang. aku menggelengkan kepalaku kencang.
"hey apa yang kau lakukan? kelakuanmu itu membuatku sedikit kehilangan keseimbangan tahu," katanya dengan suara yang cukup kencang membuatku tersadar kembali.
"hey lagipula siapa suruh menggendongku keliling rumah sakit. kan tadi aku bisa naik kursi roda. lagipula kakiku tidak terserang penyakit tahu. aku masih bisa berjalan. trus tadi kamu janji mau menceritakan sesuatu padaku. mana nyatanya? apa kamu ga malu tuh diliatin sama orang yang sedari tadi tersenyum pada kita hah?" kataku panjang lebar dengan satu nafas.
"gak tuh," jawabnya singkat.
"heeeh?" kataku sedikit berteriak.
"aku tidak malu. memangnya mereka tersenyum pada kita," aaah masa bodoh dengan perkataannya. memang manusia yang tidak punya perasaan.
~So Long!~
beberapa saat kemudian tak terasa kami sudah berada di gedung yang berada di ujung rumah sakit itu. terbapat bau obat yang sangat nyengat dihidungku, dokter dan perawat yang mondar mandir dengan pakaian bewarna biru dengan masker di mulut mereka yang terlihat sedang terburu-buru. kami terhenti di depan pintu yang di ambang pintunya tertulis kalimat 'ICU'.
aku berpikir dengan keras mengapa kita harus ke ruangan ini? ruangan yang kata kebanyakan orang adalah ruang tempat orang kritis sedang diberi perawatan khusus untuk penyakitnya. jantungku berdetak kencang mengingat hal itu. memangnya siapa ayng berada di dalam sehingga aku diantar keruangan ini? ataukah? Yuki? aku menggelengkan kepalaku. tentu saja aku tidak boleh berpikir hal yang negatif.
"kita tidak boleh masuk dengan keadaan seperti ini sekarang," kata Ken yang membuyarkan lamunanku.
"e-eh?"
dia tidak menjawabku dan terus menggendongku ke sebuah jendela di samping ruang icu yang tirainya sedikit terbuka. ia menurunkanku dengan sangat perlahan.
"ada apa?" tanyaku cemas.
"lihatlah kedalam," katanya lirih.
langsung saja aku mengintip dari balik tirai. aku sedikit terkejut melihat apa yang terdapat diruangan itu. aku tidak percaya.
Yuki...
#To Be Continued
Ditunggu krisarnya yaa!! sampai jumpa di chapter selanjutnya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Teen FictionSatu kalimat terakhir dalam hidupnya yang membuat kami tetap hidup bahagia sampai saat ini yaitu 'Ingatlah, bahwa kamu tidak sendiri...' // "apa kamu ga malu tuh diliatin sama orang yang sedari tadi tersenyum pada kita hah?" // "gak tuh," // chapter...