Miku berjalan gontai menuju ruang perpustakaan. baru hari ini ia tidak melakukan 'ritual'-nya tanpa seorang Yuki. Yuki bagaikan pelangi yang menghiasi langit setelah hujan berakhir. tentunya hujan itu bagaikan hati Miku yang sepi dan gelap seperti rumah hantu yang sering diceritakan banyak orang kepadanya.
Kembali pada Miku yang sudah sampai di depan ruangan perpustakaan yang terlihat sangat sepi. Miku memgang kenop pintu itu dan memutarnya perlahan sehingga menimbulkan bunyi 'cklek'. ia mendorong pintu perlahan agar orang yang sedang serius di dalam tidak terganggu olehnya.
oh ya, semua pengunjung di perpustakaan Blossom SHS adalah anak rajin yang menghabiskan waktunya untuk buku. maka dari itu, perpustakaan itu sangat ramai tetapi suasananya tidak seramai orangnya. mungkin dari sekian banyak murid Blossom SHS yang mengunjungi perpustakaan itu, hanya dua orang yang pergi ke perpustakaan hanya untuk memandang seorang lelaki yang disukai mereka. siapa lagi kalau bukan Miku dan Yuki.
Miku melangkah memasuki ruang perpustakaan itu. sepi, tidak ada satu orang pun disana. ''kemana semua orang disaat aku sedang sendiri?' Miku menundukkan wajah sambil berjalan menuju bangku yang sering diduduki oleh Yuki dan Miku ketika berkunjung.
'andaikan Yuki disini. pasti dia sudah tertawa girang karena tidak ada orang disini,'
^^So Long!^^
Miku terduduk lesu di samping jendela ruang perpustakaan. Disana sepi, tidak ada seorang pun kecuali Miku seorang. ia masih memikirkan penyakit yang didiagnosa oleh dohter untuk Yuki.
Ia melihat ke lapangan futsal yang berada di bawah sana. terlihat Ken sedang bermain futsal bersama teman-temannya. Ken memasukkan bola ke gawang lawan pertanda tim Ken mendapat satu poin di babak pertama ini.
Seluruh tim dari kubu Ken bersorak riang sedangkan tim dari kubu lawan hanya bisa termenung menyesal.
Ken melihat ke arah jendela perpusatakaan yang disitu terdapat Miku yang ketahuan mengintip anak laki-laki bermain futsal. sebenarnya hanya raga Miku saja yang berada di situ, tetapi pikirannya melayang-layang ke suatu tempat. Ken tersenyum ke arah Miku. Miku yang sadar dari lamunannya sempat grogi dan merasa apakah senyuman Ken diperuntukkan olehnya.
Miku menyadari bahwa tidak ada satu orang pun di perpustakaan selain dirinya. Miku yang dengan pipinya yang mulai merona membalas senyum Ken yang masih memperhatikannya dengan senyuman. Sampai saat teman Ken menepuk pundaknya dan mengajaknya bermain di ronde kedua.
Miku masih tidak menyadarinya. apakah ini mimpi? seorang Ken menatapnya dan tersenyum padanya. Miku mencubit pipinya.
"awww... ini bukan mimpi," ia mengusap pipinya yang barusan ia cubit. ia tersenyum. andaikan Yuki juga berada di sini, di sebelahnya, sedang duduk dan memperhatikan Ken yang sedang bermain di bawah sana. Pasti gadis riang itu pun akan berteriak girang. perpustakaan yang semula sepi menjadi ramai karena suara toa miliknya itu.
'huh... ini tidak akan menjadi seru kalau tidak ada Yuki disini,' Miku termenung dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya. ia mengambil tas selempang yang berada di sampingnya dan menyelempangkannya pada pundaknya. ia berjalan keluar perpustakaan dengan lesu. 'hari yang sangat buruk' pikirnya.
^^So Long!^^
Miku sudah berada di lantai dasar, tepatnya di ujung koridor gedung sekolah. sebelum keluar dari pintu gerbang, ia harus melewati lapangan futsal yang disana terdapat Ken dan teman-temannya yang sudah selesai bermain futsal.
ia melewati Ken dan teman-temannya yang sedang berbincang-bincang di salah satu tempat duduk di tepi lapangan. ia melewatinya tanpa melihat Ken yang sedang melihatinya dari tempat duduknya. tentu, hari ini Miku sangat tidak bersemangat karena diagnosa dokter untuk temannya. Miku baru tersadar ketika seseorang memanggilnya dari jauh. sepertinya ia mengenal suaranya.
"Miku... bisakah kita.. umm... bicara?" itu suara Ken. Miku membeku seketika ditempat. dengan hati-hati Miku membalikkan badannya dan menatap Ken yang mulai mendekatinya. Miku gemetaran seperti anak kecil yang takut pada seseorang yang tidak dikenalinya. Miku mundur satu langkah membuat Ken menaikkan satu alisnya.
"ehh... Miku. kau kenapa? aku tidak bermaksud apa pun. jadi... tenanglah," kata Ken sambil terus menghampiri Miku. Miku mencoba tetap bergerak seperti biasa. ada apa ini rasanya seperti saraf-saraf yang mati sehingga organ tubuhnya tidak dapat digerakkan. mau tidak mau Miku hanya bisa tersenyum kepada Ken dan membuat Ken sedikit lebih tenang.
"umm... Miku, aku ingin mengatakan sesuatu padamu,"
Deg! Miku kembali tegang.
'apa ini? jangan... jangan... jangan di saat seperti ini...!'
Tepukan di pundak Ken membuat pembicaraan mereka sepertinya sedikit tertunda. itu teman-temannya Ken yang sepertinya akan pulang. "Ken, gua duluan ya... semangat!" ucap salah satu dari mereka sambil mengacungkan kepalan tangannya ke udara yang disusul dengan anggukkan yang lainnya. Ken hanya bisa tersenyum dan mengangguk mengerti.
'apa maksud mereka semangat??? aku tidak mengerti!!!' Miku membatin.
teman-teman Ken sekarang sudah pulang. tinggal Miku dan Ken seorang diri di lapangan futsal itu. Ken mendekati Miku dan memegang kedua tangan miku dan menggengamnya. Miku yang masih membatu hanya membelalakkan matanya melihat perlakuan Ken.
"Miku... Love is like a rainbow, where each color will flow. Red, of the heart that beats. Orange, funny and sweet. Yellow warm rays of sun. Green, having lots of fun. Blue waves of sky above. Purple, the color of love. Each color comes with a nice smile, hearts are beating at a thousand miles..." ucap Ken panjang lebar.
sebenarnya bukan masalah tentang pengungkapan Ken itu. tapi yang menjadi masalahnya adalah, Miku tidak tahu banyak arti kalimat yang diucapkan Ken tadi. ulangan bahasa Inggris Miku hanya pas rerata. itu pun kalau sedang hoki.Miku hanya mengangguk kecil.
"Miku... would you to be mine?"
Deg! Deg! Deg!
'ini pasti hanya mimpi!'
Ken hanya mengangguk kecil sambil tersenyum. terlihat di pipinya muncul rona merah yang tidak bisa disembunyikannya. sedangkan Miku, ia hanya membelalakan matanya tidak percara dengan kalimat terakhir yang ken ucapkan.'andaikan Yuki disini. aku tidak tahu apa yang dirasakannya sekarang,'
'oh iya. Yuki. aku lupa dengan perasaannya. penyakit yang didiagnosa untuknya ditambah pria kesukaannya menyatakan perasaannya kepada sahabatnya. itu sangat menyakitkan,'
Ken menatap Miku bingung,"ummm... Miku... bagaimana jawabanmu?" dengan masih memegang tangan, Ken meminta jawaban dari Miku. nah, masalah kedua yang dialami Miku. dia bimbang apakah akan menerimanya atau tidak. kesempatan tidak akan terjadi dua kali bukan?
'aku senang karena pria kesukaanku menyatakan perasaannya padaku. tapi, jika aku menjalin hubungan dengannya, aku akan menyakiti hati sahabatku bukannya menggembirakan hatinya di akhir hayatnya. aku tahu kesempatan tidak akan terjadi dua kali. tapi...'
"Miku..?" Ken membangunkan Miku dari lamunannya. Miku menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.
"tidak... aku tidak menerimamu... tidak....!!!" kata Miku seraya menghentakkan tangannya yang membuat tanyannya terlepas dari Ken.
"mengapa kau memilihku? orang yang jelas-jelas tidak mencintaimu?" Miku berbohong.
"mengapa kau tidak melihat perempuan yang lebih pintar, cantik, dan baik lebih dari pada aku?" air mata Miku mulai tumpah. ia mengerti perasaan Yuki jika ia sedang berada disampingnya.
"lihatlah ke belakangmu Ken. banyak yang menunggumu menyatakan cintanya seperti tadi kepada mereka," ucap Miku lagi.
"maafkan aku Ken, aku mau menerimamu tapi aku punya alasan untuk menolaknya. yaitu sahabatku, sahabat terbaikku," Miku menyeka air matanya.
"sekali lagi aku minta maaf," Miku berlari meninggalkan Ken yang diam mebatu di sana.
'oh Tuhan, apa yang akan terjadi selanjutnya?'
#To be Continued
^^So Long!^^
jangan lupa like and perviewnya yaa... makasih juga buat silent ridersnya. sampai jumpa di chapter selanjutnya... Salam. Sylvina Monica.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Teen FictionSatu kalimat terakhir dalam hidupnya yang membuat kami tetap hidup bahagia sampai saat ini yaitu 'Ingatlah, bahwa kamu tidak sendiri...' // "apa kamu ga malu tuh diliatin sama orang yang sedari tadi tersenyum pada kita hah?" // "gak tuh," // chapter...