Sin & Insanity

142 5 0
                                    

Penuh keputusasaan.

Aku menekan nomer telepon yang diberikan Lily lewat sms-sms terakhirnya,

Kekasihku menyahuti dikejauhan... Dalam hatinya pastilah mengumandangkan kebanggaan.

Bahwa sejauh apapun kami terpisah, Sedalam apapun ia menyakitiku,

Apapun usaha yang kulakukan untuk mengusirnya dari kepala ini.

Membuatnya enyah dari hidupku,

Aku akan selalu berakhir sama dan kembali kedalam pelukannya...

Kami menyebut kegilaan ini 'Cinta'.

++

"Sekamar, Ada Sembilan orang,"

"Bisa tidur dengan keadaan begitu?" Setengah mengejek, kugoda Lily.

"Hey, Aku sudah berpengalaman tidur dalam situasi yang tidak semestinya!" Kata Lily, "Dulu adikku tidak membukakan pintu untukku, Aku sampai harus kemping didepan rumah semalaman..." Ceritanya bersemangat.

"Tapi ini kan bisa sekalian kamu anggap liburan, Kalau berdesak desakan begitu, Menyiksa diri sendiri, Ah"

"Tuntutan Profesi," Jawab Lily, "Kalau mau jadi model terkenal, Memang harus mulai dari bawah dulu, Semua juga diperlakukan sama, Tidak ada perbedaan."

Aku mengerinyitkan kening, "Semua? Berarti si brengsek sekamar denganmu?"

Aku cemberut diujung telepon, Kesal sekali rasanya,

Aku sampai merasa ingin membunuh lelaki itu...

"Beda tempat tidur kok !" Sergah Lily "Gila apa tidur seranjang..."

Aku hanya tertawa mengiyakan.

Lima hari. Sial. Harus kuhabiskan dengan apa waktu selama itu.

Tambah lagi, Mereka sekamar... Cih...

Lily juga bukan anak kecil, Dia tidak sok suci dan mengakui bahwa sebelum ia bertemu denganku, ia dan tunangannya pernah bermesraan sampai taraf yang akan membuat pemuka agama melakukan ritual pembersihan dosa,

Lily sudah berjanji padaku tidak akan membiarkan dirinya disentuh siapapun selain aku...

Tapi... Justru karena itu pulalah aku khawatir.

Bagaimanapun, Jika diantara mereka sekalipun tidak ada batas lagi... Siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya... ?

Sampai kapan?

Ia pemilik yang sah kan, Baik dimata keluarga Lily maupun dimata Tuhan,

Si brengsek itu memiliki sesuatu yang tidak kumiliki.

Restu.

Yeah, Kesal mengakui hal ini, Tapi itu memang benar,

Dan aku tetap tidak suka itu. Aku ingin memonopolinya, Menjadikannya milikku seorang...

"Kamu berpikir aku semurahan itu?" Lily bertanya agak menusuk.

Suaranya terdengar tidak senang,

"Tidak...," Jawabku. "Kalau itu aku, Bagaimana?"

"Kamu tidak percaya padaku..."

"Jawab saja,"

"..."

"Hmmm ? Aku tidak mendengar suaramu."

Lily kedengaran seperti mengambil nafas diseberang sana.

Ia kedengaran gugup, Antara malu dan takut ketahuan. Ia berbisik dengan agak serak.

"Selama itu kamu, Aku tidak apa-apa..."

Aku tersenyum puas. Aku tahu ia tidak akan melihat senyumanku,

Ia membayangkannya.

Aku sendiri sibuk mengisi pikiranku dengan bayangan akan wajah malu-malu Lily.

Percakapan diakhiri dengan nasehat panjang Lily yang biasa,

Jangan lupa makan-Tidur yang cukup-Jauhi gadis lain.

Yang terakhir diucapkan dengan sangat berapi-api.

Ia dewiku.

Tidak akan kubiarkan siapapun menyentuhnya....

Aku tahu, Mungkin aku memang menarik, Cukup percaya diri dengan penampilanku,

Mencari gadis lain, Semudah membalikkan telapak tangan.

Akupun telah mencoba beberapa kali bermain dengan gadis lain,

Lebih cantik, Lebih pandai, Lebih bergairah,

Tapi tidak sama, Tangan mereka tidak seperti Lily, Tidak memiliki kehangatan tangan seperti Lily, Tidak punya sentuhan yang membuatku bergetar ataupun senyuman lembut sepertinya.

Bagaimana bisa Tuhan menciptakan seseorang yang begitu memahamiku seperti dia,

Seseorang yang membutuhkanku, Menganggapku penting bukan karena ingin memanfaatkanku lalu menuntutku menjadi lebih sempurna tapi lebih karena ia 'Membutuhkanku' seperti apa yang kumau,

Membutuhkan kasih sayang dariku,

Ia sempurna. Kami berdua sempurna. Pasangan yang sempurna.

Tapi seperti layaknya kesempurnaan fana lainnya,

Maka hubungan ini pastilah memiliki satu dua sisi yang cacat.

Alasan itulah yang selama ini aku dan Lily kemukakan untuk meyakinkan diri kami masing-masing dalam menjalani dosa terindah kami..

Maka sebutlah ini pembenaran jika mau.

++

Lily -I don't even know a milimeter of Romeo and CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang