“Besok aku akan pergi,” Lily memberitahuku yang sedang merebahkan kepalaku dipahanya dengan nyaman. “Aku ingin membawa alat komunikasi tapi, Agenku berkata sebaiknya jangan…, Lagipula, Tempatnya tidak aman disana, Aku…”
“Tidak bawa Hp? Laptop?” Tanyaku sembari Bangkit lalu meneguk jus dingin.
Siang itu sangat panas, Aku dan Lily hanya berdua di kursi panjang serambi rumahku.
Lily terdiam.
“Aku tidak kenal wilayah nya, Jadi aku…”
Yang terdengar selanjutnya hanyalah suara gelas pecah berkeping-keping.
Aku tertawa pelan.
Lily menutup kedua telinganya dengan tangan, Matanya terpejam dan dari jarak sedekat ini, Jelas sekali ia gemetar.
“Maaf…” Lirihnya, “Maaf…”
Hanya kata-kata itu yang terucap?
Aku sakit sekali, Sakit dan sekarat.
Tidak bisa, Lily… Tidak bisa hanya dengan maaf-mu saja…
Dengan kesal kubanting Hp ku. Lily menjerit histeris.
“Lihat,” Seruku memberitahunya, Masih dengan wajah berseri-seri. “Kita jadi ada alasan yang tepat untuk tidak berhubungan lagi kan…”
Detik berikutnya ia memagutku kalap.
Memeluk punggungku, Dan mengeluarkan ledakan senjata pemusnah massal terhebat kaum Hawa.
Menangis.
Kupaksakan diriku tersenyum, Menyentakkan pelukannya, Berusaha selembut mungkin karena setiap gerakanku saat ini selalu sanggup untuk melenyapkan nyawa orang lain.
Masuk kedalam mobil. Mulai men-starter.
Kepalaku pening, Bahkan aku tidak bisa mendiskusikan hal ini dengan Lily lebih lanjut,
Bahkan, Untuk sekadar memberikan kesempatan baginya untuk menjelaskan,
How pathetic I am…
Aku hanya ingin menjernihkan emosi ini,
Tidak mengerti kenapa Lily membicarakan ini padaku segala, Apakah harus aku memohon padanya agar dia memikirkan suatu cara supaya aku tetap bisa menghubunginya?
Apakah harga diriku yang sudah jatuh terpuruk dikakinya saat ini tidak cukup?
Masih tidak cukup untuknya? Apalagi yang kupunya supaya dia mengerti…
Yang tersisa dari diriku ini, Supaya ia mau berkorban untukku sekali saja…
Mana mungkin, Dia terlalu mabuk akan kebahagiaan, Dia akan pergi dengan kekasihnya itu, Hahah, Meninggalkan aku sendirian disini.
Who’s care, Anyway, Dia tidak peduli padaku,
Dia tidak akan berusaha memberitahu dan membujukku jika ia peduli, Ia akan mengusahakan apapun yang terjadi, Jika ia memang peduli.
Aku memang buta… Sialan,
Susah payah kutahan air mataku supaya tidak tumpah, Tidak, Laki laki tidak menangis…
Tidak boleh menangis…
Dari pantulan Spion mobil, Kulihat Lily berdiri beku, Menatap kepergianku,
Matanya berkaca-kaca.
Perlahan kulihat ia merunduk memunguti pecahan Hp ku yang berserakan.
Masa bodoh, Kuinjak pedal gas,
Mobilku meluncur semakin cepat.
Lily tidak terlihat lagi. Bahkan bayangannya…
++
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily -I don't even know a milimeter of Romeo and Cinderella
SaggisticaSebuah novelet singkat yang diangkat dari Kisah nyata tentang sepasang kekasih yang tidak bisa bersatu, Melawan arus dalam perbedaan yang tidak bisa dijembatani yaitu 'keyakinan'. Judul dan sebagian quote diambil dari lagu spin off vocaloid, I don'...