Hujan turun sangat deras tanpa aku mengharapkannya… Padahal seharian langit begitu biru…
Harus kuakui, aku gugup, hujan lebat begini, dan dia…
Bagaimana dengannya…?
Baik-baik sajakah?
sambil menepikan mobil didepan rumah, Aku menengok cemas,
Benar saja, Lily berada tepat didepan pintu rumahku, Meringkuk kedingingan, Ia mendongakkan kepalanya mendengar deru mesin mobil yang mati perlahan, Matanya berkedip-kedip mengenaliku,
‘Tuhan…,‘ Aku membatin dalam hati, Bergegas keluar, Tapi Lily berlari menghampiriku ketika aku baru saja melewati batas pagar rumahku,
Ia bahkan tidak perduli badannya yang basah kuyup. Melompat begitu saja kedalam pelukanku.
“Kemping didepan rumah lagi?” Bisikku nakal ditelinganya.
Ia membenamkan kepala didadaku. Sekujur tubuhnya dingin,
Tapi aku tahu ia sedang bahagia.
--
Aku sedang mengeringkan rambutku sambil mengaduk dua gelas kopi, Dan Lily memelukku dari belakang,
Masih mengenakan handuk, Ia baru saja selesai mandi,
“Apa kamu sudah selesai?” Tanyaku,
Ia tidak menjawab, Hanya menciumi punggung telanjangku, Membuatku bergidik geli, Ia membantu memasukkan gula kedalam cangkir kopiku.
“Untuk yang suka manis-manis, Lebih mengutamakan manis daripada asam dan asin,” Kataku.
Lily masih tidak menjawab, Aku hanya merasakan tangannya bergerak kebagian bawah tubuhku.
“Tidak,” Tukasku menghentikan gerakannya, “Jangan memulai apa yang tidak bisa kamu selesaikan,”
“Aku akan menyelesaikannya,” Lirihnya menatapku, Aku sama sekali tidak bisa mengalihkan pandanganku dari gadis molek dihadapanku, Ia mulai membalas tatapanku dengan agak menantang.
Manis dan membakar.
“Endingnya bagaimana?” Tanyaku menggeser dan menindih tubuhnya diatas tempat tidur, “Siapa pemilik hatimu?”
Lily mengerang lembut, Kugigit ujung handuknya, Membuatnya terlepas dan berhenti menghalangi pemandangan indah didepan mataku,
“Kamu,” Jawab Lily,
“Siapa yang kamu pilih,”
“Kalian,”
“Siapa?”
“Aku tidak bisa memilih!” Pekiknya kecil.
“Meskipun akan kehilanganku?” Tanyaku lagi, Sakit,
“Kenapa?” Tanyaku lagi, Ciumannya semakin manis saja…
Berkorbanlah untukku, Sekali saja…
Lily menangis dibawah tubuhku, Mendekapku kencang seakan ia tidak ingin melepaskannya lagi
Alisnya bertautan layaknya untaian mutiara, Pandangan matanya kembali berkaca kaca, Menghujam langsung kedadaku, Jiwaku seperti terenggut.
Berbagai macam prasangka berputar didalam kepala dan hatiku,
Aku tahu, Bukan aku, Aku mungkin hanyalah sosok sementara yang ia butuhkan untuk menutupi lubang yang ditinggalkan oleh orang lain.
Dalam hal ini, Keluarga dan kekasih sejatinya. Orang yang benar benar ditakdirkan untuknya.
Ironisnya, Orang itu bukan aku.
“Apa aku hanya sekedar pelengkap?”
Tidak ada jawaban, Hanya geliat dan desah nafas bidadari yang mungkin saja mencintaiku…
Tidak, Ini Ilusi, Bahkan jika ini Ilusi, Hidup selamanya didalam Ilusipun tak apa.
Bahkan warna yang saat ini kulihat berbeda…
Kubiarkan tanganku bergerak sendiri, Lily secara instingtif menyambutku, Bibirnya mencari bibirku, Tangannya mencari tanganku, Gemetar namun yakin, Seakan ia musafir tersesat yang ingin segera menemukan rumah tempatnya pulang.
Aku akan menyakitinya sekali, Aku akan menyakitinya, Lebih dari apa yang telah ia lakukan kepadaku, Aku akan melakukannya, Aku sudah diambang batasku,
Dengan haus membimbing hasratku menuju pertahanan terakhir kami.
Bahkan ketika ia mengucapkan kata cinta,
Ia mungkin saja mengucapkannya dengan rasa khidmat yang sama seperti ketika ia membisikiku…
Desahannya ini, Lengan yang memelukku ini, Suara yang manis ini,
Semua telah disentuh orang lain selainku…
Betapa aku bodoh… dengan percaya kepadanya aku bodoh…
Sudah tahu salah, Dengan sengaja tenggelam…
Tidak ada, Tidak akan ada yang dapat menolongku… Tidak ada…
Segala prasangka dan harapan dalam hatiku untuk bisa lepas dari semua ini lenyap remuk dalam waktu bersamaan.
Aku menatap Lily yang menahan sakitnya sendiri. Rasa sakit yang membunuh semua alasanku untuk meninggalkannya.
Ia menangis menatapku, Menangis, Pada saat bersamaan tertawa bahagia,
“Aku tidak akan… membiarkanmu pergi, Romeo-ku” Ucapnya putus-putus karena nyeri yang menguasai dalam dadanya, “Jangan tinggalkan aku…”
Rasa sakit yang sama seperti yang kurasakan.
Aku merasakan kehangatan Lily mulai menjalariku.
“Kenapa aku?” Tanyaku, Menyembunyikan wajah didadanya, Lily membelai rambutku, "Beritahu aku cara untuk melupakanmu… Kumohon…”
“Aku mencintaimu,”
“Tidak adil,” Lirihku,
Lily memanggil namaku, Ia memelukku erat,
“Aku yang lebih mencintaimu, Lebih daripada dia… Lebih daripada apapun atau siapapun…” Aku tahu aku menghujat, Betapa sombong dan angkuhnya diriku.
“Aku mencintaimu,”
“Lebih daripada cintamu kepadanya…?”
“Aku hanya tahu aku mencintaimu, Kalaupun ada seseorang yang harus menjadi pelengkap, Itu bukan kamu… Itu adalah dia,”
Dadaku merasakan sesak.
Ini cinta? Kalau ya, Aku lebih memilih untuk tidak mengenal sama sekali apa itu cinta,
Datangnya salah, Kepada orang yang salah,
Seperti apa rasanya memeluk bulan? Mungkin saja seperti ini…
Lily tertidur karena lelah didalam dekapanku,
Ia telah melakukan, Bagaimanapun, Pengorbanan pertamanya…
Tidak, Ini tidak akan mengubah apapun, Tidak peduli sekeras apapun usahanya menghapuskan alasanku untuk mengakhiri ini semua satu demi satu.
Perbedaan yang takkan bisa diatasi, Kecuali salah satu melakukan pengorbanan…
Aku akan menjauh… Setelah ini aku akan menjauh.
Atau, Memikirkan cara-entah-apa yang bisa membuatku terlepas dari gadis gila ini.
Brengsek juga tidak apa-apa, Aku lebih baik meninggalkannya.
Harus.
Tidak peduli noda macam apa yang telah kutorehkan kepadanya malam ini.
++
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily -I don't even know a milimeter of Romeo and Cinderella
Kurgu OlmayanSebuah novelet singkat yang diangkat dari Kisah nyata tentang sepasang kekasih yang tidak bisa bersatu, Melawan arus dalam perbedaan yang tidak bisa dijembatani yaitu 'keyakinan'. Judul dan sebagian quote diambil dari lagu spin off vocaloid, I don'...