"Yasmin..Yasmin?" Panggil seseorang dengan tempo cepat sehingga membuat Yasmin langsung bergegas merapikan jilbab lebarnya kembali.
"Ada apa, Kathe? Sabar sebentar, aku sedang merapikan jilbabku." Jawab Yasmin terburu-buru. Jilbab peach kesukaannya sampai sedikit tersingkap karena begitu tergesah-gesah.
Yasmin segera menuju kearah Kathe dengan tergesah-gesah karena takut jika sahabatnya itu memang sedang membutuhkan bantuannya.
"Ada apa, Katherine?" Tanya Yasmin ketika sudah berada didekat kate.
"Tolong Mendekatlah." Ujar Kathe dengan mata yang masih terfokus pada layar laptopnya. Mendengar permintaan dari Kathe, Yasmin segera mengambil tempat untuk duduk disamping Kathe.
"Lihatlah. Aku menemukan artikel bagaimana cara prajurit israel merakit bom." Kathe menggeser posisi laptopnya menghadap kearah Yasmin. Salah satu alis Yasmin menukik dengan indah. Kelereng coklat hazel miliknya melirik kearah Kate dengan rasa penasaran.
"Lalu?"
"Aku rasa kita bisa mempraktekkannya." Kathe tersenyum lebar hingga membuat Yasmin menggeleng-gelengkan kepalanya karena tingkah sahabatnya itu.
"Kathe, untuk apa mencari berita seperti ini? Ini tidak ada manfaatnya sama sekali. Kau ingin menjadi teroris seperti tentara Israel lainnya?"
Kathe terlihat bingung sebelum akhirnya matanya membulat dan dia mulai panik "Astaga. Bukan, bukan seperti itu. Aku bukan itu maksudku. Aku sedang memikirkan rencana membuat bom untuk tikus-tikus tanah yang selalu mengganggu tanaman melati kesayanganmu."
Yasmin tergelak, nyaris menertawai kepanikkan Kathe.
Kate sadar kalau sahabatnya itu sedang menggodanya. "Kau menyebalkan, Yasmin. Kufikir kau menganggapku seperti teroris sungguhan.""Kau yang memulainya, Kate. Pagi-pagi seperti ini kau telah membuat keributan di apartemen kita hanya karena kau menemukan artikel itu. Katherine, kau sudah berusia 23 tahun." Yasmin gemas karena tingkah Kathe yang masih seperti anak-anak.
"memangnya kenapa? Usia bukan alasan yang tepat untuk berhenti bertingkah konyol." Protes Kathe tidak terima. Yasmin tertawa ringan sebelum akhirnya berdiri dari duduknya. Membiarkan Kathe sibuk dengan laptopnya kembali.
"Kau mau kemana, Yasmin?"
"Aku akan menyelesaikan tugas-tugasku dulu, Katherine Geneva. Cucianku masih setinggi gunung."
Kali ini, giliran Kathe yang tertawa mendengarnya. Ada rasa menyenangkan ketika ia berhasil membuat Yasmin gemas karena ulahnya.
"Kau sendiri, apa yang akan kau lakukan hari ini, Kathe?"
"Aku? Oh, aku--aku akan kembali ke toko. Apakah kau tahu, Pekerjaanku akan semakin berat?"
"Memangnya kenapa?"
"Salah satu dari karyawan di toko tempatku bekerja di berhentikan. Dia seorang pemalas dan memberhentikannya dari pekerjaannya adalah pilihan yang tepat. mungkin dalam satu bulan kedepan aku akan pulang terlambat karena tugasku yang mulai semakin menggunung. Oh Astaga, aku akan semakin pusing." Keluh Kathe dengan helaan nafas yang begitu berat.
Yasmin memiringkan kepalanya mendengar keluhan Kathe. Terkadang Yasmin heran bagaimana bisa Kathe berbicara secepat itu. "Kapan kau akan pergi bekerja?"
"Jam setengah sembilan. Memangnya kenapa?"
"Pergi bersamaku, okay? Aku akan pergi ke suatu tempat yang satu arah dengan tempatmu bekerja." Yasmin berlalu meninggalkan Kathe yang masih sibuk berkutat dengan laptopnya.
--
"Kapan keretanya akan tiba? Astaga, ini sudah pukul setengah sembilan dan keretanya belum juga tiba. Aku bisa terlambat bekerja." Rutuk Kathe tidak sabar.
"Seharusnya mereka menambah lagi keretanya sehingga tidak serepot ini. Dua kerta pagi itu bukanlah solusi untuk ratusan orang-orang London yang setiap harinya sangat sehingga kita tidak perlu menunggu terlalu lama."
"Yasmin, menurutmu, kapan keretanya akan sampai?"
Melirik kearah Yasmin, Kathe menemukan Yasmin yang tengah sibuk dengan Alquran kecil ditangannya. Kathe mengurungkan niatnya untuk mengeluh. Kathe lebih memilih untuk memperhatikan Yasmin yang sedang khusu' dengan Alquran nya.
Didalam hatinya, Kathe berharap Yasmin akan membaca Alquran nya dengan sedikit kuat agar dia dapat mendengar suara Yasmin membaca lantunan yang indah itu seperti yang sering ia dengar di apartemen mereka. Tapi Kathe cukup sadar jika ini akan Membahayakan Yasmin karena bisa saja kelompok Anti-Islam berada disini dan menyerang Yasmin.
"Besok hari minggu, kan?" Kathe menunggu jawaban Yasmin dengan sabar. Membiarkan Yasmin menyelesaikan bacaannya terlebih dahulu.
"Ya. Besok hari minggu." Jawab Yasmin ketika selesai membaca Alquran.
"Besok pagi aku ingin pergi ke Gereja. Minggu lalu aku sudah melewatkan waktuku untuk pergi ke Gereja, jadi besok aku akan pergi ke Gereja."
"Ya, kau harus selalu mengingat Tuhanmu, Kathe. Jangan lewatkan ibadah-ibadahmu. Jadilah umat yang taat."
"Aku berusaha menjadi umat yang Taat, Yasmin. Hanya saja beberapa godaan selalu membuatku tergoda." Kathe terkikik kecil sementara Yasmin tersenyum karena ulah Kathe. Memang, Kathe sudah berusia 23 tahun tapi sikapnya masih seperti remaja berusia 17 tahun.
"Aku akan membangunkanmu agar kau tidak terlambat ke Gereja besok pagi."
"Tentu saja! Kau harus membangunkanku, Yasmin. Kau pasti tahu jika aku bukanlah orang yang suka bangun pagi."
"Aku tahu. Aku tahu kau termasuk orang-orang yang terlalu suka di dunia mimpi daripada dunia nyata. Kau lebih senang bersama ranjangmu daripada pekerjaanmu."
Kathe tersenyum lebar. Dia sama sekali tidak mempermasalahkan candaan Yasmin karena semua itu benar.
"Nah, Itu dia! Itu dia keretanya, Yasmin!" Ujar Kathe kegirangan ketika melihat kereta mulai memasukki stasiun bawah tanah ini.
"Ayo cepat, Yasmin. Jangan sampai kita tidak mendapatkan tempat duduk." Dia bergegas menarik tangan Yasmin dengan tidak sabar.
Kathe tidak pernah mempermasalahkan perbedaan agama diantara dirinya dan Yasmin.
Baginya, Yasmin seorang sahabat yang baik untuknya dan perbedaan agama bukanlah halangan untuk berteman baik dengan Yasmin.
Kathe tidak memperdulikan orang-orang yang memandangnya hanya karena berteman dengan seorang muslim seperti Yasmin. Ia sering mendapat ejekkan lantaran berteman dengan Yasmin sementara dirinya seorang Kristiani. Kathe tidak pernah menghiraukan ejekkan tersebut.
Begitupula dengan Yasmin, baginya, Kathe seorang sahabat yang baik. Yasmin juga memilih untuk mengacuhkan orang-orang yang mengejeknya karena berteman dengan seorang yang beragama Kristiani seperti Kathe.
Karena ini bukanlah tentang perbedaan agama. Ini tentang persahabatan yang sudah sangat lama terjalin dengan saling mendukung, bukan saling menjatuhkan.
Haloooo :)
Aku bakalan lanjut klo readersnya udah mulai banyak :'D
Don't be silent readers, okay?
All the love, Z
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamilia
Teen FictionIni tentang seorang Yasmin Kamilia, seorang gadis Palestina yang berhasil menyeludup masuk ke London ketika konflik antar Israel - Palestina tak kunjung usai hingga menewaskan Ayah, Ibu, dan tiga saudara perempuannya. yang hanya menyisahkan dirinya...