Lagu yang menghentak, kerlap-kerlip lampu, beberapa teriakan, orang-orang yang menari dengan semangat, suara tawa dan alcohol. Malam itu Angky sungguh memanjakan dirinya dengan keadaan di club. Dia tak mau menyebutnya sebagai perayaan, tapi dia memang ingin berbagi kebahagiaan dengan teman-temannya.
Kak Tony ada disana bersama laki-laki muda nya yg Angky ingat bernama James. Kemudian Galang, yang ternyata itu bukan pertama kalinya dia berada disana, lebih mengejutkan lagi - sepupunya itu dan Kak Tony ternyata saling mengenal. Angky benar-benar tak menyangka.
Galang mungkin memang belum mengatakan apapun pada keluarganya, tapi kegiatan sepupunya itu bersama teman-teman di club ini, lebih aktif dibandingkan dirinya. Angky merasa sudah 'tertipu', meski dia sungguh tak menyesali. Dia justru senang.
"Dunia sungguh sempit" komentar Kak Tony, setelah tadi dia tertawa.
"Ya, terutama dunia kita ini..." sahut Galang.
Mereka tertawa. Kemudian Angky mengangkat gelas tequila-nya.
"Untuk kita?" katanya, mengajak bersulang.
"Untuk dunia kita!" sahut Kak Tony dan Galang nyaris bersamaan. Mereka pun bersulang dan meminum minuman masing-masing.
. . .
Waktu berlalu, pembicaraan mereka mulai tidak begitu banyak, apalagi alcohol sudah mulai menguasai otak. Mereka pun terdiam, memperhatikan dance floor atau apapun yang menarik mata mereka.
Kak Tony dan James sudah terhanyut dalam dunia mereka sendiri. Angky melirik mereka jengah. Entah kenapa melihat laki-laki muda itu, masih membuatnya tak nyaman. Angky tak habis pikir, bukankah kalau Kak Tony dan laki-laki itu sudah sering bersama... berarti James adalah orang yang special bagi Kak Tony? Dia tak suka kekasih teman baiknya sendiri, melihat padanya dengan tatapan seperti itu
"Mas, gak turun?" tanya Galang tiba-tiba sambil melirikkan matanya ke arah dance floor.
Angky menggelengkan kepalanya, cepat. Galang tersenyum.
"Kalau gitu, gue mau turun..." kata Galang sambil berdiri dan berjalan sendiri menuju dance floor.
Angky tak heran Galang begitu percaya diri. Dia pasti sudah terbiasa dan dilihatnya juga beberapa orang menyapanya disana.
"Sssttt..." suara bisikan yang aneh terdengar di samping Angky. Pria itu menolehkan kepalanya, melihat lagi pada Kak Tony dan James. Ternyata laki-laki itu yang barusan memanggilnya.
Dia sedang membiarkan Kak Tony menjelajahi tubuhnya dan dengan isyarat mata juga senyumannya, dia mengajak Angky untuk bergabung. Angky memutarkan bola mata dan tak tahan lagi untuk menunjukkan kalau dia sungguh sangat iritasi. Dia mengambil bantal yang ada disana, kemudian melemparkannya tepat ke muka James. Kak Tony yang tadi tak tahu apa-apa, jadi terkejut.
"Ky?" tanyanya, bingung. Dia melihat juga pada James yang malah tetap tersenyum memuakkan.
Angky menggelengkan kepala saja sambil beranjak pergi dari sana. Kesal.
"Mereka bikin pesta akhir minggu ini" kata Kei sambil mengaduk-aduk sedotan di dalam cocktail nya.
"Tuan dan Nyonya Wijaya yang minta langsung sama aku buat dateng dan main piano disana"
Ezra memandang nanar pada sahabatnya itu. Dia sama sekali belum mengatakan apapun dari sejak tadi Kei menceritakan tentang pesta pertunangan pria yang sangat disukainya.
"Gimana menurut kamu? Aku gak mungkin nolak, kan?" tanya Kei pula, sambil melirik Ezra untuk meminta pendapat.
Ezra mengedipkan matanya dan berusaha mengendalikan sikapnya. Dia tak boleh menunjukkan kalau sebenarnya dia sangat terganggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE HOOK UP [END]
Ficción General❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : @rieyo626 ❌HOMOPHOBIC SILAHKAN MENJAUH!