Nine

161 13 0
                                    

Today 08.32 AM

Line : Josh

Josh: Hei La

Laura: Hei. Ada apa?

Josh: Kau mau ikut denganku? Aku dan Niall akan pergi ke coffee shop.

Laura: Akhir-akhir ini kulihat kau dekat sekali dengannya, ada apa?

Josh: Astaga, La. Niall dulu temanku disaat aku masih duduk di SMP. Sudah nanti akan kuceritakan, kemarilah dulu. See ya!

Teman?

Laura: Baiklah.

Aku pun bergegas memakai kaos tanktop hitam dibaluti dengan kemeja flanel yang semua kancingnya terbuka dan celana jeans pendek. Vans sneakers dan sedikit mascara dan bedak. Lalu, pergi berangkat.

Sesampainya disana, aku mendorong pintu kaca besar ini ke dalam. Mengedarkan pandangan lalu tersenyum ketika melihat Josh melabaikan tangan ke arahku.

"Hei!" aku menyapa mereka.

Josh yang menyadari kehadiranku langsung tersenyum. "Oh hei, duduklah." Josh menarik kursi untukku.

"Terima kasih, Josh." aku tersenyum padanya.

Niall menyodorkan sebuah minuman. "La, minuman mu sudah kami pesan. Katanya kau suka dengan vanilla latte?" Niall bertanya.

"Iya. Terima kasih Ni," aku menerimanya.

Aku berhenti menyesap minumanku dan bertanya. "Oh iya, ada apa? Apa ada hal yang penting?"

"Tidak ada. Hanya aku dan Josh ingin sekedar berkumpul saja," sahut Niall dengan memberi senyuman manisnya padaku.

Aku menaikkan alisku. "Oiya, aku masih kebingungan. Kau Josh dan Niall adalah sahabat?" tanganku menunjuk mereka satu persatu.

"Benar, La. Aku dan Niall dulu satu SMP. Kita berbeda satu tahun. Tapi kita selalu bersama." Josh menjawab. Lalu sedetik kemudian menyenggol lengan Niall.

"Oh ya? Kukira kalian belum saling kenal."

Niall dan Josh terkekeh. Aku dapat merasakan kebahagiaan mereka bersama ketika bertemu kembali. Oh mereka sangat lucu! Tiba-tiba ponsel Niall berdering. Dia meminta izin untuk mengangkatnya terlebih dahulu sebelum melesat menjauh.

"Oh, hei." Dia menempelkan ponsel di telinganya.

"...aku bersama Laura dan Josh... ya,ya baik. Semua ada disana? oke..."

Setelah menutup telponnya, Niall melirik jam di tangannya lalu kembali mendekat. "Ayo, kita sudah ditunggu."

Aku mengerutkan dahi, "Tunggu sebentar, 'kita'? Bukankah seharusnya hanya kau Ni?" tanyaku.

"Dan kita akan pergi kemana?" terusku.

"Oh ayolah. Tak apa. Ini hanya berkumpul layaknya anak-anak lainnya. Sudahlah, ayo!" Niall menarik tanganku dan Josh pergi keluar lalu naik ke dalam mobilnya.

Ketika sampai disana, aku bingung. Entah akan ada apa. Di dalam perjalanan masuk ke rumah Liam aku hanya mendelik di belakang bahu Josh yang lebar dan seakan aku tidak ada karena tidak terlihat.

Disana, terdapat banyak macam-macam chips berserakan di meja dan beberapa minuman soda. Teman-teman Niall duduk dan asik bercerita.
Entahlah, awalnya aku biasa saja saat Niall mulai menarikku ke sofa tempat mereka duduk. Tetapi, aku mulai gugup saat aku melihat wajahnya. Ya, wajah Harry. Sial. Dia begitu tampan.

Namun, dia selalu menatapku dingin. Disitulah aku merasa cemas setiap saat aku kembali menatapnya. Dia bersikap aneh kepadaku, entah. Tapi aku senang bisa bertemu dengannya. Kita mengobrol bersama- maksutku adalah Aku, Harry dan teman-temannya. Gadis didalam hatiku pasti menginginkan 'kita' adalah aku dan Harry.

Oh, itu tidak mungkin terjadi, La.

"Hei kau, ya kau," tiba-tiba Louis menunjuk ke arah Josh yang duduk di sampingku.

"Josh namanya Lou." Ucap Liam.

"Ya, kau. Kau dekat sekali dengan- tunggu, siapa namamu nona cantik? Ya kau, yang di sampingnya." Tiba-tiba arah telunjuknya menuju wajahku.

Aku yang merasa ditunjuk membuka mulut, "Aku? Laura."

"Ya, kau dekat sekali dengan Laura, Josh. Apa kau berkencan dengannya?" tanyanya.

Sial. Aku mengumpat dalam hati. Seolah-olah sesuatu datang menghantam dan terjepit dalam kerongkonganku.

"Haha. Tidak aku tidak berkencan dengannya," jawab Josh lalu sedetik kemudian menoleh kearahku.

Niall melayangkan tangannya sambil tersenyum licik. "Ah.. ah ..ah.. tunggu-tunggu."

"Mereka pernah berkencan, sebenarnya," lanjut Niall menatap wajahku dan Josh.

Aku mengumpat lagi. Sialan! Mengapa dia tahu? Apa Josh memberitahunya? Aku mendelik. Memainkan jari-jariku di bawah sambil menunggu seorang mengalihkan tema perbincangan ini.

"Ya, mereka berkencan tetapi tak berjalan lama karena sesuatu hal. Bukan begitu?" Niall melanjutkan.

Sialan. Ia benar-benar tau.

"Aaah, sayang sekali," Ejek Liam sambil tertawa. Sialan!

Louis mengangguk kecil. Sudah puaskah kau dengan jawaban itu, brengsek?!

Sialan, sekarang aku malah memandangi Harry di depan sana. Rahangnya mengeras dan wajahnya datar seperti biasa.

◾◾◾◾

hei:(

bakal late update bgt kayaknya:((

i'll have exam tomorrow tiga pelajaran di hari pertama huhu ya anjir persetan dengan semuanya.

ok. baibai.

adourable

Line [ SLOW UPDATE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang