"Aduh! Kasar banget sih, mbak!."
Seorang cowok yang dia banting--dan baru saja mengeluh padanya.Dia membiarkan cowok itu bangkit dulu, barulah menanyakan maksudnya.
"Eh, situ kalo mau banting orang liat dulu, dong!. Ge-er aja gue mau ngegodain cewek gahar kayak lo..."
Balasan, "Ssst!." darinya membuat si cowok mencelos.
Akhirnya cowok itu mendengus, berusaha menahan marahnya sendiri ke si tengil yang entah kenapa masih keluyuran jam 10 malam begini.
"Kamu ngapain disini?."tanyanya, membuat cowok itu mengangkat alis.
"Bisa ramah juga lo?.."katanya dengan nada meledek.
Dia memanyunkan bibirnya dua senti ke depan, kesal. "Sori soal yang tadi." "And what are you doin' here?."
Yang jadi jawaban dari cowok itu bukannya langsung mengatakan apa keperluannya, malah mengulurkan tangan - tersenyum lagi....
"Juan."katanya santai. "Gue lagi nyari cincin yang hilang. Tadi sore jatuh dekat sini, kayaknya."
Oh... Karena perkataan itu entah kenapa dia langsung mencelos.
"Nama lo siapa?."
Dia membalas uluran tangan Juan dan tersenyum tipis, "Adisa."
Ketika jabat tangan mereka selesai, Juan tersenyum lebar. Walau tatapan heran Adisa merayapinya, dia tetap begitu--malahan tertawa.
"Kenapa, sih?." Adisa sungguhan bingung.
Juan menjawabannya dengan gelengan sementara tawanya mereda.
"Oke...." "Nah...tadi kan lo udah banting gue dengan begitu kencengnya, jadi, may I ask you to do me a favor?."Adisa yang menyadari kemana arah pertanyaan itu, langsung saja mengalihkan pembicaraan.
"Oke, I have to go, sorry."
Namun sebelum sempat ia pergi, tangan Juan sudah mencegahnya.
"Gue nggak ngehindar pas dibanting lo tadi..."
Adisa pun mendengus. Alhasil, dia menuruti apapun bantuan yang diminta Juan.
***
Mencari cincin itulah yang Juan minta buat Adisa lakukan. Rasanya imbalan dua porsi ketoprak pagi sekaligus diantar ke rumahnya adalah setimpal untuk Adisa.
Cincin itu baru ketemu setelah tiga jam mereka mencari di sekitar sana. Well, cukup melelahkan.
"Thanks." Juan memandang Adisa ramah. Gadis 19 tahun itu dibuat terdiam dekat pandangannya. Dia tertunduk di kursi penumpang depan mobil Juan.
Adisa mengangguk sekali, hendak keluar.
"Dis."
Dan tidak jadi.
"Ya?."
"Menurut lo dia bakal suka cincin sederhana ini?."
Pertanyaan itu membuat Adis duduk kembali. Dia benar-benar tidak tahu kenapa Juan yang baru dikenalnya 3 jam 5 menit yang lalu jadi begitu seterbuka ini padanya.
Ketika pandangan Juan kembali berusaha masuk ke dalam matanya, Adis menjawab pertanyaan itu dengan nada tenang khasnya.
"Cincin yang bagus, Kak."katanya sambil mengamati benda itu.
Kemudian tatapannya jatuh persis di depan mata Juan.
"Siapapun itu, pasti suka kalau diberikan kepastian. Apalagi kalian udah sama-sama nunggu lima taun lamanya, kan?."
Juan membenarkan di dalam hati ucapan itu.
Ya, dia memang menceritakan untuk siapa sebenarnya cincin yang sudah ketemu itu kepada Adisa. Dalam benak Juan, ada satu rasa yakin kalau cewek ini adalah pendengar yang baik.
"I believe she will accept you."
Kemudian Adisa segera mengakhiri kebersamaan mereka dan masuk--tau ada masalah lebih besar di dalam rumahnya karena lampu ruang tengah masih menyala padahal sudah pukul setengah dua pagi.
Klk. Dia menggerakan grendel pintu.
Suara yang menyambutnya tidak lain adalah....
Bersambung....
Ingin tau cerita selanjutnya? Vomennya ya readers ^_^
Penulis
Alin Ifa
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIGHTER [END]
ActionThe Fighter adalah sebutan untuk anggota proyek pemerintah, Fighter For Nation. Tapi alasan terbentuknya adalah 85 persen bukan itu. Dibalut dengan detail Indonesia masa depan, aksi, sekaligus romantisme, para Fighter tetap melaksanakan tugas. Won...