Sepi. Cuma itu yang tergambar dari ruang simulasi ini. Deru nafas Adisa yang mulai menenang.
Adisa memasang posisi siapnya, bersiaga untuk apapun yang akan mengeroyoknya. Yah...cuma kata itu yang ada di benak gadis nyaris mati.
Tik...
Tok...Waktu berlalu, dan masih belum ada apa-apa. Belum ada yang menyerangnya.
Belum, hingga....Matanya sepenuhnya tengah tertuju pada Juan, kakek Ruri, dan satu orang penting itu ketika tiba-tiba ada yang loncat di belakangnya.
Dak!
Adis tersungkur."Dia bisa lebih dari itu, kan, Rur?."
"Tenang. Saya sudah menyiapkan dia sedemikian rupa, Firman. Nggak usah khawatir." Kakek Ruri membalas, meyakinkan Jenderal Firman Baskoro.Sementara itu, dari bawah, Adis beringsut bangkit. Dia balas menantang orang itu.
"Sini, Pengecut!." "Beraninya nyerang dari belakang!."Pria yang menyerangnya menyeringai. Postur jelas dimenangkan oleh dia. Entah dengan skill bertarungnya.
Pria itu menyerang Adis terlebih dulu.
Sst! Blast!
Bam!Juan mengangkat alis melihatnya. Satu pria besar berhasil dilumpuhkan Adis.
Dipandanginya jam smartwatch miliknya.Nggak sampai lima menit....
Kemudian saat Adisa didatangi lebih banyak lagi musuh, Juan teralihkan. Sebuah pesan singkat masuk ke smartwatch Juan. Dari tunangannya. Dian.
Juan...aku nggak bisa lanjutin semuanya.. Bisa kita...sampai disini aja?
Balasan yang datang dari Juan adalah langkah berderap keluar dari bunker pangkalan angkatan darat TNI.
Sementara dari ruang simulasi, Adisa memandangi ruang pengamatan. Kedua alisnya seketika mengerut begitu saja saat tahu Juan sudah sudah tidak ada disana.
Dan, satu pukulan dengan besi menghempaskannya ke tanah.
***
Adisa tersadar. Tanpa bisa dicegah, ia meringis memegangi memar dan luka di wajah dan tubuhnya.
Dia, sendiri, di ruang pribadi peserta program Fighter for Nation. Entah kenapa pikirannya langsung tertuju pada Juan.Sreeet...!
Pintu ruangannya dibuka. Yang muncul disana adalah Jenderal Firman Baskoro."Uji coba pertama kamu tidak terlalu memuaskan, Dis."katanya, diselingi nada datar namun tampang yang bijaksana.
"Masih banyak orang yang lebih bisa mengikuti program ini."
Firman mengangguk sekali, membenarkan sanggahan itu. Kemudian beliau malah duduk di dekat Adisa.
"Tapi saya yakin kamu bisa. Dan harus bisa." "Pilihan Juan tidak pernah salah."
Perkataan itu mengeluarkan kernyitan yang amat jelas dari dahi Adis. Dia tiba-tiba jadi penasaran akan satu hal.
"Juan orang penting disini, Pak?."
Firman tersenyum, "Dia kepala secret service. Dan anak saya. Jadi jelas penting."
Oke...berarti dia tau kemana Juan pergi, tadi.
"Terus anda tahu kemana Juan pergi?."Jawaban yang ia terima membuatnya menghela.
Semua yang ia rasakan kepada Juan termasuk baru. Ada sesuatu dalam hatinya yang agak tertohok ketika melihat cowok itu pergi, tadi. Dan parahnya lagi, Adis baru pertama kali merasakan semua ini di waktu yang sesingkat ini.
***
Juan tidak bisa menahan diri untuk menemui Dian langsung. Pesan singkat wanita itu yang hanya menyiratkan sesuatu yang simbolis baginya membuatnya harus menemui Dian.
Namun yang ia temukan di rumah Dian hanyalah sepucuk origami burung biru kesukaannya dan bercak darah yang teratur, menuntunnya ke pintu kamar.
Juan mengeluarkan pistolnya, berubah menjadi was-was.
Yang ia temukan di kamar Dian adalah sosok itu yang sudah tergeletak di batas tempat tidur, bersimbah darah.
Wajah Juan memperlihatkan syok yang amat sangat. Dia tetap memeriksa TKP, berusaha tenang.
Di dekat jenazah, Juan menemukan secarik kertas berisi tulisan ganjil.
Simulasi pikiran dan perasaan sudah dimulai.
Seru, bukan?SP
Kemudian smartwatchnya berbunyi.
-----------------------
BersambungTadaaa! Akhirnya selesai!
Masih ada kelanjutanya di part selanjutnya yaaa , readers!Vote dan komennya silakan! ^_^
Alin Ifa
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIGHTER [END]
AksiThe Fighter adalah sebutan untuk anggota proyek pemerintah, Fighter For Nation. Tapi alasan terbentuknya adalah 85 persen bukan itu. Dibalut dengan detail Indonesia masa depan, aksi, sekaligus romantisme, para Fighter tetap melaksanakan tugas. Won...