FUNF [Not Yet]

28 2 0
                                    

Sudah tiga hari aku menetap di rumah sakit, padahal sakitku sudah sembuh. Aku malahan sampai adu mulut dengan Kakakku hanya karena ingin segera keluar dari rumah sakit. Aku rindu rumah, aku rindu masakan Mama, aku rindu sekolah dan teman-teman.

Knock knock

Pintu rumah sakit diketuk dua kali. Mataku yang tadi terfokus ke Nintendo 3DS kemudian melihat ke arah pintu.
"Masih jam 9 pagi, siapa yang datang? Mama tak mungkin datang sepagi itu. Kakak baru saja datang jam 6 tadi bersama Papa. Aku juga sudah meminum obat yang diberikan suster. Sarapanku juga sudah kumakan." Pikirku.

Kreek

Pintu dibuka, sebuah kepala menyembul, mengintip ke dalam kamar rumah sakit.
"Ada orang...?"
Wah! Suara ini! Aku tau suara ini!

Tap tap tap

Suara langkah kakiーyang sepertinyaー3 orang memasuki kamarku. Aku juga kenal ketiga langkah kaki ini. Langkah kaki yang tenang, lalu langkah kaki yang ragu-ragu, dan langkah kaki yang tak sabar.
Ketiga orang itu masuk. Wajah mereka berubah menjadi wajah bahagia.
"Jun!!!!" ucap mereka bertiga serempak.
Mereka langsung menghambur manghampiriku. Yang satu langsung memelukku, yang satu lagi juga memelukku, yang satunya lagi menaruh keranjang buah ke atas meja.
"Haaii!!"
Senyumku terkembang setelah mutung tadi. Yah, setidaknya rinduku sedikit terobati.
"Yampun, Jun! Mau nyampe kapan disini terus? Betah lo sama bau rumah sakit? Mendingan bau gue!"
Ah, Nana, selalu saja tebar pesona.
"Iya, Jun. Anak-anak pada nyariin lo." ucap si kacamata kuda sok pinter, Wiji.
"Wait, wait..
..WHAT?!?"
Aku terkejut. 3DS terlepas dari tanganku.
"Sejak kapan gue punya anak!? Dan sejak kapan lo jadi bapak dari anak-anak gue!? Sejak kapan bapak-bapak bisa ngelahirin anak!? Did I miss something??"
"Bukan, Jo. Maksudnya anak-anak itu temen-temen kelas lo, temen-temen OSIS." ucap si Waketos, Donny. Sama sepertiku, dia juga murid kelas satu. Di sekolahku, tidak penting OSIS itu kelas berapa, yang penting harus bisa bertangung jawab dan siap menerima resiko jadi OSIS. Dia sudah kebiasaan memanggil setiap orang dengan panggilan "Jo". Katanya, entah kenapa dia lebih merasa nyaman memanggil dengan nama itu, juga biar akrab, katanya.
"Nah, iya itu maksud gue." Wiji menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Maksudnya bingung. Lalu menyodorkan 3DS ku yang jatuh lalu memberikannya padaku. Aku mengambilnya lalu menyimpannya di laci meja.
"3 angkatan nyariin lo, Jun. Ketos kok libur lama amat. Emang ya, idola 3 angkatan." ucap Nana. Seperti yang aku terangkan tadi, makanya aku jadi Ketua OSIS. Dalam 3 bulan pertama, aku bahkan sudah bisa membanggakan sekolah. Aku dan klub Baket di SMAku memboyong piala hasil menjuarai olimpiade olahraga bertaraf nasional.
"Oh, iya, Jo. Di kelas adaー"
"Gue belom selesai ngomong, Don!"
"Heh, ok, lanjutin."
"Dari kelas 1, 2, 3 nyariin lo. Tadinya fans-fans lo mau ikut pas tau kita mau ngebesuk lu. Heran deh gue, darimana mereka dapet infonya kalo kita mau besuk. Tapi kita tolak. Soalnya banyak banget yang ikut."
"Udah?" ucap Wiji sambil mengetuk jam tangan Nana.
"Udah." ucap Nana lalu memperlihatkan senyum 5 jarinya.
"Gini, Jo. Di kelas ada anak baru, cuakep banget dah. Dikerubungin cowo mulu."
"Ya iya lah, anak baru. Nanti juga kalo udah tau sifatnya juga pada gak mau deket-deket."
"Shh!! Nyamber mulu lo, Na." ucap Wiji.
Aku dan Donny memperlihatkan ekspresi kesal pada Nana. Nana hanya memberikan ekspresi mesem.
"Dia baru pindah tadi pagi Jo, senin ini. Pindahan dari kota lain"
"Kota mana tuh?"
Aku jadi penasaran.
"Dari kota sebelah, Tangerang. Lo juga dulu dari sana, 'kan?"
"Iya, iya, gue pindah ke Jakarta abis lulus SMP. Sengaja gue pindah biar gak susah nyari kuliah begitu lulus SMA."
"Oke, itu gue udah 100 kali denger dari lo."
"Hah??"
"Kayanya sih si cewe itu kenal sama lo, Jo. Soalnya dia sampe sengaja muter-muter nyari info lo. Nah, pas pertama masuk, dia langsung nyalon jadi OSIS, masuk eksul Basket cewe, sama masuk eksul Pramuka. Nyamain lo, Jo. Kayanya sih, dia penasaran sekaligus demen sama lo, Jo."
"Hee..?? Kenal aja gue enggak, kok bisa gitu tuh cewe?"
"Nama lo kan udah tenar banget, Jo. Kali aja dia demen ama lo."
"Nama dia siapa?"
"Siapa ya tadi... Nama ke Eropa an gitu."
"Sehdemit sehdemit siapa gitu." Mungkin maksudnya Schdmit.
"Tapi panggilannya Mai katanya."
"Mai..??"
"Rasanya aku tak asing dengan nama itu." gumamku dalam hati.

-----

To be continued...
If you mind, please vote, kay? :)
Stay tune, keep reading
(art by: kohaku-ume.deviantart.com/)

DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang