Gips|Part Two

2.2K 123 2
                                    

Keberuntungan berada di pihakku kali ini.
Sekolah masih sangat sepi.
Dan karena itulah aku jadi mudah untuk menemukan toilet di sekolah yang besar ini.

Apa semua orang amerika bangun pada siang hari?

Aku pun memakai kacamata tanpa minusku dan membuat rambutku ke model ponytail.
Ya,tidak terlalu nerdy tapi cukup membuat orang tidak terlalu memperhatikanku.
Setelah merasa cukup yakin,aku keluar.

Dan ternyata masih hanya ada beberapa orang di koridor sekolah.
Aku pun menyusuri lorong sekolah yang panjang sambil menerka nerka dimana letak principal office.

'Principal Office'
Headmistress.Shaileen Banks

Setelah membaca keterangan yang tertera,aku pun mengetuk pintu jati besar yang ada di hadapanku ini.

"Masuk,"kata seseorang dari dalam.
Kuputar knop pintu perlahan dan melihat seorang perempuan yang sepertinya berada di tengah tengah usia 40 tahunannya dan seorang remaja laki laki yang sedang membelakangiku.
Sepertinya salah satu murid disini.

"Aku bisa saja mengatakan hal ini pada ayahmu,"kata Mrs.Banks.

"Ayolah Mrs,aku tidak akan mengulangi hal itu lagi,aku berjanji,"kata siswa laki laki itu.

"Kau selalu mengatakan hal itu,"Mrs.Banks menyipitkan matanya.

"Baiklah akan kupikirkan,namun soal detensi itu,..aku tidak ada pilihan lain,sekarang kau boleh keluar,"Mrs.Banks berdiri diikuti siwa tersebut.

"Terima kasih,"kata siswa laki laki itu lalu berbalik.

Badannya tinggi,mungkin aku hanya sebatas bawah telinganya saja.
Matanya berwarna coklat keemasan dan rambutnya berwarna brunette.
Dia tampak tidak terlalu asing di mataku.
Dia menatapku,dari atas ke bawah.
Untuk sesaat,kami saling berpandangan.
Hingga,

"Ekhem..,"dehaman Mrs.Banks mengembalikanku ke dunia nyata.

"Good morning mrs,"kataku sopan.
Kebiasaan orang Inggris.

"Silahkan duduk,"kata Mrs.Banks.
Tepat setelah aku duduk,pintu ruangan ini tertutup menandakan siswa laki laki tadi telah meninggalkan ruangan ini.
Aku tidak tau apa yang mendorongku untuk melakukannya,tapi aku berbalik hanya untuk sekedar melihat pintu jati besar itu.

"Kau pasti mengenalnya,"dia tersenyum.

"Ah,tidak,"aku menjawab sekenanya.

Dia mengangkat alisnya,antara tidak percaya atau terkejut.

"Maksudku,aku tidak punya begitu banyak teman,"kataku canggung.

"Sudahlah Louise,jangan canggung begitu,oh iya kau bisa isi formulir ini,"katanya lalu memyodorkan selbar kertas dan bolpoin.

Aku menerima lalu membacanya dengan seksama.

"Memang ada beberapa mata pelajaran wajib,tapi hanya beberapa,"katanya.

Aku hanya mengangguk ngangguk sambil terus mengisi formulir tersebut.

"Di Inggris pakai seragam ya?"tanyanya.

Aku tersenyum,
"Ya,di sana kami pakai seragam selama 4 dari 5 hari bersekolah"

Aku lalu menyodorkan kertas tersebut.

"Ini buku yang berisi peraturan dan denah sekolah,dan ini kunci lokermu,"katanya.
"Usahakan jangan sampai telat masuk kelas atau yang lebih buruknya melewati kelas,karena detensi akan sangat mempengaruhi nilai rapormu,dan satu lagi ingatlah jadwalmu baik baik,"katanya panjang.

Aku memaksakan senyum lalu mengangguk.
Rasanya aku harus segera keluar dari ruangan ini.
Suasana dan atmosfernya sudah mulai mencekam.

"Baiklah terima kasih banyak Mrs,"kataku membungkukkan badan dan berbalik pergi.

"Oh ya satu lagi Louise,"katanya membuatku terdiam menahan nafas lalu berbalik menghadapnya.

"Semoga beruntung,"katanya.

-------------

"Tok tok,"aku mengetuk pintu kelas pertamaku di sekolah ini,Bahasa Inggris.

Pintu pun dibuka,memperlihatkan sesosok perempuan yang tidak terlalu muda namun tidak tua juga.
Mungkin usianya di penghujung 30 tahun.

"Maaf tapi kelas sudah di mulai sejak 3 menit yang lalu,kau bisa ke ruang detensi sekarang,"katanya sambil tersenyum.

"Maaf ms,tapi ini hari pertama saya disini,agak sulit untuk menemukan ruangan ini,"kataku.

Dia membulatkan matanya,
"Louise?"tanyanya.

Aku mengangguk.

"Ehm ms,bisakah kau memanggilku Tasher saja,dan kumohon jangan sebut nama belakangku,kumohon,"kataku memegang tangannya.

"Tenang saja,ayo masuk,"katanya tersenyum penuh arti.

Sejauh ini dia guru favoriteku.
Ya,dia adalah guru pertama yang kutemui hari ini dan sudah menjadi favoriteku.

Begitu aku masuk,aku langsung di suguhi pemandangan yang membuatku menelan ludah dengan keras.

Remaja remaja Amerika.

"Class!Harap tenang,kita kedatangan murid baru"

Serentak para siswa pun diam.
Lalu ms...aku belum tau namanya,memberiku kode untuk memperkenalkan diriku.

"Hi,I'm Tasher,"kataku singkat.

Tak lama kelas pun kembali sibuk,ada yang membalas perkataanku,ada juga yang mengomentari diriku.

"Silent!jika ada yang ingin bertanya acungkan tangan kalian,"kata ms.rymel ,dari yang kubaca dari mapnya barusan,sambil memukul meja dengan rotan.

Serentak hampir satu kelas mengacungkan tangan.

"Hanya itu?kau tidak ingin memberitahu hal hal lain?hanya namamu saja?"kata seorang siswa perempuan berkulit pucat.

"Ya!beritau kami tentang kehidupanmu,"kata seorang lagi.

"Ya hanya itu,"kataku sambil tersenyum kecil.

"Kau orang Inggris?"kata seorang pria berambut gelap.

"Ya,kenapa?"kataku mengerutkan keningku.

"Because I'm in love with your accent,"balasnya,membuat hampir satu kelas menyorakinya.

"Thanks,"kataku,jika kalian pikir aku akan blushing atau semacamnya,kalian salah besar.
Karena,aku tidak pernah blushing sejak dulu.

Setelah itu aku pun duduk dikursi pojok paling belakang.
Pertunjukan selesai.
Aku harus kembali menutup diriku.

----
*Reece p.o.v*

"Detensi lagi?"tanya Alec.

"Tiada hari tanpa detensi,"sahut Riley.

"Diamlah,ocehan kalian tidak membantuku sama sekali,"kataku sambil menyipitkan mata.

"Jadi?"kata Jack.

"Jadi apa?"kataku.

"Oh oke,datanglah kerumahku sebelum makan malam,akan kuusahakan kembali secepatnya,"terangku.

"Ya ya,kau selalu berkata seperti itu,"Alec memutar bola matanya.

Ya,mereka adalah sahabatku sejak kecil.
Sahabat yang amat konyol,menyusahkan dan berisik.
Alec Walter dengan segala ocehannya yang tidak bermutu.
Riley Cooper yang selalu membuatku mual dengan leluconnya yang tidak pernah lucu.
Dan yang terakhir Jack Dylan,berlagak paling dewasa tapi suka sekali mengusili Alec sampai sampai Alec tidak mau bicara kepada kami selama 2 hari.

Di sekolah,ralat,di mana pun kami berada,
Kami selalu menjadi sorot perhatian.
Maksudku siapa yang tidak mengagumi sosok seperti kami.
Tampan.
Kaya.
Famous.

Semua remaja perempuan pasti akan gila untuk mendapatkan hati kami.

Tapi...

Sepertinya aku sudah tau aku menyukai siapa,kata mencintai,menyukai,amat sangat asing ditelingaku

Dia adalah anak dari rekan kerja Ayahku yang memiliki clothing line terkenal,sedunia.

Marks and Spencer.









I am so excited
Makasih yang uda nge read
Dont be a silent reader please
xoxo

Girl in Plaid Skirt (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang