***
Hermione dan Draco berjalan sambil mendorong troli mereka dengan malas menuju stasiun King's Cross. Sesampainya di sana, mereka menembus peron 9¾. Draco melihat para orang tua yang mengantarkan anak mereka. Timbul ide jahil di kepalanya.
"Kau lihat itu, Baby?" Hermione memukul lengan Draco. Beberapa hari ini Draco memanggilnya Honey, Love atau Baby dan membuat Hermione harus sangat bersabar agar tidak mengavadanya.
Hermione mengikuti arah pandang Draco. Ia melihat orang tua yang memeluk anak mereka sambil menangis sementara iti Draco menyeringai. "18 tahun lagi kita akan seperti itu. Kau akan jadi Hermione Jean Malfoy." Goda Draco dan kali ini Hermione meninju lengannya sehingga menimbulkan bengkak kecil.
"Tidak lucu, Honey." Kata Hermione dengan nada merendahkan. "Kata-katamu itu doa, tolol."
"Ya tuhan, semoga Hermione Granger kelak akan menjadi Hermione Malfoy." Goda Draco sambil menadahkan tangannya untuk berdoa. Hermione mulai memukuli Draco lagi.
"Ampun, Love." Rintih Draco dalam sehari saja sudah ada dua memar di tubuhnya karena semak-semak bergigi tonggos ini.
"Kau itu masih saja bisa bercanda saat tersiksa, Draco!" Hermione mencubiti Draco sepanjang mereka mencari kompartemen.
***
Sesampainya mereka di Hogwarts, Hermione dan Draco bergegas menuju kantor kepala sekolah.
Dan, pertengakaran mereka terjadi lagi.
"Kenapa kau mengajakku ke sini, Granger?!"
"Kenapa selalu aku yang bertanggung jawab, Malfoy. Kau punya otak!!"
Cekcok mereka tidak berhenti sampai Professor McGonagall membuka pintu kantornya dan melihat kedua anak itu.
"Miss Granger, Mr. Malfoy? Apa yang kalian lakukan di depan kantorku? Silahkan masuk."
***
Setelah McGonagall memberitahukan apa yang harus mereka lakukan dan letak asrama mereka serta kata kuncinya, Hermione memutuskan melihat-lihat asrama mereka.
"Boboutuber!" Pintu terayun terbuka dan Hermione serta Draco memasuki ruangan itu. Ada pantry, sofa sesuai asrama mereka berdua, dan yang paling membuat Hermione senang, ada satu lemari yang berisikan buku-buku tebal. Sayangnya hanya ada satu kamar mandi dan mereka berdua yakin mereka akan berebutan memakai kamar mandi itu setiap pagi. Koper mereka sudah diantar Mr. Filch ke sini.
Hermione memutuskan akan tidur siang karena ia sangat lelah. Lelah berhadapan dengan Draco selama tiga hari penuh dan sekatang ia harus selalu bersama dengannya selama setahun? Merlin, kill me.
[Hermione Granger]
Aku membuka koperku dan menyusun barang-barangku. Saat itu aku melihat ada sweetshirt hijau di koperku.
"Punya siapa ini? Pasti punya si ferret itu." Aku mengambil sweetshirt itu dan bermaksud mengembalikannya pada Draco.
Aku menggedor gedor pintu kamarnya sambil berteriak, "Ferret, sweetshirtmu salah masuk!!"
"Kalau kau tidak membuka pintu ini, aku akan meninggalkan sweetshirtmu di lantai atau aku akan membuka paksa pintu ini!!!"
1 menit...
2 menit....
3 menit....
"Alohomora!" Aku membuka paksa pintu itu dan melemparnya tepat ke arah Draco yang tertidur di trmpat tidur.
"Hei!"
"Kau sendiri, aku beratus ratus kali menyuruhmu membuka pintu ini tapi kau tidak membukanya juga!" Balasku tak mau kalah.
"Tidak usah begitu juga, Granger!"
Dan, perkelahian kami terjadi lagi.
***
Akhirnya setelah tiga puluh menit berlalu, Draco yang memenangkan perkelahian.
Musang melambung menyebalkan!!!!! Jika saja aku tidak menyerah karena ia nyaris melemparkan avada kedavra padaku.
"Diffindo!" ujung rambut Draco terpotong.
"Antonin Dolohov!" Untunglah aku berhasil menghindar.
"Crucio!" Draco berhasil menghindar.
"Hei, kau ini ingin membunuhku, ya?!"
"Ya, ferret. Aku ingin membunuhmu agar dapat melihat wajah pucatmu di peti mati nanti!!" Astaga, apa aku akan menjadi Bellatrix Lestrange?
"Baiklah kalau begitu, Granger. Avada Kedav-"
"Oke, oke, aku menyerah. Maafkan aku, tuan Malfoy."
Begitulah pertengkaran aneh kami. Sesuai perjanjian agar ia tidak melemparkan kutukan-kutukan kepadaku - ditambah tongkatku disita ferret melambung itu - aku harus melayaninya selama seminggu.
Bayangkan! Aku satu-satunya perempuan yang mengikuti Harry Potter memusnahkan Si Hidung Pesek, melayani Musang Ferret Melambung Draco Malfoy yang merupakan mantan pelahap maut, Cassanova Hogwarts, dan Pangeran Slytherin yang selalu dapat mengikat hati wanita terutama ak-
Hei! Kenapa aku malah berpikiran trntang musang pirang itu?!
"Little Mione!" Astaga, apa lagi ini. "Iya, little death eater!" Sahutku mendengus. Aku melangkah ke kamar mandi. Ya, kamar kami terhubung oleh satu kamar mandi.
"Ada apa, Draco?" Tanyaku sebal. Perjanjian: tidak boleh mengejek Malfoy di depan wajahnya, harus memanggilnya dengan nama depan, dan menurut jika diperintahkan apapun.
"Aku sangat benci ini!!" Ia marah tiba-tiba dan mengacak rambutnya sampai sangat berantakan.
"Ada apa, apa karena aku? Mungkin sebaiknya aku kembali ke kamarku." Ujarku menghindari aura kemarahan di sekitar Draco.
"Tidak, kembali ke sini!" Serunya. Aku hanya menurut daripada harus dimarahi ferret itu. Aku sangat tidak mood untuk bercekcok dan ditambah Draco memegang tongkatku membuatku tidak bisa melawan.
"Ini tongkatmu. Tolong bunuh aku!!" Ujarnya melempar tongkatku ke lantai. Aku memungut tongkat itu.
"A-apa?"
"Tolong bunuh aku!!" Ulangnya. "Coba kau baca surat sialan itu!!" Ia menunjuk surat berlambang M besar dengan warna hijau emerald dan gambar ular yang tampaknya sudah sedikit disobek oleh Draco.
Aku membuka surat itu dan membacanya. "A-apa???"

KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong With Me
FanfictionI love you and you love me to I always in your side You always be my one and only If we're going to work together i need to know "Do you hate me?" If i had put my life in your hands "Can i trust you?"