CHAPTER IX

963 41 4
                                    

Author POV

"Pake yang mana ya?" Entah sudah keberapa kalinya Salsa bergumam sendiri. Ia menatap baju-baju didalam lemarinya dengan perasaan jengah. Sudah hampir 2 jam ia memandangi baju-baju itu namun tak ada satupun baju yang mampu menarik hatinya. Dan berkat kelakuannya mengobrak-abrik lemari, kamar kini porak poranda, persis kapal pecah.

"Caa!" Suara kak Dave terdengar memanggil Salsa, kakak pria Salsa itu mengetuk pintu kamarnya. Salsa kemudian menyahuti.

"Iya kak buka aja gak dikunci" Kak Dave lalu membuka pintu kamar Salsa, betapa terkejutnya ia ketika melihat kondisi kamar adiknya.

"Busetdah dek, kamarmu." Kaget kak Dave. Salsa terkekeh.

"Iya kak, bingung nih milih baju." Mendengar alasan adiknya, kak Dave hanya menggelengkan kepala.

"Baju sekapal gini masih bingung milihnya? Ckck" decak kak Dave heran, "Gue gak akan pernah ngerti jalan pikiran cewek."

"Aku juga gak akan pernah ngerti jalan pikiran cowok, kak." Ketus Salsa, ia tiba-tiba mengingat kejadian dimana Rangga menyatakan perasaannya tadi.

"Nih!" Salsa mengeluarkan sebuah kotak bewarna merah jambu dan melemparkannya ke kak Dave. kak Dave dengan segera menangkapnya. Dan Salsa kembali mengobrak abrik lemarinya.

"Apaan nih?" Tanya kak Dave, menatap selidik kotak merah jambu itu.

"Dari fans. Inget ya kak, lain kali kalo mau nganterin Caca sampe pintu gerbang aja, gak usah ikutan turun dari mobil." jengah Salsa, ia memikirkan nasib dirinya jika ia setiap hari ketahuan teman-temannya bahwa ia diantar kak Dave. Masuk dan keluar kelas ia akan dicegat dan diintrogasi oleh beberapa cewek genit sekolah.

"Wow, coklat." Seru kak Dave ketika melihat isi kotaknya. Ia membuka satu biji coklat dari bungkusnya dan memakannya. "Mau?" Tanyanya menawari adiknya.

"Enggak. bantuin nih. gak dapet bajunyaa." Rengek Salsa, kak Dave menatapnya selidik.

"Untuk apa? kamu mau pergi ke acara pensi itu?" Salsa mengangguk. Kak dave berfikir.

"Ganti baju kamu sekarang, kakak tunggu dibawah." Mendengar perintah kakaknya, Salsa terkejut. Mau dibawa kemana dia?

"Mau kemana kak?" Namun belum saja ia mendengar jawaban kakaknya, kak Dave sudah keburu menutup pintunya. Salsa mendengus, kakaknya memang selalu terkesan sok misterius.

♥♥ ♥♥♥♥ ♥♥

"Mall?!"

Salsa senang bukan main ketika sampai ditempat yang kakaknya rahasiakan sedari tadi. Kini yang difikiran Salsa, kak Dave adalah kakak terbaik yang ia miliki. Ia bahkan sampai tau keinginan adiknya. Shopping

"Kakak mau beliin Caca baju?" Tanyanya. Ia takut-takut jika saja kak Dave menyuruh dia membayar sendiri sementara dirinya tidak membawa uang sepeserpun.

"Menurutnya?" Kak Dave balik bertanya. Ia sedang focus untuk mencari tempat parkir yang kosong. Hari ini Mall lumayan ramai.

"Yess.. makasi ya kaak." Riang Salsa. Kak Dave hanya tersenyum tipis. Ia kemudian memarkir mobilnya dengan hati-hati. Selesai memarkir, mereka berdua keluar dari mobil dan berjalan kearah pintu masuk. Salsa menggandeng tangan kakaknya, sekilas, mereka terlihat seperti pasangan kekasih.

"Tapi tumben banget kak, gara-gara apa nih?" Salsa kembali bertanya. Mereka berjalan kearah salahsatu toko baju dilantai

"Biar ada yang dikangenin ntar kalo kakak balik ke Australi." Jawab kak Dave enteng. Salsa mendengus.

"Emangnya kapan mau balik lagi kak? Jangan pergi cepet-cepet dong kak." Rengek Salsa dan terus saja menggandeng kakaknya. Kak Dave tersenyum sinis.

Give Me a FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang